CHAPTER 9
-Whatever!-
AKU membeku di tempat. Apa yang Miko bilang tadi? Ia pacarku? Holy shit! Mungkin ini salah satu upaya yang bagus untuk menjauhi Ansel dariku. Tapi, apakah bisa?
"Y-ya benar. Miko pacar baruku," aku sedikit gelagapan.
Ansel terlihat tidak percaya dengan semua ini. Lantas ia tersenyum masam. "Wow congrats, kau jaga Athaya baik-baik."
"Tentu."
Lalu Ansel berlalu meninggalkan cafe. Aku menghela nafas. Apakah aku bisa melalui hari-hariku tanpa Ansel? Itu sangat menyakitkan. Dan lebih menyakitkan lagi jika aku hanya bersedih sementara Ansel disana bersenang-senang dengan Shesil. Oh mengapa hidupku dipenuhi masalah dan kesialan permanen?
"Aku minta maaf, perkataan tadi refleks keluar dari mulutku. Aku tahu, tadi pagi kau menangis gara-gara lelaki itu bukan?" Miko memandangku sedih.
"Tidak apa. Seharusnya aku berterima kasih padamu karena telah membuatku bernafas lega."
Miko izin padaku untuk melayani pesanan. Sementara aku masih termenung, berusaha meresapi apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Mengapa setiap hari dalam hidupku selalu saja begini?
"Hey, mengapa kau melamun? Kau memikirkan kejadian tadi?"
"Tidak. Hanya saja ibuku mengirimku pesan agar aku pulang. Kalau begitu, terima kasih tehnya. Berapa harganya?"
"Eh? Tidak usah. Itu hanya teh. Anggap saja itu permintaan maafku soal kejadian tadi."
"Trims. Aku akan mampir kesini lagi jika aku punya waktu luang."
"Mau aku antar? Aku memaksa"
Aku terkekeh. "Kalau kau memaksa, aku bisa apa?"
**
"Kalau tidak salah, sekolahmu besok akan mengadakan prom. Kau tidak mempersiapkannya?"
"Hah? Tidak. Aku tidak tertarik dengan pesta seperti itu." Aku sedikit berteriak karena Miko mengendarai motornya sudah seperti orang kesetanan.
"Kau bercanda? Aku tak yakin jika kau tipe perempuan seperti itu."
Sialan. Ucapan Miko seratus persen benar. Mana mungkin aku berkata bahwa aku tidak datang karena tidak mempunyai patner. Itu benar-benar memalukan.
"Hey! Kau kira aku tipe perempuan seperti apa, hah?"
"Wuihh, calm down. Maksudku dari penampilanmu saja sudah menggambarkan bahwa kau perempuan yang senang pesta."
"Ya kuakui kau benar. Hanya saja, aku sedang tidak mood untuk datang."
Aku bisa melihat dari kaca spion, bahwa Miko sedang tersenyum jahil. Dan itu membuatku bergidik. "Jujur saja. Kau ini tidak punya pasangan untuk datang bukan?"
Wtf?!
"Apa maksudmu? A-aku punya pasangan!"
Aku dibuat gugup oleh pernyataan Miko yang sedari tadi aku hindari. Dan sekarang aku harus apa? Menjawabnya dengan jujur? Oh itu membuatku malu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Macaron
JugendliteraturHidup seorang Athaya yang tadinya nyaman, aman, dan tenang tiba-tiba saja berubah 180 derajat dan dia benci mengakuinya kalau hidupnya yang sekarang tidak lebih dari seperti nenek-nenek tua yang tinggal di panti jompo. Tersiksa. Penyebabnya tidak la...