Thirteen.

69 7 0
                                    

(Dafa Pov)

Ku tak mengerti lagi sama apa yang dipirkan oleh Keano sampai tega ngelakuin hal nekad kayak gitu ke Deva. Sekarang aku lagi diperjalanan ke Rumah sakit, ku tak tega melihat Deva yang pucat. Untung saja darahnya tadi sudah berhenti kalau tidak, ku tak tahu harus berbuat apa.

Sesekali ku melirik kacamobil tengah untuk melihat keadaan Deva, dan sama aja dia masih belum sadar. Sabar ya Dev bentar lagi kita sampai rumah sakit kok. Ku melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan orang-orang yang mungkin sudah menyumpah serapahi ku.

Dan tak butuh waktu lama bagiku untuk sampai ke rumah sakit, karna hanya dalam waktu 30 menit sekarang aku sudah sampai di rumah sakit terdekat. Setelah memarkirkan mobilku di dekar pintu darurat, dengan sigap aku berlari ke arah pintu belakang dan langsung mengendong Deva. "sus rolong sus temen saya udah" ucapku sambil mendorong pintu darurat dengan punggungku.

Tak lama kemudian, sekitar 3 suster datang menghampiriku dengan membawa emergency stretcher (ranjang rumah sakit yang biasanya ada rodanya). Aku langsung meletakkan tubuh Deva keatasnya dengan perlahan, lalu aku beserta 3 orang suster tadi langsung mendorong emergency stretcher tadi kedalam ugd. Saat di depan pintu ugd aku tidak di perbolehkan masuk, oleh salah satu suster tadi.

"maaf mas, mas tidak boleh masuk. sebaiknya mas urus administrasinya"

Setelah mengurus semua adminisrasi. Jadinya, ya sekarang aku disini, duduk di kursi tunggu di depan ugd. Aku bingung, aku harus memberitahukan kejadian ini ke orang tua Deva atau engga. Tapi aku harus memberitahukan, biar mereka juga ga khawatir. "YaAllah semoga Deva gapapah" doaku dalam hati.

Setelah lama menunggu Deva yang sedang di tangani oleh Dokter, akhirnya Dokter itupun keluar dari ruang ugd itu. "keluarganya pasien?" tanya dokter laki-laki yang berumur sekitar 50 tahunan ini. " iya dok sama kakanya, gimana keadaanya dok?" jawab aku berbohong. "hmm adik kamu udah gapapa sekarang, namun dia masih belum sadar mungkir karna shock, dan tadi ia sempet kehilangan banyak darah namun untungnya di rumah sakit kami persediaan darah yang cocok dengan darah pasien banyak jadi ga usah khawatir" jawabnya. " sekarang saya udah bisa ngeliat adik saya dok?" tanyaku.

"setelah pasien dipindahkan keruang rawat, anda sudah bisa melihatnya. kalau begitu saya tinggal dulu ya permisi" ucapnya. "makasih ya dok" ucapku dan langsung di jawab dengan anggukan oleh dokter itu lalu beranjak pergi dari hadapanku.

Setelah dokter itu pergi, aku langsung mengambil ponselku yang ada di dalam kantong celana. Dan langsung menghubungi nomor Bunda Deva. "Assalamualaikum tante, ini Dafa" ucapku saat sambungan telfonku di terima oleh Bunda Deva.

"Wa'alaikum salam Daf, kenapa? Deva gapapa kan?" tanyanya tedengar nada khawatir disana.
"hmm tante, tapi tante jangan panik ya kalo denger penjelasan Dafa"
"kenapa Daf? Deva kenapa? bilang sama tante"
"tante di culik tante terus dia di lukain tapi tante tenang, sekarang Dafa udah bawa Deva ke rumah sakit dan udah di periksa sama dokter jadi tante udah bisa ngeliat keadaan Deva sekarang"
"iya Daf, kamu dimana? tante langsung kesana"
"aku di rumah sakit di daerah manggarai"
"oke tante kesana ya tunggu tante, Assalamualaikum"
"wa'alaikumsallam"

Setelah sambungan telfon berkahir kulangsung memasukan ponselku kedalam kantong celana. Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku.

"Maaf mas pasien udah dipindahin ke ruang perawatan, mas bisa menjenguk sekarang, mari saya antar" ucap suster.

"Oh gitu ya mba, baik mba" jawabku. Setelah mendapatkan jawabanku, suster langsung berjalan kearah kamar Deva.

"Makasih ya mba" ucapku saat sudah sampai di depan kamar perawatan Deva dan langsung di angguki oleh perawat itu.

Someone In My PastWhere stories live. Discover now