TWENTY EIGHT

435 24 1
                                    

Chapter 28

-Find You-

"AKU .... aku tidak tahu, Ansel," jawabku sambil menunduk. "Aku sudah tidak menyukaimu lagi."

Terlihat wajah terkejut Ansel sesaat setelah aku menolaknya secara halus. Mau bagaimana pun, aku memang benar-benar tidak suka lagi pada Ansel.

"O-oh, pasti Aiden mu itu sudah memacari kau sejak lama ya?" Tanya Ansel sambil terkekeh menutupi kegugupan.

Aku tersenyum getir. Harusnya iya, "Aiden sudah tidak ada lagi," kataku pelan. Aku sudah berjanji tidak akan menangisi Aiden yang sudah tenang disana.

"Sorry, aku tidak bermaksud--"

"No problem," potongku cepat-cepat. Kemudian aku melirik arlojiku. Sudah jam 2 siang. Sebaiknya aku harus cepat pergi dari sini.

"Kalau begitu, aku harus pergi. Aku ada janji dengan temanku," dustaku.

"Bagaimana dengan alamat rumahmu? Atau nomor ponselmu?"

Aku menggigit bibir bawahku. Kalau aku memberikan alamat apartment dan nomor ponselku, sudah aku jamin kalau Ansel akan melakukan pendekatan kepadaku. Bukannya aku terlalu percaya diri, tapi aku hanya mengira-ngira saja.

"Lain kali saja. Aku buru-buru."

🔯

Untung saja letak kafenya cukup dekat dengan apartment. Tentu saja aku harus berjaga-jaga takut kalau Rafa mengikutiku dari kafe tadi. Tapi untung saja tidak.

Siang ini aku menyempatkan diri untuk membereskan semua barang-barangku. Tidak banyak sih, hanya ada beberapa baju dan beberapa keperluanku yang lainnya.

Aku membuka koperku dan mengeluarkan isinya satu-satu. Namun, pandanganku terkunci ketika aku menemukan sebuah amplop hitam. Aku ingat. Itu amplop yang Aiden tinggalkan di nakas pada tempo hari lalu.

Dengan segenap keberanian, aku membukanya. Isinya tak lebih dari secarik kertas yang tertulis tulisan tangan Aiden. Aku mulai membacanya.

Hey, Athaya.

Kau percaya jika kau membaca surat ini, itu tandanya aku sedang tidak berada di sisimu?

Apakah kau percaya itu?
Ya, aku tahu aku lelaki ter-brengsek yang pernah kau temui. Aku bahkan tidak berani menampakkan wajahku setelah kau mengetahui semuanya. Semuanya.

Aku tahu jika kau adalah perempuan kuat yang tidak cengeng. Aku ingin kau tidak mempercayai apa kata orang-orang. Aku ingin, kau mempercayai apa kata hatimu sendiri.

Aku selalu berada di dekatmu.

-A

Wow. Aku tidak menangis. Aku tertawa masam. "Surat macam apa ini?!" Kataku sambil tertawa. "Bahkan Aiden sangat buruk dalam menulis surat cinta."

Aku kembali memasukkan surat tersebut kedalam amplopnya dan menyimpannya di dalam laci. I don't care. Aku akan memulai hidup baru. Melupakan Aiden, dan memulai dengan hal-hal baru yang akan membuatku lupa dengan semuanya.

Sekarang aku harus apa? Disini sangat membosankan. Tak lama kemudian suara bel berbunyi. Aku berpikir sebentar tentang siapa yang datang ke apartmentku? Maksudku, aku baru saja tiba kemarin. Dan aku masih belum punya teman.

Black MacaronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang