Mark menatap sedih seorang gadis yang tampak sangat lemah di atas ranjang rumah sakit. Gadis yang selalu terlihat kuat, gadis yang selalu melawannya dan gadis yang selalu berlari-lari dipikirannya.
Siapa sangka kalau seorang Jung Hyemi dapat terlihat begitu lemah? Dan siapa yang tega melihatnya? Bahkan Mark yang dikenal sebagai biangnya bajingan pun sedih.
Gadis itu, satu-satunya gadis yang dapat meluluhkannya, satu-satunya gadis yang dapat membuatnya tertawa dan satu-satunya gadis yang menjadi kelemahannya.
"Uugghh... " Mata Mark berbinar kala melihat Hyemi mulai tersadar dari pingsannya. Gadis itu memegangi kepalanya yang dibalut perban.
Mark langsung berjalan mendekat kearah Hyemi dan langsung memegang kedua tangan Hyemi. Pria itu langsung mengecup mesra puncak kepala Hyemi.
"Jangan terlalu banyak bergerak. Apa yang kau rasakan?" Tanya Mark menatap kedua bola mata indah milik Hyemi yang juga sedang menatapnya.
Hyemi tersenyum manis dan mengangkat tangan kanannya, gadis itu membelai lembut pipi Mark dan mencubitnya gemas.
"Aku hanya merasa sedikit pusing." Jawab Hyemi dengan senyuman manisnya.
"Mianhae. Itu pasti karena aku menendang bangku yang kau duduki dengan cukup keras." Ucap Mark penuh penyesalan. Namun dengan cepat Hyemi menggeleng.
"Aku justru berterima kasih kepadamu karena telah menolongku. Kalau saja tidak ada dirimu, entah apa yang akan terjadi padaku nantinya." Ujar Hyemi meyakinkan Mark. Mark pun tersenyum dan membelai surai indah milik Hyemi penuh kasih sayang.
"Jung Hyemi... " Panggil Mark dengan nada lirih yang membuat Hyemi mengernyitkan alisnya bingung.
"Ya, ada apa?" Tanya Hyemi pemasaran.
Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Penting. Tapi aku belum siap untuk menerimanya.
"Ah, aku lupa ingin bertanya apa." Mark terkekeh pelan dan menatap geli Hyemi yang jengkel.
"Eh,ngomong-ngomong. Keadaan Wonu bagaimana? Bagaimanapun juga ia adalah sahabatku." Tanya Hyemi menatap Mark penasaran.
"Dia sedang menjalani perawatan. Ya karena bagaimanapun juga ia adalah sahabat dari calon istriku hahaha... " Goda Mark yang berhasil membuat kedua pipi Hyemi merona malu.
"Rayuan basi." Hyemi menjulurkan lidahnya meledek Mark. Mark hanya merespon dengan menyubit gemas kedua pipi Hyemi yang masih merona.
"Kalau itu rayuan basi, mengapa pipimu memerah huh?" Goda Mark yang semakin membuat rona merah itu menjadi lebih merah.
"Sudahlah." Hyemi memalingkan wajahnya malu. Disambut kekehan geli dari Mark.
Sret
Tatapan Hyemi dan Mark kini tertuju kepada pintu kamar rumah sakit. Disana berdiri seorang pria tampan, dengan setangkai bunga mawar merah yang indah.
Pria itu tersenyum manis menatap Hyemi penuh rasa rindu. Hyemi pun membalas tatapan rindu itu.
"Mi-ya." Panggil Hoseok dengan suara serak menahan tangis. Pria itu berjalan mendekat kearah ranjang Hyemi. Mark memberi Hoseok jalan untuk berada disamping Hyemi.
"Hoseok oppa." Panggil Hyemi dengan suara memilukan. Oh Tuhan, sudah berapa lama kau memisahkan kakak-adik ini?
Hoseok langsung memeluk Hyemi dengan erat. Hyemi juga membalas pelukan Hoseok. Mereka menangis bersamaan. Dengan suara isakan-isakan kecil. Mereka menangis tanpa memperdulikan Mark yang masih berada diruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mark's Darkness✔
Hayran KurguHe's from the darkness. He's a player. But, he's my future. Jung Hyemi dijodohkan dengan cucu pemilik sekolahnya, Mark Tuan. Mark sendiri adalah berandalan yang paling ditakuti disekolah. Ia juga pembalap liar dan playboy. Kalau Hyemi dijodohkan den...