1

1.4K 209 75
                                        


"Sialan. Kalah lagi." Abe membanting PSP nya di atas meja makan. Ia dan keluarganya sedang bersiap sarapan seperti biasanya setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah. Ketika ia sibuk bermain game, adiknya Mandy dengan diamnya duduk manis sambil memperhatikan kakaknya bermain.

Hanya bertiga tanpa ada sang papa.

"Iya, kau jaga kesehatan disana. Moscow udaranya sangat dingin, selalu pakai jaketmu.."

Pandangan Abe beralih pada ibunya yang sedang menelfon tak jauh dari meja makan.

"I love you, too.."

Sesaat setelahnya Chrissy menutup telfonnya dan duduk bergabung dengan kedua anaknya.

"Baiklah, mari makan. Mama sudah selesai dengan papa." Chrissy mengambil beberapa helai roti dan mengolesinya dengan selai untuk berikutnya ia berikan pada anak-anaknya. Setelah keduanya mendapatan jatah mereka, ia menyiapkan untuknya sendiri.

"Sebelum makan, kita harus berdoa dulu. Bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan kita makanan. Oh iya! Papa kalian bilang hari ini dia sangat merindukan kalian dan bahkan ingin pulang dan memeluk kalian. Jangan lupa doakan papa kalian juga ya?" tutur Chrissy pada anak-anaknya yang hanya diangguki oleh si bungsu. 

Kemudian ketiganya memanjatkan doa sebelum makan dipimpin oleh mama mereka.

"Papa sekarang ada dimana ma?" tanya Mandy di sela-sela sarapan mereka.

"Dia ada-"

Belum sempat Chrissy menjawab, Abe sudah memotong kalimat mamanya.

"Untuk apa kau menanyakan keberadaan tua bangka itu Mandy? Toh dimanapun dia sekarang. Dia takkan mungkin ada di sisi kita dan takkan pernah peduli padamu." kata Abe sarkas dan hal itu langsung membuat adiknya tidak terima.

"Kakak jangan sok tau! Tadi mama bilang kalau papa mau pulang dan memeluk kita! Itu berarti dia merindukan kita!"

"Kau yang sok tau! Si tua bangka itu bohong! Anak kecil sepertimu tau apa Mandy?! Kau masih kecil. Kau belum sadar kalau papa tidak pernah peduli pada kita! Kalau dia peduli, di pesta ulang tahunmu tahun lalu dia pasti datang! Tapi kenyataannya dia tidak ada disini! Bahkan sampai saat ini!"

Sentakan sang kakak membuat Mandy murung dan hampir menangis untuk membenarkan apa yang dikatakannya barusan, tentang papa mereka yang tak pernah ada di tengah-tengah keluarga.

Chrissy yang melihat kedua anaknya berdebat segera menangahi, dengan lembut ia menasehati sang kakak, "Abe, papamu peduli padamu. Kau tidak boleh bilang begitu. Dimanapun dia sekarang dia pasti selalu mengingat kita. Jika tidak dia takkan bekerja keras sampai sejauh ini untuk kita." 

"Mama jangan terlalu baik pada papa! Setiap hari pasti mama yang selalu menelfon dan menanyakan keadaan papa! Memangnya dia sesibuk itu sampai menelfon kesini saja tidak sempat?! Memangnya itu yang namanya ayah? Yang namanya suam-"

"Abe, hentikan." Chrissy hampir membentak anaknya sendiri atas ocehan-ocehannya yang tidak masuk akal tentang Michael dan hampir melewati batas kewajaran. Jujur saja ia juga merindukan Michael bahkan melebihi kedua anaknya.

Ia merindukan sosok Michael bermain bersama kedua anaknya. Merindukan sentuhan suaminya sendiri yang sudah lama tak dirasakannya. Tapi apa boleh buat, Michael berada jauh dari keluarga juga karena keluarga. Ia bekerja keras hanya untuk mensejahterakan kehidupan istri dan anak-anaknya.

"Aku tidak lapar. Mau beli makanan di sekolah saja." Abe meletakkan roti yang sama sekali belum digigitnya kembali ke atas meja dan kemudian melenggang pergi ke sekolah tanpa berpamitan dengan Mandy dan mamanya.

"Mama, apa benar yang dikatakan kakak kalau papa sudah tidak peduli pada kita?" Sang adik yang dari tadi menyaksikan perdebatan mama dan kakaknya pun merasa cemas dan khawatir.

"Tidak sayang, itu tidak benar. Papamu sangat menyayangi kalian berdua. Kakakmu hanya rindu pada papamu saja." jawab Chrissy sambil tersenyum teduh pada Mandy.

"Mama tidak papa kan?" Mandy berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati mamanya, ia memeluk Chrissy dengan potongan roti yang masih ia genggam.

"Mama tidak papa. Sudah, tidak usah dipikirkan." Chrissy balas memeluk Mandy dan mendaratkan beberapa ciuman di dahi sang anak. "Sekarang habiskan sarapanmu lalu mama akan mengantarmu ke sekolah." ucap Chrissy setelah melepaskan pelukan mereka. 

Berbeda dengan sang kakak, Mandy dengan patuh menuruti dan mempercayai semua perkataan mamanya dan menghabiskan sarapannya segera.

Chrissy hanya bisa tersenyum nanar memperhatikan Mandy menghabiskan rotinya.

'Michael..seandainya kau ada disini..'


Vote

Comment

Follow

Safety Pin [Cliffostanza]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang