2

4.6K 141 0
                                    

Bruksss, sesuatu yang menghantam kepala Rafael ialah karung beras yang sengaja dipasang untuk berjaga2 jika ada maling masuk.

"Auw, sakit,Liv." Ringis Rafael kesakitan.

Oliv langsung menghampiri Rafael dengan headset masih bergelantung di kedua telinganya.

"Apa loe bilang?! Enak? Mau lagi?!" Tanya Oliv yang pendengarannya terganggu.

"Gue bilang kepala gue sakit,Liv!" Balas Rafael kencang.

Oliv lalu melepas headset-nya, "Siapa suruh loe masuk ke kamar gue?! Loe belum puas buat ngerebut kamar gue lagi?!"

"Bukan gitu,Liv. Gue disuruh sama bokap buat bangunin loe." Balas Rafael tertahan.

"Ya kalau loe punya adab bisakan loe ketuk pintu dulu?!" Umpat Oliv lagi
"Gue udah ngetok pintu kamar loe nyonya cantik! Tapi elo-nya gak denger." Bela Rafael masih dalam keadaan duduk.

"Yaudah bilangin ke bokap, entar gue turun!" Suruhnya.

"Iya gue turun," Dengan rasa kesal yang mendalam Rafael perlahan berjalan namun.

3 2 1

Bruukk! Rafael pingsan! Biasanya orang sering memberi bantuan seperti mengolesi minyak kayu putih namun tidak bagi Oliv, ia tersenyum licik dan menjauhi Rafael yang tergeletak dilantai lalu menuruni anak tangga.

Di ruang makan Oliv masih mengenakan kaos hitam-nya dan celana jeans pendek. Sungguh melebihi preman di pasar -,-

"Loh? Kok kamu masih pake baju kayak gitu?" Tanya papanya heran karena jam kuliah Oliv sebentar lagi dimulai.

"Oliv masih ngatuk,Pah." Balasnya enteng dan duduk di hadapan papanya.

"Mana Rafael?"

Oliv menatap kesal pada Ayah-nya, "Rafael lagi Rafael lagi. Anak papa sebenarnya siapa sih?" Batinnya. Dan tetap melahap sepiring roti beroleskan selai nanas.
"Jangan-jangan kamu ngusilin dia lagi ya?!" Tebak Ayahnya.

Dengan cepat Oliv menggeleng cepat dan mengangkat bahunya yang berarti tidak tahu.

"Oliv beneran gak tau ,Pa. Ciyus nih!" Balas Oliv dengan mengancungkan 2 jari.

Om Hendra ragu akan jawaban Oliv dan beliau pun berniat menghampiri Rafael jikalau terjadi apa2 dengannya
"Pasti datangin Cina Garut itu deh." Gumam Oliv pelan.

Tangga demi tangga Om Hendra menaikinya. Ada rasa yang mengganjal, ia tau bahwa Oliv itu seperti apa.

"Rafael!!" Dengan sigap Ayah Oliv langsung mendekati Rafael yang masih pingsan. Beliau lalu membopong tubuh Rafael ke kamar Oliv.

Setelah diolesi minyak kayu putih, tak lama Rafael sadar.

"Syukurlah kamu sadar,Raf" Ucap Om Hendra lega.

Namun kepalanya terasa dipukul oleh palu, mungkin karena rasa sakit dari alat petinju Oliv tadi. "Auw, sakit,Om." Rafael memegang kepalanya.

"Kamu kenapa kok bisa pingsan gini?"
"Enggak, Rafael cuma kecapean aja kok,Om." Jawab Rafael dengan unsur kebohongan.

"Kamu dikerjain lagi sama Oliv?" Selidiknya lagi.

Rafael menggeleng pelan, "Gak kok,Om."

"Kamu jawab jujur,Raf!" Sentak Om Hendra. Dengan sedikit ketakutan Rafael mengakui bahwa tadi ialah perilaku dari Oliv sendiri. Dengan geram, Om Hendra langsung mendatangi Oliv.

Rafael sempat menahannya namun kemarahan Om Hendra sungguh diluar batas.

"OLIV!!" Panggil Ayahnya dengan rasa marah.

Oliv yang melihatnya langsung ketakutan, "Ke, kenapa,Pah?"
"Kamu tidak puas melukai fisik Rafael?!" Marah Ayah Oliv

"Tapi semua it-"
PLAAKK

Belum selesai Oliv berucap, ia malah menerima hadiah tersadis dari Ayahnya

"Papa sudah puas memberi bekas tamparan di pipi aku? Papa udah puas?!" Air mata kini mengalir di pelupuk mata gadis ini. Ia tak menyangka, kejailannya ternyata membawa senjata makan tuan untuknya.

"Seharusnya papa yang berucap seperti itu! Kamu udah puas telah menghina Rafael? Kamu udah puas telah membuatnya pingsan? Kamu udah puas membuat papa marah?!" Oh Tuhan, kali ini Ayah Oliv sudah marah membabi buta.

"Kenapa papa lebih membela dia daripada putri sendiri?! Kenapa Pah!" Ungkapnya dengan suara tertahankan untuk menahan tangisan yang ia bendung.

"Jujur Liv, papa lebih menyayangi Rafael daripada kamu! Kamu tidak membuat papa bangga, malah kamu berhura-hura, keluar masuk bengkel yang hanya membuat otak papa semakin pecah!"

"Papa jahat!!!" Oliv langsung berlari menjauhi Papanya yang masih marah. Ia tak ingin lagi berdebat hanya karena Rafael seorang.

Saat Oliv masuk, ia melihat orang yang dibencinya, benar2 ia benci.
"Loe keluar dari kamar gue!!"

"Maafkan gue,Liv."

"Keluar!!" Teriaknya dengan kencang. Rafael lalu keluar dari kamar Oliv dan
Braaak! Oliv menutup pintu sangat keras.

What Di Jodohin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang