Tiga

11.9K 198 3
                                    

Sorry banget telat update karna tugas kelompok yang menumpuk bikin pusingg T-T

Enjoy!

***

"Maaf Ms, ada yang ingin bertemu anda"

"Buatkan janji untuk besok"

"Tetapi ia ingin bertemu anda sekarang"

"Ugh, suruh masuk"

Tak lama setelahnya seseorang membuka pintu ruanganku tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Jika anda ingin bertemu dengan saya sebaiknya membuat janji sebelumnya" ucapku yang masih memeriksa beberapa berkas.

"Apakah seorang calom suami tidak diizinkan memberi kejutan kepada calon istrinya?" jawabnya sambil terkekeh.

Seketika mataku membulat dan menatapnya tidak percaya.

"Apa maumu"

"Santai saja, aku hanya ingin mengajak makan siang"

"Tidak terima kasih, aku sibuk"

"Baiklah kalau begitu jika kau ingin perjanjian kita diketahui oleh orang tuamu"

"Kau tidak akan berani"

"Kita lihat saja nanti" iapun berjalan kembali keluar

"Baiklah baiklah, aku mau!" kataku pasrah.

"Oke, bereskan barang-barangmu. Ku tunggu dilobby"

Dengan malas akupun membereskan barang-barangku dan kemudian menyusulnya.

***

"Jadi bisa menceritakan sedikit kehidupanmu?" tanyanya setelah pesanan kami datang.

"Apakah itu penting untukmu?"

"Bukankah kita sepakat dengan perjanjian yang ada?"

"Tetapi kita tidak sepakat untuk mengenal lebih dalam, bodoh"

"Mulutmu selalu pedas, eh?" ia terkekeh, kemudian memakan pesanannya.

"Kau tau, restoran ini adalah tempat favoritku untuk makan siang" lanjutnya

"Aku tidak peduli" ucapku acuh kemudian sibuk dengan makananku.

"Tidak bisakah kau bersikap sedikit lebih lembut dihadapanku?"

"Tidak"

"Baiklah nona pemarah" balasnya sambil terkekeh lagi

"Bisakah kau mengurangi kebiasaanmu?"

"Kebiasaan apa?"

"Suara tawamu mengangguku"

Tidak ada jawaban darinya, hanya gelengan kepala dan senyumnya yang kulihat kemudian kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

Kami menghabiskan makan dengan diam, bahkan saat kami beranjak untuk kembali ke mobil pun tidak ada dari kami yang membuka suara, kami masih sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jadi kita kemana sekarang? Aku tau kau bukan hnya sekedar mengajak makan siang" kataku mengalah untuk membuka suara pada akhirnya.

Namun ia hanya terkekeh kemudian tersenyum puas tanpa menjawab pertanyaanku.

Sekitar dua jam kemudian kami sampai dipantai yang masih sangat sepi dan jarang diketahui orang, karna tempat ini masih begitu asli dan sangat sepi.

Senyumku seketika mengembang. Tanpa memperdulikan apapun akupun bergegas turun dari mobil, melepas heelsku kemudian berlari kepesisir pantai.

Udaranya yang sejuk dan airnya yang jernih membuatku betah berlama-lama bahkan bermain air. Jangan tanya mengapa karna aku adalah pecinta pantai.

Waktu sudah menunjukkan lima sore, kami duduk berdampingan sambil menunggu matahari yang akan segera tenggelam.

Kali ini kami mencoba melupkan soal permasalahan kami, entah mengapa rasanya aura hari ini begitu hangat antara kami.

Dan tanpa disadari keduanya sama-sama mengembangkan senyumnya.

"Darimana kau tau tempat ini?" tanya Lily yang masih menatap kelangit yang mulai berwarna oranye.

"Temanki seorang traveler yang menyarankanku untuk kemari, ia bilabg sunset dan sunrise disini patut dipuji keindahannya" jawab Alex menatap Lily.

"Jadi apakah aku harus berterima kasih padamu atau temanmu?" tanya Lily sambil terkekeh.

"Ternyata kau bisa tertawa?"

"Hei!" tegur Lily tidak terima kemudian menatap Alex garang.

Yang ditatap hanya tertawa melihat ekspresi wanita disampingnya.

Namun suasana kembali sunyi, mereka kembali sibuk dengan pemikiran masing-masing bertanya dalam hati dengan kejadian tak terduga hari ini.

"Lily"

"Alex" ucap mereka bersamaan, namun kemudian keduanya kembali terkekeh.

"Ladies first"

"What a gentleman" Lily terkekeh.

"Terima kasih untuk hari ini" ucap Lily tulus kemudian tersenyum.

"Ini belum seberapa" jawab Alex cuek.

"Kau merusak suasana, Tuan Alexander" ucap Lily malas kemudian memutar bola matanya.

"Baiklah waktunya pulang, tuan putri"

Alex berdiri kemudian mengulurkan tangannya kepada Lily dan diterima dengan senang hati.

***

"Sekali lagi terima kasih untuk malam ini"

"Aku akan sering-sering mengajakmu kepantai jika hanya itu salah satu cara agar moodmu bagus"

Lily terkekeh mendengar pernyataan jujur Alex.

"Pulanglah, ini sudah larut malam"

"Berikan aku ciuman"

"Kau idiot"

"Ayolah"

"Tidak"

"Lily"

"Tidak"

"Lil--"

"Tidak, tidak, dan tidak"

"Pelit"

"Pemaksa"

"Pelit"

"Pe--" tanpa aba-aba Alex mencium pipi Lily kemudian terkekeh.

"Masuklah, aku harus pulang"

Lily pun keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Lily itu hanya ciuman dipipi, oke?" ucap Alex saat melihat Lily yang tak kunjung bersuara.

"Baiklah, selamat malam" Alexpun menutup jendela dan pulang menuju apartmentnya.

***

Hello!

Gimana-gimana part ini? Kira-kira Alex Lily mau damai gak ya??

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang