chapter 17

159 10 0
                                    

Mereka berempat berjalan tanpa arah menelusuri pohon pohon mencari jalan keluar yang tanpa mereka sadari semakin membuatnya masuk ke dalam hutan

"Ehh rafa kamu gak capek apa?"tanya alifah

"Biasa aja"

"Raf ini jalan bener gak ntar nyasar lagi"sahut annisa

"gua jalan tinggal jalan"

"Jadi daritadi lu nyasar?"

"Entah"

"Idih harusnya tadi gua gak usah ngikutin lu tuh"

"Siapa suruh?"

"Kayaknya lu ama alifah lembut amat tapi ama gua ngeselin amat, emang orang yang jatuh cinta itu gak bisa ditebak"

"Ehhh nis kok gua merinding gini yaa"sela eka

"Kedinginan kali lu ka"

"Beda dodol"

"Ehh tapi gua kok tiba tiba juga ikut merinding gini"

"Kok mendadak ada kabut gini yaa?"seru rafa

"Ahh sialan lu ada kompas gak raf?"

"Ada nihh"rafa memberikan kompasnya ke arah annisa dan mulai di otak atik olehnya

"Mampus dahh mulai gak berfungsi, rafa lu kan cerdas arah utara kemana??gece mulai tebel nih kabut"

Rafa seolah bisa membaca pikiran annisa dia langsung lari ke arah yang menurutnya utara itu, saat mereka sedang berlarian hampir saja rafa menabrak dua orang pemuda

"Apa yang kalian lakukan disini?"tanya seorang pria yang berambut ikal itu

"Disini sangat berbahaya seharusnya kalian tidak boleh kemari"sambung pria satunya lagi

"Hosh hosh kami tersesat lalu berjalan tanpa arah dan gak sengaja sampe kemari"jawab rafa yang sedang mengatur nafasnya itu

"Ayo ikut kami, ini sudah terlalu larut jalan malam-malam seperti ini akan berbahaya apalagi malam ini...ah sudahlah besok pagi kalian akan kami antar disini tidak aman ayo cepat nanti akan kami ceritakan"
Ucap pria berambut ikal itu

Dua pemuda itu berjalan sangat cepat membuat mereka semua kewalahan mengejarnya, tidak lama kemudian mereka berhenti di sebuah tempat, kedua pria itu menggeser sebuah batu besar setelah terbuka setengah pemuda itu menyuruh masuk kedalam

"Ayo cepat masuk"mereka masuk satu persatu hingga yang terakhir dan batu ditutup kembali

"Ini adalah tempat persembunyian kami setiap malam, tempat ini cukup aman untuk berlindung"

Tempat itu hanya diterangi oleh tiga obor yang menyala hangat dan hanya berukuran sepetak dan lantainya beralas tikar untuk tidur, rafa membaringkan alifah yang nampaknya sudah tertidur pulas diatas tikar itu
Setelah itu mereka duduk saling berhadapan diatas tikar

"Terimakasih sebelumnya telah menolong kami, nama saya rafa ini annisa dan eka"

"Ohh iya sama-sama nama saya putro"ucap pria berambut ikal itu
"Saya juki"

"Bisa tolong jelaskan maksud anda tadi?"seru annisa penasaran

"Kalo tidak salah ini malam keramat bagi desa terlarang di malam ini mereka akan mencari tumbal, lalu memakan daging nya mentah-mentah korbannya kebanyakan orang yang tersesat di hutan"jelas putro

"Jika kalian menyaksikan secara langsung mungkin akan muntah atau pingsan, hiii"juki yang bercerita pun tampak merinding membayangkannya

Tiba-tiba mereka mendengar suara seretan kaki lalu jeritan dan teriakan diatasnya
"Akkkkkhhhhhhhh lepas akkkkkhhhhhh"

"Eka gua takut nih"annisa dan eka saling memeluk satu sama lain

"Sstt jangan berisik"kata putro

"Diam atau kamu kami bunuh disini"

Suara itu kian lama kian menjauh dan mulai tak terdengar lagi

"Bagaimana nasib dengan orang itu hanya tuhan dan mereka semua yang tau"

"Mungkin tinggal nama"sambung juki

Rafa annisa dan eka




Mystery A VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang