[Attention: Untuk para readers yang baca tulisanku, tolong yah jadi Readers yang baik. Cerita ini aku ikutin di #wattys2016 , jadi kalau kalian suka, aku akan seneng kalau kalian Vomment sama Vote lewat Twitter. Thanks]
Kyle POV
Akupun langsung keluar ruangan untuk mencari Eric yang sengaja mencuri ciuman denganku.
Mataku mengabsen setiap orang yang aku temui dihotel itu namun hasilnya nihil.
"Oke.. Aku pasti akan membalasnya. Lihat saja Mr. Eric Swarzthe Norton." Kataku pada diriku sendiri dan aku langsung pergi meninggalkan hotel itu.
Saat aku sedang menunggu bus tiba tiba ponselku berbunyi.
"Catherine?" Gumamku melihat nama seseorang yang menghubungiku.
Aku benci ini. Catherine adalah teman sekolah menengah atas dan dia selalu senang memojokkan aku dan memamerkan semua barang barunya. Meskipun kami terlihat sangat dekat tapi aku yakin hatinya sangat tidak menyukaiku. Bahkan dia sempat merebut Danny senior disekolah kami dulu yang sudah aku taksir semenjak melihat wajahnya.
"Dia pasti akan memamerkan barang barunya." Gumamku lagi.
Dengan malas aku mengangkat telponnya.
"Hallo.."
. . . .
"Apa? Jam empat sore? Memangnya ada apa?".
. . . .
"Kumpul? Memangnya Bianca dan Emily juga datang?".
. . . .
"Baiklah."
Catherine pun memutuskan sambungan teleponnya setelah aku menyetujuinya untuk mengunjungi pukul empat sore nanti.
"Aneh." Gumamku dan langsung masuk ke bus karena sudah datang dan langsung mencari tempat duduk.
Pandanganku kuarahkan pada jalanan kota yang tidak bisa dibilang sepi. Entah kenapa tiba tiba kejadian ciuman yang eric lakukan padaku terulang kembali dimemori ingatanku. Akupun langsung memejamkan mata dan menggelengkan kepalaku.
Setelah sampai di apartement minimalisku akupun langsung menuju kearah dapur untuk mengisi perutku karena sebentar lagi akan perang mulut bersama Catherine. Pikirku.
*
Eric POVDuduk ditempat kerja ditemani dengan setumpuk tugas membuat kepalaku sedikit pening. Ini memang kesalahanku karena aku justru meninggalkan pekerjaanku selama dua hari untuk pergi ke Itali.
"Kyle...". Gumamku karena memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu bersamanya.
"Wanita gila, apa dia tidak tertarik denganku? Membuatku kesal karena tidak mau menerima ciumanku."
"Drrt... Drrt...".
"Hallo".
. . . . .
"Baiklah. Aku akan segera datang."
Akupun langsung pergi meninggalkan tempat yang membosankan ini menuju ke Norton Park.
Membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai disana karena keadaan jalan yang ramai.
"Clara... Ada apa?" Tanyaku to the point pada wanita yang kini sudah duduk diAudy Cafe.
"Edward, dia bilang katanya akan melamarku". Jawab Clara yang langsung mempersilahkan aku duduk didepannya.
Edward melamar Carla? Seketika sekujur tubuhku seperti terbakar. Apa aku masih menyimpan perasaan dengannya? Tidak. Carla lebih memilih Edward sebagai pendamping hidupnya yang menurutnya lebih baik dariku. Kuakui Edward bisa setia dan menjaganya tapi jangan lupa Carla, Edward yang membuat Mommyku membenciku dan yang membuat aku pergi dari rumah juga.
"Eric.. kenapa kau diam? Kau tidak senang?". Tanya Carla dan menyadarkan lamunanku.
"Tidak Carla. Tentu saja aku senang." Jawabku dengan memaksakan senyum manis kepadanya.
"Baiklah. Sekarang biarkan aku yang mentlaktirmu boy. Kau ingin makan apa?"
"Oke. Tapi aku tidak sedang lapar. Bagaimana kalau lemon tea saja."
"Kau ini. Tumben sekali bilang tidak lapar."
Merekapun asyik makan siang bersama.
*
Kyle POVPukul empat. Aku membenci waktu saat ini. Akupun bersiap-siap untuk pergi menuju rumahnya Catherine.
Tunggu. Ada satu hal yang aneh dalam diriku.
Akupun bersikeras untuk memikirkannya. Pandanganku jatuh pada cermin didepanku dan yah aku ingat. Pakaianku. Ini bukan pakaianku. Ini adalah milik Eric. Lalu dimana pakaianku?
Astaga?! Jangan jangan masih di mall."Kyle..yes you're stupid girl". Gumamku kesal pada diriku sendiri.
Tidak apa apa aku pinjem satu hari penuh dan besok aku harus kembali kesana mengambil milikku dan mengembalikkan miliknya.
Setelah merasa pas dengan dress warna hijau tosca yang kupakai dan sedikit olesan make up membuat penampilanku sedikit menarik, setidaknya mencegah dapat hujatan dari mulut naga kerdil Catherine.
Kulangkahkan kakiku menuju jalan depan apartemenku untuk menaiki busway. Merasa jalanan sepi akupun menyeberang jalan dan hollishit.
"Aaaaaaaaa" teriakku kencang melihat mobil lamborghini menuju arahku dengan kecepatan tinggi.
Tuhan masih menyayangiku. Mobil itu berhenti mendadak dengan jarak satu senti dari tubuhku.
Akupun langsung berjalan menuju pengemudi mobil itu.
"Wooiii... buka. Dasar orang kaya sombong. Mentang mentang pakai mobil mewah bisa jalan seenaknya. Buka pintunya."
Tanpa ampun aku menggedor pintu mobil itu. Bahkan aku tidak berpikir mobil otu terlalu mahal, bagaimana aku harus mengganti kaca pintunya jika rusak karena pukulan kerasku.
Pengemudi itupun keluar dari singgasananya.
"Eric?" Umpatku dalam hati.
Tunggu. Ini bukan Eric. Aku masih ingat warna bola matanya berwarna abu abu dan ini berwarna biru gelap? Apa Eric pakai lensa mata? Pikirku dalam hati yang memperhatikan lelaki yang keluar dari mobil dan kini berdiri tepat didepanku.
"Maaf nona. Aku tidak sengaja. Aku sedang terburu-buru. Apa kau baik-baik saja?." Tanya lelaki itu dengan sopan.
Aku menghela napas lega. Iya ini bukan Eric. Tidak mungkin dia Eric karena bisa berbicara sopan denganku. Sedangkan Eric dia sangat arogan.
"Aku baik-baik saja. Tapi tuan maaf kalau kau berkendera seperti itu lagi aku rasa Rome Pearce merasa tertandingi olehmu." Ujarku padanya. Dia hanya tertawa kecil mendengar ucapanku yang sepertinya jadi candaan untuknya.
"Baiklah. Sebagai rasa permimtaan maafku bagaimana kalau kau ku antar. Sepertinya kau akan pergi menggunakan kendaraan umum?".
Good job Tuan. Kau tepat sekali. Tapi bagaimana dia bisa tahu?.
"Bukankah katamu tadi kau sedang sibuk?".
"Sibuk takut kau pergi dari jalanan ini."
Astaga. Dia ternyata player. Apa muka muka seperti mereka adalah player?
"Kau ini bisa saja. Baiklah tawaranmu kuterima."
Akupun langsung masuk ke mobil mewahnya yang ku taksir harganya sampai milyaran. Jangan bertanya kenapa aku mau ikut padanya. Jawabannya tidak lain adalab hemat biaya.
"Oh yah.. kita belum berkenalan. Siapa namamu?" Tanya laki laki disampingku.
"Namaku Kyle Stinson. Kalau kamu?" Tanyaku balik agar terlihat sopan.
"Edward Swarzthe Norton. Panggil saja Edward". Jawabnya yang disusul senyum manis andalannya mungkin.
"Edward" panggilku lirih kearahnya. Dia hanya tersenyum tipis namun pandangannya masih tertuju pada jalanan.
Tunggu. Sepertinya aku pernah dengar nama itu. Edward Swarzthe Norton? Bukankah sama dengan Eric Swarzthe Norton? Apa mereka saudara kembar?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Liar Girl ✔
RomantizmBELUM SEMPAT DIREVISI, MOHON MAKLUMI JIKA MENEMUKAN TYPOS *Eric Swarzthe Norton "Kau yang memulainya manis". Kau yang menyalakan api, maka aku siap memberikan kayu bakar untukmu. Aku hanya berharap api itu tidak padam terlalu cepat. *Kyle Stinson "A...