THIRTY ONE

440 23 0
                                    

Chapter 31

-Puzzle-

LAGI-lagi aku mendecak. Ini yang kesekian kalinya aku tidak berhenti memikirkan si keparat Aiden di sofa apartment. Untung saja, setelah aku mengancam akan mempermalukannya di depan seluruh siswa di kampus pada saat masuk minggu depan nanti, Jennifer mau memberikan alamat rumah Aiden.

Itupun dengan catatan entah Aiden sudah pindah atau belum.

Lantas aku meraih mantelku dan bergegas keluar apartment. Kilasan kejadian dimana aku dan Aiden bersama terus saja bermunculan setiap aku tidur. Tentu saja itu mengerikan. Ditambah lagi aku yang sering menangis ketika tidur. Dan satu-satunya cara yaitu menemukan Aiden, dan hidupku harus normal kembali.

"Antarkan aku ketempat ini," ucapku kepada supir taksi seraya memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamat rumah Aiden yang Jennifer tulis.

Setelah 10 menit aku duduk manis didalam taksi, akhirnya aku sampai di tempat tujuanku.

Alamatnya terarah menuju ke sebuah rumah bergaya klasik yang berada diujung jalan. Dengan langkah mantap aku berjalan menuju gerbang coklat dan menekan bel merah yang terletak disamping gerbang tersebut.

Aku mendecak ketika tidak ada respon dari dalam rumah saat aku sudah menekan bel lebih dari 30 kali. Sial. Si pirang Jennifer membodohiku rupanya.

"Hey nona. Penghuni rumah itu sudah pindah beberapa bulan lalu," seorang lelaki albino mendekatiku. Ya Tuhan! Aku kira dia hantu.

"Uh? Kau tahu dimana mereka sekarang?"

Lelaki itu nampak sedang berpikir. "Oh, kemarin aku berkunjung ke flatnya Aiden."

Mataku berbinar. Lelaki ini benar-benar penyelamat! "Boleh aku minta alamatnya?"

"Oh tentu."

***

"Kau cari siapa?"

Aku menaikkan sebelah alisku ketika aku berhadapan dengan seorang cewek metal berambut aquamarine. Dia yang membukakan pintu alih-alih Aiden yang akan menyambutku.

"Kau siapa?" Aku bertanya dengan dagu yang dinaikkan. Serius, cewek ini sangatlah sombong untuk dikategorikan sebagai cewek urakan.

Dia tertawa sumbang seraya menghempaskan tangannya ke udara. "Disini aku yang bertanya padamu. Kita tidak pernah bertemu 'kan?"

Baru saja aku akan membuka mulutku, seorang lelaki muncul dibalik tubuh perempuan jalanan ini.

GOD BLESS AMERICA!

"Hey, Athaya."

Atu tersenyum pada Aiden. Cowok ini memang bisa membuat mood-ku naik seketika. Dia dengan senyuman andalannya memang bisa membuat kadar gula dalam darahku bertambah.

"Ayo silahkan masuk, Sharon."

Entah kenapa aneh rasanya jika aku mendengar Aiden menyebutkan nama akhirku. Rasanya aneh seperti kau memakan roti dengan selai kecap. Atau aneh seperti kau memakan waffle tanpa topping.

"Kau kenal dengan perempuan ini?" Potong cewek ini cepat ketika aku baru saja ingin masuk kedalam.

Aiden mengusap tengkuknya. Aku mengernyit. Jarang-jarang ia terlihat gugup seperti ini.

"Ah ya. Athaya ini Beatrix. Dan Beatrix ini Athaya." Ucapnya memperkenalkan.

Tidak ada sesi berjabat tangan. Jadi bisa kucap dia sebagai cewek-urakan-yang-sombong.

Black MacaronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang