25

3.8K 101 3
                                    

Rafael hanya tersenyum saat Olivia memeluk tubuh nya,”Udah jangan nangis nanti kita bisa kekurangan oksigen di sini,jika kamu menangis terus,"Kata Rafael agar Olivia tenang,Gadis itu pun diam tanpa mengeluar kan suara nya, tapi pelukannya masih erat wajah nya saja sudah ia tengelam kan di dada Rafael yang cukup lebar itu.

“Apa Kita bisa selamat?? Apa kita akan keluar dari tempat ini??”Tanya Olivia dengan nada pelan, Rafael merangang kan pelukan nya itu,”Kita akan selamat,"Ujar nya dengan sangat yakin.

Olivia menengadah kan wajah nya ke arah Rafael, "kenapa kamu yakin sekali? Bagaimana kalau kita nggak akan selamat? Aku takut dengan kondisi seperti ini Hiks~” Olivia menatap nanar wajah Rafael walau sulit sekali melihat dalam kondisi yang gelap itu.

“Percayalah aku akan berusaha agar kita selamat, kamu cukup berdoa saja agar Tuhan memberikan kita jalan,"Jelas Rafael yang tak memerhatikan Olivia, Rafael berjalan mudur sedikit agar bisa melihat sekeliling Ruangan Lift tersebut

Tep,,,Olivia langgsung mencekal pergelangan tangan Rafael, "jangan jauh-jauh, aku mohon aku nggak bisa melihat di dalam ke adaan seperti ini,"Lirih Olivia dengan melas nya.
Rafael yang mendengar hanya tersenyum simpul, "Ini pegang lah Ponsel aku seengaknya cukup menerangi bukan?"Rafael meraih tangan Olivia dan menaruh Ponsel yang menyala itu di telapak tangan Olivia.

Olivia hanya mengeleng, "Ini kurang terang aku nggak mau, tolong jangan kemana-mana,"Olivia menolak lantas meminta Rafael tetap berada di sampingnya.

Rafael hanya bisa menghela nafas berat nya ia kembali lagi di sisi Olivia dan mengandeng erat telapak tangan Olivia “Hmm kita berada di lantai berapa ini??" Ia bergumam sambil melihat tiap sudut agar bisa tahu di mana diri nya berada.

Gadis itu berdiri diam tak bersuara, yang terdengar hanya nafas yang mulai tersengal-sengal dan mungkin keringat nya sudah mengucur di pelipis nya kini, Rafael menoleh Olivia dengan seksama berusaha melihat wajah gadis itu walau dalam keadaan cukup gelap, "Kamu kenapa ? kenapa nafas mu seperti tak beraturan hm??” Tanya Rafael yang cukup penasaran dengan Gadis nya itu.

“Aku nggak tahu, yang jelas jika aku terlalu lama di dalam ruangan yang gelap? Aku akan seperti ini,maka nya aku benci dengan Gelap hu—ha—hu—ha”Jelas Olivia, sedetik kemudian tiba-tiba badan nya meluruh kebawah.

“Olivia,,”Seru Rafael , Olivia kini sudah tersimpuh di bawa dengan posisi duduk bersandar, wajah cukup berkeringat yang Rafael lihat saat ini.

“Apa kamu bisa bertahan sebentar lagi? Aku yakin kita bisa keluar dari sini,"Pinta Rafael yang sudah khawatir melihat kondisi Olivia saat ini.

Olivia hanya menganguk lantas berkata “Maaf,,maaf kan aku Rafael kalau aku selalu membuat kamu susah, maaf juga kalau aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu,"Ujarnya pelan sambil menudukan kepala.

Rafaeal yang mendengar hanya tersenyum manis dan mulai duduk dekat Olivia lalu ia mengapai jari jemari Oliv, "Aku tak merasa kalau kamu membuat ku susah ,aku masih mengangap mu Istri yang baik,setidak nya kamu masih bisa menuruti kata-kata ku walau sedikit,”Ujar Rafael,
Olivia menoleh cepat, "Kamu boleh menceraikkan k aku kok kalau sudah nggak sanggup dengan sifat aku yang pembangkang,”Ujar Olivia perlahan menarik tangan nya yang di pegang oleh Rafael.

Namun Rafael menahan nya “Aku nggak akan menceraikan kamu, aku kan sudah bilang aku itu mencintai kamu, dan aku menikah dengan kamu bukan terpaksa, dan aku berharap Cinta ku ini tak bertepuk sebelah tangan,"Lirih nya lebih lanjut.
Gadis itu tertegun dengan ucapan Rafael ,terdiam sejenak apa yang harus ia katakan. Lampu emergency Lift itu pun menyala seketika walau tak terlalu terang itu cukup membuat Oliv bernafas lega.

“ Puji Tuhan, Lampu nya menyala," Oliviq bernafas lega sambil mengusap keringat yang sudah mengalir di pelipis nya itu.

“Fuh~ panas banget,"Keluh Rafael lalu melepas kan jas yang sedang ia kenakan saat ini, mengendur kan dasi yang mengikat lehernya itu.

What Di Jodohin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang