Chapter 6
-Hangout With Aiden-
"MENYEBALKAN! Menyebalkan!"
Aku bersumpah tidak akan keluar kamar jika Zara tidak meminta maaf dan memohon kepadaku. Persetan dengan perutku yang lapar, setidaknya aku masih punya satu lemari penuh cemilan yang baru aku beli tiga hari lalu. Aku sudah seperti orang yang tidak punya kerjaan disini. Aku hanya menonton tv, memainkan ponsel, bahkan menghancurkan kamarpun sudah aku lakukan. Oh apakah aku sudah seperti orang gila disini?TOK TOK TOK
"Pergi saja! Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun."
"Psttt.... Athaya! Ini aku Aiden, cepat buka pintunya. Aku ingin menawarkan sebuah bisnis kepadamu."
Bisnis? Apakah Aiden akan menjadikan aku sebagai perawat jika ia sudah menjadi dokter?
Dengan malas aku membukakan kuncinya dan membiarkan Aiden masuk. Oh pagi hari ini Aiden benar-benar tampan. "Ada apa?"
"Begini, pertama-tama-"
"Haruskah ada ucapan seperti kau sedang berpidato?! Oh, to the point saja. Aku sedang malas mendengarkan sebuah dongeng."
Aiden nyengir, "oh oke-oke. Jadi begini, kau pasti ingin keluar kamar, maksudku pergi hangout kan?"
"Tak usah bertanya pun, kau sudah tahu jawabannya, bodoh."
"Bagus. Sudah kuduga kau muak berada di kamar yang seperti playgroup ini bukan?"
"Berhenti memanas-manasiku atau kepalamu aku penggal?"
"Oh ayolah Athaya! Kenapa kau ini susah sekali jika diajak bercanda. Kau sudah seperti medussa versi model saja."
Aku membelalak, "kau bilang aku cantik?! Oh aku sangat berterima kasih. Tapi sayang, sudah banyak orang yang bicara seperti itu. Kau orang yang keseribu, Mac." Aku tersenyum sambil menaikkan sebelah alisku.
Wajah Aiden memerah dan ia terlihat salah tingkah dengan mengusap tengkuknya. "Siapa bilang? Aku bilang, kau sudah seperti model iklan makanan anjing, Sharon."
Aku menatapnya tajam.
"Oke cukup sudahlah! Bukankah kita sedang membicarakan sebuah rencana?"
"Tidak-tidak! Aku sudah muak melihat wajah kriminalmu." Aku memutar kedua bola mata.
"Ayolah, kumohon. Disini tidak akan ada yang rugi. Semuanya akan saling menguntungkan."
Aku menghela nafas, "cepatlah sebelum aku berubah pikiran."
**
"Athaya, Papa benar-benar menyesal karena sudah melarangmu untuk pergi keluar rumah, tidak seharusnya......."
Bla-bla-bla
Aku melirik ke arah Aiden yang berada di ambang pintu dan mengacungkan jari jempolku sebagai tanda berhasil. Walaupun aku harus mendengar ocehan Papa terlebih dahulu, setidaknya aku diizinkan untuk bepergian keluar rumah. Dan satu lagi yang harus kalian tahu, aku diizinkan pergi jika bersama Aiden. Ya itu tudak buruk juga, sih daripada aku membusuk di kamar 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Macaron
Teen FictionHidup seorang Athaya yang tadinya nyaman, aman, dan tenang tiba-tiba saja berubah 180 derajat dan dia benci mengakuinya kalau hidupnya yang sekarang tidak lebih dari seperti nenek-nenek tua yang tinggal di panti jompo. Tersiksa. Penyebabnya tidak la...