Chapter 29
-Change-
SEBENARNYA aku bisa saja pingsan ditempat sesaat setelah menyentuh bahu cowok di depanku ini. Lantas aku memperhatikan wajahnya lamat-lamat. Sedikit meringis karena wajahnya tidak ada yang berubah sedikitpun.
Oke ini bisa saja mimpi burukku setiap malam minggu bukan?
"Aku siapa? Aku Aiden. Dan kau?"
Nafasku tercekat. "A-aku, Athaya," kataku sepelan mungkin. Berharap ia akan terkejut setelah mendengar namaku dan langsung mememelukku tanda rindu.
"Wow kita memiliki awalan huruf yang sama! Okay, hai Athaya, senang bertemu denganmu."
Lututku melemas. Sebuah senyum yang dipaksakan terukir di bibirku. Bagus sekali. Nama yang sama seperti wajahnya, tapi tidak mengenaliku?
Baru saja aku mau berbicara lagi, sebuah musik klasik mengalun merdu. Membuat suasana menjadi sedikit romantis.
"Oke, bukankah kita harus berdansa sekarang?"
Kupikir itu adalah hal paling terburuk sepanjang hidupku. Namun, setelah Aiden meraih tanganku dan memposisikan badan untuk berdansa semuanya jadi aneh. Setidaknya itu menurutku.
"Aku suka parfum-mu, Athaya," bisik Aiden.
Wangi parfumku tidak berubah sejak dulu, Aiden.
Aku hanya tersenyum. Mataku tetkunci pada manik mata itu. Manik mata yang sama sejak terakhir aku melihatnya.
"Oke aku memilih pasangan dipojok sana! Yang memakai gaun pink OMG! Athaya!" Terdengar suara Jennifer yang berteriak di mikrofon. Bisa kalian bayangkan?
Sontak hal itu membuatku dan Aiden memberhentikan dansa yang sangat-sangat romantis jika saja Aiden mengenalku sebagai kekasihnya. Dan setelahnya suasana diantara kita menjadi canggung.
"Ayo Athaya kemari bersama pasanganmu. Kalian sangat serasi," puji Jennifer. Pipiku memanas sedikit.
Tanpa diduga-duga, Aiden meraih tanganku dan menggenggamnya. Kami berjalan membelah pasangan-pasangan superhero menuju atas panggung kecil. Kalian tidak tahu bagaimana nasib tanganku saat ini.
"Oke aku ingin kalian tetap disini. Dan sekarang, kita mulai ke acara intinya!"
Kami berdiri dibelakang Jennifer. Tanpa menyadari, kalau selama itu Aiden masih menautkan jari-jarinya dengan jariku. Aku berdehem, dan refleks Aiden melepaskan genggaman tangannya. Harus kuakui, aku ingin berlama-lama menggenggam tangan Aiden.
Acara selanjutnya diisi dengan tiup lilin ala-ala ulang tahun pada umumnya. Memotong kue, dan memberikan suapan-suapan kecil pada orang tersayang. Simpel.
"Nah, sesuai perkataanku tadi, aku akan memberikan kalian hadiah!" Seru Jennifer di mikrofon yang membuat para tamu heboh.
Aku hanya tersenyum. Tidak tahu harus merespon apa.
"Tapi sebelumnya, apakah kalian pernah bertemu? Serius kalian sudah seperti sepasang kekasih!"
Oh Tuhan, tolong berhenti berkata seperti itu.
"Tidak. Kita baru saja bertemu tadi. Tidak disengaja," jawab Aiden sambil terkekeh.
Oh Tuhan, senyumannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Macaron
ספרות נוערHidup seorang Athaya yang tadinya nyaman, aman, dan tenang tiba-tiba saja berubah 180 derajat dan dia benci mengakuinya kalau hidupnya yang sekarang tidak lebih dari seperti nenek-nenek tua yang tinggal di panti jompo. Tersiksa. Penyebabnya tidak la...