TWENTY ONE

464 29 1
                                    

Chapter 21

-TEARS-

SEMUA orang mengerubungiku. Aku mulai cemas bagaimana jika Aiden tahu?

Lantas aku berlari menjauh dari mereka dan menyelinap bersembunyi dibelakang orang yang sedang bercumbu. Sial! Aku harus cepat-cepat pergi dari tempat terkutuk ini.

Aku kembali berlari mencari-cari pintu belakang karena di luar sana sedang ramai tentang aksiku tadi. Aku terus merutuki diriku sendiri karena sangat bodoh untuk mencari pintu belakang. Well, disini sangat penuh dengan bajingan-bajingan sinting dan jalang-jalang tidak tahu malu.

"Ayolah, Athaya. Kau harus bisa!"

Aku mengedarkan pandanganku dan gotcha! Aku melihat pintu belakangnya. Aku harus cepat-cepat keluar sebelum semua penghuni club ini menghakimiku.

Aku keluar dan berjalan dengan terburu-buru melalui sebuah gang sempit yang gelap dan bau. Bahkan beberapa kali sepatuku menginjak lubang dan menendang kaleng kosong.

"Hey kau!"

Mataku melebar ketika mendengar seseorang memanggilku. Otomatis aku mempercepat kemampuan berlariku. Persetan dengan jalanan yang sangat-sangat gelap dan kakiku yang akan patah, aku tidak perduli.

"Ouch!" Aku memekik karena dengan tiba-tiba tanganku ditarik dan di cengkram sangat kuat.

Déja vu.

Aku tidak bisa melawan karena mereka yang sepertinya berjumlah dua orang dan mereka menyeretku menuju jalanan.

Aku meringis karena aku merasa bahwa kejadian seperti ini bukan pertama kalinya bagiku. Benar. Aku pernah hampir terluka kala itu kalau Aiden tidak datang. Tapi sekarang, apakah masih ada harapan untukku?

"Kau, perempuan gila!"

Mereka mendorongku ke trotoar sehingga sikut tanganku mencium aspal. Ugh, itu menyakitkan.

"Kami tahu kau penyebab keributan di club tadi!" Bentak lelaki berotot besar namun berotak kecil itu.

"A-aku tidak ta-tahu apa-apa!" Aku memberanikan diri untuk menjawab.

"Berani-beraninya kau!"

Aku melihat tangan besar itu terangkat ke udara bersiap untuk memukulku. Aku memejamkan mata.

Bugh Bugh Bugh

Mataku membuka dan melotot ketika melihat dua orang lelaki tadi sudah terkapar didepanku.

"A-alex?"

"Tidak ada waktu lagi Athaya. Ayo!" Alex menarik tanganku dengan terburu-buru kami berlari menuju mobilnya yang terparkir cukup jauh dari tempat aku tadi.

Alex membukakan pintu mobilnya untukku. Namun, aku masih sedikit ragu. Aku terdiam.

"Demi tuhan Athaya! Kita tidak ada waktu lagi sebelum mereka menyusul membawa pasukannya."

Aku menggeleng keras. "Apa bedanya aku berada disini dan di tempat tadi? Bukankah itu sama saja membahayakanku, huh?"

Alex mengacak rambutnya frustasi. "Untuk saat ini, lupakan semua masalah tentang kita. Dan aku berjanji akan menceritakan semuanya padamu. Cepat!"

Kemudian Alex mendorongku masuk ke dalam mobil. Dan yang aku tahu, ia mengendari mobil sudah seperti orang sinting. Sama seperti Aiden waktu itu.

"Menangislah, Athaya. Wajahmu sangat-sangat pucat."

Black MacaronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang