[Ficlet] Don't Forget

140 24 41
                                    

Author: dvchuu (Ex-Member)

'Apa kau melupakanku hari ini? Jika kau berada disuatu tempat saat kita bersama dulu, jangan merasa kehilangan. Sebut namaku sebanyak sebanyaknya didalam hatimu, aku akan datang untuk menemanimu.'

Konyol.

Bahkan aku masih melakukannya selama 4tahun ini. Kertas usang yang kugenggam adalah kertas yang berbeda dari yang lainnya, ini seperti kertas yang sudah dimantrai oleh sihir dengan kekuatan yang besar. Karena kertas ini aku tertawa seperti orang bodoh.

"Ini sudah musim dingin, aku merindukanmu."

Aku menatap keluar jendela cafe favoritku menyaksikan turunnya salju dikota Seoul, karena tempat ini yang menjadikan saksi kencan pertamaku bersama Jaebum semasa tingkat sekolah. Jika mengingatnya aku sungguh malu.

Aku mengeluarkan ponsel dari saku mantelku dan membuka foto Jaebum. "Kau semakin tampan,"

"Lihatlah apa selama menjadi dosen di German kau kurang asupan gizi? kau begitu kurus,"

"Apa kau memotong rambutmu lebih pendek?"

"Kau ingin menjadi dosen yang suka tebar pesona ya?" Aku terkekeh dengan apa yang aku ucapkan. Jaebum mengirim foto terbarunya 3hari yang lalu, dan dia mengatakan bahwa ia segera ingin menemuiku.

Dan inilah saatnya aku akan bertemu dengan kekasihku yang selama dua tahun pergi ke German untuk menjadi dosen.

"kau bilang akan menemuiku? Apa kau berbohong padaku lagi seperti musim dingin tahun lalu?" Aku menautkan semua jari jariku dengan erat.

"Apa aku harus menunggumu lagi hingga musim dingin tahun depan?"

"Menunggu sampai tahun depan itu akan cukup lama, bukan?"

Deru napas yang dingin bahkan terasa dipipi hingga telinga sebelah kananku, aku mendapati wajah tampan yang sedang tersenyum bahagia. Jaebum mengecup bibirku dan memelukku dari belakang.

Jaebum menghela napas pelan tepat ditekuk leherku dan mengeratkan pelukannya. "Kenapa kau semakin cantik? Pantas saja aku mengejarmu."

Aku mencium telapak tangannya. "Tanganmu begitu dingin, apa kau tidak kedinginan?" Jaebum tersenyum dan mencium pipiku, lalu ia duduk dihadapanku dan kembali menggenggam tanganku.

Jaebum tersenyum. "Apa Jinyoung menjagamu dengan baik?" Aku terkekeh dan menjawab pertanyaannya. "Bahkan ia membuatkan lagu untukku,"

"Tidak, aku hanya bercanda. Dia menjagaku dengan sangat baik, dia juga membantuku membuat skripsi." Aku menatap manik matanya dan menunduk malu.

"Apa suhu dingin di Seoul membuat pipimu bersemu merah? atau karena aku yang membuat pipimu bersemu merah?" Jaebum tertawa dan mengelus surai rambutku.

Aku mencoba mengalihkan topik agar semu merah dipipiku tidak semakin terlihat. "Apa selama di German kau kurang asupan gizi? lihatlah kau begitu kurus bahkan tulang pipimu terlihat." Aku mengelus pipi lembut Jaebum.

"Selain kurang asupan gizi, aku juga kurang asupan perhatian darimu,"

"Lalu aku juga kurang asupan ucapan 'Oppa, aku mencintaimu' aku sangat kurang asupan ucapan itu." Jaebum mengembungkan pipinya dan berpura-pura manja.

"Apa ucapanmu hanya untukku saja? Apa kau menggoda mahasiswi yang berada di German sana dengan ucapan yang sama?"

Jaebum mengibaskan kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak seperti itu. Hanya kau yang aku ingat." Aku tersenyum malu.

"Iya, aku percaya. Im Jaebum."

Jaebum menarik kursinya lebih dekat kearahku. "Namamu siapa? Ehㅡ tidak maksudku margamu." Jaebum menopang dagunya dengan kedua tangannya.

Aku menjauhkan diri dari Jaebum untuk menetralkan detak jantungku. "Kenapa kau menanyakannya? Pasti kau melupakan namaku." Aku berpura-pura memasang ekspresi kecewa.

"Hei, ayolah sebut saja margamu." Jaebum memasang wajah memohon.

Aku menghela napas kasar dan menyebutkan namaku. "Jung Raesang. Jangan lupakan namaku lagi."

Jaebum menegakkan tubuhnya dan seraya memasang wajah sedang berfikir. "Jung ya?"

"Sekarang tanggal berapa?" Aku berdecak malas. Jaebum kenapa aneh seperti ini.

"Apa menjadi dosen membuatmu kehilangan ingatan sebagian?" Aku menatap wajah Jaebum dengan serius.

Jaebum tertawa dan mengelus dahiku. "Jangan sering mengerutkan disekitar dahi itu akan membuatmu semakin terlihat tua."

Aku memejamkan mata sebentar dan menatapnya kembali. "Kau siapa?"

Jaebum terkekeh. "Tentu saja aku Im Jaebum,"

"Dan kau, Im Raesang."

Jaebum memasang wajah seriusnya. "Aku menanyakan tanggal, karena aku sudah siap untuk merubah marga namamu menjadi, Im Raesang."

Aku menahan napas sebentar dan menatapnya canggung. "Jangan bercanda, Jaebum."

Jaebum tersenyum dan mengelus kedua tanganku. "Panggil aku seperti dulu, Jaebum-oppa,"

"Aku akan melamarmu ketika kau sudah lulus kuliah, bukankah sebentar lagi?" Jaebum tersenyum menggodaku

Aku tertawa malu, Jaebum semakin mengeratkan genggamannya. "Panggil aku Jaebum-oppa."

Aku mengangkat sebelah tanganku untuk menutupi wajahku yang sedang tertawa. "Aku terbiasa dengan Jaebum."

Jaebum mengadahkan kepalanya keatas dan merengek. "Ayolah, biasakan dengan Jaebum-oppa,"

"Oh, aku tahu kau hanya terbiasa dengan memanggil Junior-oppa begitu?" Jaebum menatapku dengan intens.

"Kau marah, Jaebum-oppa?" Aku menopang daguku dengan kedua tanganku.

Jaebum tertawa dan mengacak lembut surai rambutku. "Jadi, jangan lupakan hari ini. Aku sungguh tidak hanya membuat wacana tetapi, aku akan melakukannya dengan sungguh, aku sungguh akan melamarmu."

Jaebum berdiri dan memberikan sebelah tangannya seperti menuntunku untuk berdiri mengikutinya, aku menyambut sebelah tangannya dengan hangat. Dan kami berdua memutuskan untuk keluar dari cafe yang menjadi saksi kisah cinta kami dari awal.

Jaebum merangkulku dari samping. "Jadi, kencan kita selanjutnya akan kemana?"

"Ini musim dingin, aku ingin hibernasi." Aku memasukan kedua tanganku kedalam mantel.

"Temani dahulu kekasihmu ini melepas kerinduan kota Seoul." Aku mengabaikannya dan berjalan mendahuluinya.

"Kau saja sendiri, minta temani dengan Junior."

"Ya! Im Raesang." Aku menghentikan langkahku dan membalikkan tubuhku menghadap Jaebum.

"Saranghae." Aku terkekeh dengan kelakuan Jaebum, dasar tidak tahu malu ditempat umum dia membuat sign-love dengan kedua tangannya.

"Nado saranghae, Im Jaebum,"

"Dan tolong pronounce Koreamu diperbaiki, Im Jaebum." Aku kembali melangkah dan meninggalkannya lagi.

"Ya! Raesang, tunggu aku."

Dessert MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang