Tujuh Belas

765 16 0
                                    

Sinar matahari sedikit demi sedikit mengintip dari selah-selah tirai kamar membuat Lily terbangun dari tidur, mencoba membalikkan tubuh untuk mengumpulkan kesadaran namun mendapati seseorang semakin mengeratkan lengan dipinggangnya dan merasakan sesuatu yang menonjol tepat dibokongnya.

"Britney, ini masih terlalu pagi untuk membangunkan kami"

Mendengar suara berat itu Lily segera terbangun dan secara reflex mendorongnya hingga terjelembab ke lantai, menampilkan tubuh pria itu yang tidak ditutupi sehelai benangpun dan secara bersamaan Lily menyadari bahwa keduanya sama-sama tidak mengenakan apapun.

"Apa yang kau lakukan disini tanpa pakaian?!"

Mendapati seseorang yang berteriak sontak membuat Alex bangun dan menatap Lily yang menutupi tubuhnya dengan selimut. Alex menguap santai dan berdecak pinggang.

"Bukankah semalam keinginanmu? Kau yang memohon"

Lily merasakan kepalanya yang sedikit pening kemudian melihat sekeliling, mendapati pakaian mereka yang terlempar tanpa arah seolah-olah menjadi saksi bisu kegiatan keduanya semalam.

"Dengar. Semalam akan kuanggap sebagai salah satu kegiatan one night standku dan tidak lebih. Aku tidak mungkin mengkhianati Britney dan kau tidak akan berani mencoba untuk mengatakan hal ini padanya"

Ucap Alex tegas membuat Lily berdecih dan muak. Ia bangun tanpa peringatan tanpa repot menahan selimut untuk menutupi tubuhnya membuat Alex sedikit terkejut namun mencoba untuk mengkontrol ekspresinya.

"Dengar tuan sok baik hati. Aku bahkan tidak peduli dan tidak berminat untuk ikut campur. Kehidupan pribadimu bukan hal yang penting untuk ku urus dan begitupun sebaliknya. Dan kegiatan kita semalam adalah sebuah kesalahan yang tidak perlu dipermasalahkan. Jadi sekarang ku minta kau pergi dari kamarku karna aku harus bersiap ke kantor"

Tanpa menunggu Alex keluar dari kamarnya Lily berjalan ke kamar mandi tanpa peduli bahwa diam-diam Alex menikmati pemandangan pagi tubuh Lily yang tanpa busana dan malah membuat miliknya menegang.

**

Lily mengetukkan pulpen ke meja untuk kesekian kalinya selagi matanya meneliti berkas dihadapannya. Bukan karna ada yang tidak beres dengan isi kertas yang sedang dibacanya, tetapi pikirannya yang sedang berkelana memikirkan kejadian semalam hingga pagi tadi, menyadari betapa bodohnya ia yang selalu terjebak dengan pesona Alex.

Ia tidak habis pikir, apa yang ada didalam kepala pria itu sehingga bisa dengan mudahnya melakukan kegiatan ranjang dengannya sementara ia memiliki Britney. Dan ditambah sedikit mengancamnya agar kejadian itu tidak diketahui Britney. Alex benar-benar sudah tidak waras, pikir Lily.

Drrt..drrt..

Getaran ponsel mengembalikannya ke dunia nyata, mendapati orang yang sedang ia pikirkanlah yang mengirim pesan.

From: Alex
Bersiaplah, satu jam lagi aku akan menjemputmu. Kita ada janji dengan pihak catering.

Dan jangan lupa, kedua orang tua kita juga akan hadir, jadi bersikap manis.

Aku memutar bola mataku malas membaca kalimat terakhirnya. Bukankan kata-kata itu lebih tepat untuknya? Malas berdebat aku hanya meninggalkan pesan terbaca dan kembali berkutat dengan pekerjaan.

**

Alex dan Lily semakin disibukkan dengan persiapan mereka karena kedua orang tua mereka yang lagi-lagi memiliki urusan mendadak ke luar kota yang tentu saja diterima dengan senang hati karena akhirnya Lily bisa kembali ke apartment miliknya dan bisa menjauh dari Alex.

Seperti malam ini, Lily memutuskan untuk pergi ke sebuah klub malam yang biasa ia datangi untuk menghilangkan penat dan pikirannya tentang bajingan Alex yang semakin berani bermesraan dengan Britney, walaupun sebenarnya mereka melakukannya di penthouse milik Alex, tetapi tetap saja ia kesal karna ada banyak pembantu Alex yang mengetahui, bahkan ada yang beberapa kali terang-terangan melaporkan kepada Lily kalau mereka melihat Britney dan Alex bercinta dengan panas.

Mengingat hal itu semakin menambah rasa pening dikepalanya. Seorang pria mendatangi Lily yang tengah duduk sambil memandangi gelasnya yang baru saja diisi oleh bartender.

Lily tanpa sadar mencelupkan jari telunjuknya ke dalam minuman miliknya, kemudian mencecap rasa air yang ada dijarinya. Pria disebelahnya itu kemudian terkekeh melihat tingkah Lily dan membuat Lily menoleh kearahnya.

"Apakah mencicipi minuman seperti itu menimbulkan rasa yang berbeda?" Ia masih saja terkekeh di sela-sela ucapannya membuat Lily memutar bola matanya.

"Yah, coba saja sendiri" ucapnya asal, merasa pria tersebut sengaja meledeknya. Namun sedetik kemudian ia dibuat terkejut mendapati pria tersebut menuangkan sedikit minuman milik Lily ditangan wanita itu dan mencecap setiap senti telapak dan jari-jari Lily menimbulkan sensasi menggelitik dan sensual sekaligus yang kemudian diakhiri dengan pria itu sedikit menggigit dan melumat jari telunjuk Lily.

"Kau benar, rasanya lebih nikmat" ucap pria tersebut pelan dengan mendekatkan wajahnya, membuat hidung keduanya bersentuhan. Ia menggesekkan hidungnya pelan kemudian menjauh dengan senyuman yang tidak bisa ditebak sejenak membuat Lily terpaku mengamati wajah pria itu, merasa familiar namun ia yakin bahwa pria dihadapannya bukan dari kalangan pebisnis mengingat ia sering membaca majalah bisnis namun kemudian ia tersadar saat mendapati pria itu mengelap tangan Lily dengan sapu tangan.

"Prince Charming" pria itu mengulurkan tangan dengan sopan selayaknya seorang pangeran dengan menahan tawa yang tampak jelas karena sudut bibirnya berkedut.

"Ah Prince Charming, aku Cinderella, kalau begitu" tanpa ragu Lily mengulurkan tangannya, kemudian mendapati pria tersebut mengecup punggung tangannga dan diakhiri kekehan keduanya.

"Maafkan sikapku yang sedikit tidak sopan tadi" Lily membuka percakapan mereka dengan santai.

"Bukan masalah, aku lebih menyukai wanita yang sedikit galak" bisik pria itu membuat Lily lagi-lagi terkekeh.

"Kalau begitu aku akan menjadi lebih galak kedepannya" ucap Lily menantang.

"Oh, aku sangat berharap akan ada pertemuan berikutnya" ia menaruh tangan kanannya di dadanya sambil sedikit membungkukan tubuh seolah-olah sedang berbicara dengan seorang ratu.

Menit-menit berikutnya keduanya tenggelam dalam percakapan ringan dan tidak jarang pria ith membuat lelucon yang membuat Lily tergelak tawa, melupakan segala hal yang sebelumnya terperangkap dibenaknya.

Lily menatap jam dipergelangannya melihat jam sudah menunjukkan jam 2 pagi, mereka terlalu larut dalam percakapan hingga tidak sadar sudah memakan waktu lama.

"Sepertinya ini sudah waktuku untuk pulang" ucap Lily sopan sembari bangun dari kursi barnya.

"Ah, Cinderella sudah harus kembali rupanya" ucap Prince Charming dihadapannya dengan sedih yang dibuat-buat.

"Biarku antar kalau begitu?" sambungnya dengan mengulurkan tangan kepada Lily.

"Selagi ini adalah tawaran yang gratis tentu saja dengan senang hati" jawab Lily dengan senyum manisnya dan menerima uluran tangannya. Kemudian keduanya melenggangkan kaki keluar dari klub menuju parkiran tempat pria itu memarkirkan mobilnya.

***

Whoaa hello readers! Its been a long long long time semenjak terakhir gue update.

Kira-kira siapa ya cowo yang ngobrol dan bisa bikin Lily ketawa bebas? Ada yang bisa nebak ga nih perannya cuma sementara atau ngga? xixixiix

Semoga kalian masih setia nunggu lanjutan cerita ini ya ^^

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang