Enam Belas

4.8K 76 2
                                    

Dentuman keras suara musik terdengar sangat akrab bagi Lily, ia mengenakan dress hitam ketat yang menunjukkan bentuk indah tubuhnya, dengan potongan dada rendah--sangat rendah--hingga seperti terlihat payudaranya yg hampir ingin keluar dari dress tersebut. Dengan panjang yang hanya menutupi setengah dari pahanya dan menggulung rambutnya keatas menunjukkan lehernya yang jenjang, warna kulit Lily terlihat sangat kontras dengan gaun yang ia pakai.

Ia sangat menikmati alunan lagu yang dimaikan oleh seorang DJ di tengah ruangan, sesekali menggoyangkan tubuhnya dikursi bar sambil menikmati minuman yang ia pesan berluangkali. Sudah banyak para lelaki yang berada disana mencoba untuk mendekati Lily, namun baru saja ingin mengajak Lily bicara mereka disuguhi dengan tatapan tajam seorang pria disamping Lily seolah mengisyaratkan bahwa Lily tidak sendirian malam itu. Dengan wajah yang terlihat mulai sayu dan menimbulkan rona kemerahan diwajahnya, menandakan ia sudah mulai mabuk semakin menambahkan kesan sexy, membuat banyak pria yang melihat Lily kelaparan.

Lily mengambil gelasnya yang telah diisi oleh seorang bartender, entah sudah gelasnya yang keberapa ia tidak perduli, ia hanya ingin melepas penat di kepalanya untuk saat ini, terlalu banyak hal-hal menyesakkan akhir-akhir ini membuat kepala Lily kembali berkedut nyeri membayangkannya.

Pria itu segera menarik gelas yang Lily pegang dan menjauhkan gelas itu, bertujuan agar wanita dihadapannya berhenti minum lagi.

"Kau sudah mabuk, jangan membuatku kerepotan membawamu pulang."

"Ayolah Tony, kau sudah berjanji hanya akan menemaniku dan tidak merusak suasana kali ini." Ucap Lily sambil berusaha menggapai gelasnya lagi.

"Tidak. Jika kau terlalu mabuk kau akan membuat bencana."

Lily memasang mimik sedihnya berharap Tony akan terpengaruh, namun Tony masih dengan mode wajahnya yang serius membuat Lily menyerah, memalingkan wajahnya dari pria itu dan kemudian mengistirahatkan kepalanya sejenak dimeja bar.

Ia samar mendengar tarikan nafas berat dari pria disampingnya.

"Aku akan ke toilet, tetaplah disini oke?" Tony membisikkan Lily, dan sangat terdengar seperti keharusan yang Lily turuti. Menatap Tony sebentar kemudian mengangguk dan tersenyum tipis Tony pun bergegas menuju toilet. Lily melihat Tony yang sudah menjauh kemudian menarik kembali gelasnya, meneguknya hingga kandas. Dan kembali memesan beberapa gelas kepada bartender sebelum merasakan seseorang kembali mengisi kursi kosong disampingnya.

"Uhm.." Lily mendesah pelan saat merasakan seseorang membelai lembut pahanya, ia menggigit bibirnya saat merasakan jemari itu mulai mendekati titik sensitifnya. Saat Lily ingin melihat wajah pria yang menyentuhnya, Lily langsung diterjang dengan lumatan yang menggebu-gebu. Lily tidak munafik, ia merindukan sentuhan seperti ini bahkan ia sudah tidak perduli siapa yang sedang bercumbu dengannya di meja bar. Sedang menikmati lumatan dan sentuhan dipahanya tiba-tiba pria dihadapannya tertarik kebelakang dan kemudian tersungkur dilantai.

"Jangan pernah kau sentuh dia lagi." Lily merasa mengenal suara itu, sang pemilik suara yang selalu ia rindukan. Lily terkekeh mana mungkin dia datang kesini. Lily kembali meneguk minumnya hingga kandas membuat kepalanya terasa semakin berputar, saat tubuhnya hampir terjatuh sepasang tangan menagkapnya dengan sigap dan merangkul bahunya lembut. "Ada apa dengannya?" Ia sudah tidak mendengar apa-apa lagi, Lily hanya tau jika seseorang membantunya masuk ke mobil dan mengantarnya pulang.

**

Lily berjalan masuk ke dalam sebuah penthouse dibantu oleh seseorang, pria itu memapah Lily masuk ke sebuah kamar dan mendudukkan Lily di pinggir kasur.

"Biarkan aku membantumu berganti pakaian." Pria itu berjongkok dihadapan Lily, namun saat pria itu menaruh tangannya dipunggung Lily, ia bangkit dan menjauhkan diri.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang