Love in Café
Script Writer by Icha_Chu
| Cast : Irene RV, Suho EXO | Genre : Romance | Rating : Teen | Lenght : Ficlet |
|Disclaimer|
Cerita ini hanyalah sebuah fiksi belaka dan murni hasil imajinasi saya, sedangkan tokoh milik Tuhan Yang Maha Esa dan orang tua masing-masing. Saya hanya meminjam karakter nama tanpa berniat untuk menjatuhkan pihak manapun.A/N
Fanfiction ini terinspirasi dari fanfiction saya sebelumnya berjudul 'Rank Love' yang dipublish untuk mengikuti event May Regular Menu. Jadi jika anda menunggu lanjutan dari kisah mereka, anda bisa mendapatkan kelanjutannya pada fanfiction ini.oOo
Seoul, 06 Juni 2016
Reuni akbar angkatan tahun 2009 Sekang High School diadakan di sebuah kafe. Irene datang sedikit terlambat dan itu membuatnya harus duduk sendirian pada meja lain karena meja utama telah penuh terisi. Hal ini membuatnya cukup kesal.Tring!
Peserta reuni lainnya datang, dan nasibnya pun sama seperti Irene. Terpisah dari kawan yang lain.
"Hai, lama tak berjumpa," sapa pria dengan pakaian formal itu kepada wanita yang duduk berhadapan dengannya.
Irene hanya bisa menipiskan bibirnya untuk tersenyum sebaik yang ia bisa. Pria ini membuatnya terlihat begitu buruk sekarang. Rasa bersalah di masa lalu kembali menghantuinya.
Pelayan kafe datang ke arah mereka berdua dan menanyakan pesanan.
"Red Velvet Cake saja," ujar pria itu tanpa basa-basi.
Lagi-lagi Irene semakin terpuruk. Pria ini dan Red Velvet Cake, semuanya mengingatkan dirinya pada masa lalu.
"Suho-sshi, kenapa kau memesan Red Velvet Cake?" tanya Irene dengan alisnya yang bertautan. Ia yakin bahwa pria ini alias Suho memang sengaja untuk membuatnya terpuruk.
Suho tersenyum, terlihat sangat tulus seperti yang dilakukannya tujuh tahun silam. Dan Irene akan selalu membenci senyuman bodoh itu.
"Red Velvet Cake akan selalu menjadi kesukaanku," jawabnya.
"Hmm ... kafe ini tidak berubah sedikit pun, dan meja ini juga tidak pernah berubah," lanjutnya.
Irene sadar bahwa yang sedang Suho bicarakan adalah masa lalu. Ia kembali teringat bagimana saat itu mereka juga duduk berhadapan seperti sekarang sambil menikmati Red Velvet Cake di kafe ini dan duduk pada meja nomor tujuh. Irene ingat betul, karena pada dasarnya ia tidak akan pernah melupakan hari itu.
"Lalu selama tujuh tahun, apa saja yang berubah?" tanya Irene, dia tidak tahu kenapa pertanyaan itu sangat ingin ia lontarkan.
Irene tidak teringat pada cinta pertamanya, ia memang akan selalu mengingat bagaimana dia mempermainkan cinta tulus yang pernah diberikan Suho kepadanya. Demi peringkat pertama dia rela mengorbankan perasaannya dan juga perasaan Suho.
"Aku tidak tahu apa saja yang berubah, aku hanya tahu pasti bahwa ada hal-hal yang tidak berubah padaku selama tujuh tahun," kata Suho.
Pesanan mereka akhirnya tiba, dua porsi Red Velvet Cake yang terlihat sangat manis. Mereka kemudian menyuapkan potongan kue ke mulut mereka masing-masing.
"Dulu kau yang memindahkan potongan kue ke piringku," ujar Suho menatap Irene dengan wajah penuh senyuman.
"Senyumanmu tidak pernah berubah," ujar Irene dengan wajah datarnya.
"Aku senang karena kau masih mengingat bagaimana caraku tersenyum, kuharap kau juga tidak akan lupa bahwa aku memang akan selalu tersenyum seperti ini padamu," ungkap Suho membuat Irene bernostalgia untuk kesekian kalinya.
"Dan aku juga akan selalu membencinya," gumam Irene yang dapat didengar jelas oleh Suho.
"Tapi kenapa?"
"Kau membuatku terlihat seperti penjahat, kau tersenyum padaku seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan itu membuatku merasa—" Irene menghentikan aktifitas makannya dan ia juga tidak bisa melanjutkan lagi kalimatnya.
"Minta maaf," kata Suho membuat Irene menatapnya tidak habis pikir.
"Jika kau merasa bersalah maka minta maaflah," ulang Suho membuat Irene semakin jengah.
Gadis itu berdiri dari kedudukannya, meraih tasnya dan pamit kepada teman-teman lainnya dengan alasan dia ada urusan lain. Tidak ada lagi yang bisa membuatnya berlama-lama disana, dia sudah sangat jengkel. Suho terlihat begitu jelas ingin menyudutkannya.
"Irene!" panggil Suho namun Irene tetap pada pendiriannya.
"Aku belum menjawab pertanyaanmu kan? Baiklah aku harap kau tidak akan menyesal karena tidak mendengar jawabanku lebih dulu," ujar Suho membuat Irene berhenti melangkah sebelum ia membuka pintu dan keluar.
Semua orang yang ada di kafe sontak menjadi diam, diam seribu bahasa dan menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka semua selalu menunggu akan bagaimana akhir dari kisah cinta Si Peringkat Pertama dan Si Peringkat Kedua. Kisah mereka berdua memang menjadi kisah cinta legendaris pada angkatan 2009 lalu.
"Hal-hal yang tidak berubah dariku," ujar Suho hendak memulai.
Semua orang menunggu, termasuk Irene sendiri.
"Pertama, aku akan selalu suka padamu. Kedua, aku akan selalu mengagumimu. Ketiga, aku akan selalu sayang padamu. Keempat, aku selalu mencintaimu," ungkap Suho membuat semua peserta reuni bersorak gembira.
Irene hanya bisa terus membelakangi Suho, ia harus memilih antara pergi atau kembali. Para peserta reuni memang bersorak gembira atas pengakuan Suho namun mereka harus kembali menahan nafas karena Irene tak kunjuk berucap sepatah kata pun.
"Hal-hal yang tidak berubah darimu," balas Irene membuat orang-orang cukup untuk menahan nafas.
"Kelima, kau akan selalu menang dariku. Keenam, kau akan selalu menjadi cinta pertamaku. Ketujuh, sudah tujuh tahun aku menunggumu untuk mengatakan ini padaku!" Irene terlihat penuh emosi, ia bahka meneteskan bulir bening sekarang.
"Uljima! Uljima! Uljima!" sorak yang lainnya meminta Irene agar tidak menangis.
Dengan langkah pelan tapi pasti, Suho menghampiri Irene dan memeluknya dengan sangat erat. Sangat erat seolah tak membiarkan Irene untuk pergi lagi kali ini. Akhirnya kisah cinta legendaris antara Si Peringkat Pertama dan Si Peringkat Kedua dapat berakhir bahagia di kafe ini. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?
—Fin—
KAMU SEDANG MEMBACA
Dessert Menu
FanfictionWould you like to have some cookies with me? --- Dessert Menu adalah kumpulan fanfiction manis bak gula-gula sepanjang ficlet/one-shot karya Pâtissier kami. Semoga Master dan Madam berkenan mencicipi kukis manis persembahan kami ini. Tertanda, segen...