Chapter 3

390 19 1
                                    

Erik menatap jendela kaca tembus pandang yang sedang dilumuri air hujan. Sore ini hujan menguyur kota new york, warna putih dingin membuat mata terasa sejuk memandangnya. Kini rasa dingin mulai masuk ketulang rusuk Erik, ia hanya memakai kaos tipis dan lupa membawa jaket kulit tebal. Serasa tak ada yang bisa membuatnya hangat, kecuali secangkir capucino hangat yang mulai dingin akibat suasana angin dingin yang masuk dari pintu. Ia masih diam memandang hujan untuk memberikannya sebuah ide ceritanya. Namun ada satu hal yang belum di sadari tentang pertemuan dengan gadis aneh tadi siang yang sudah menghabiskan makannya.

"Siapa nama gadis itu?" Ucap dalam hati Erik sambil memegang cangkir capucino hangat ditangan kanannya, diminum SRUPP. Lalu ia menaruh cangkir berisi Capocino hangat dimeja dan menuliskan sesuatu hal tentang Gadis itu dilaptopnya..

Pertemuan singkat yang tak pernah ia sadari. Pertemuan itu membuatnya terus berfikir tentang sebuah perasaan yang berbeda, perasaan yang mengalir begitu saja seperti air hujan yang tumpah tanpa ada yang bisa menolaknya. Mungkin perasaanya saat itu seperti hujan. Ia tak menyadari kata demi kata telah keluar dari pikirannya. Yang ditulisnya ialah sebuah kisah pertemuan tak sangaja antara Gadis pemahat hati dan Pria penuh perasaan. Seperti apa kisah ini akan berlanjut ia belum mengetahui, namun kisah yang ditulisnya sampai dengan sebuah tatapan mata tajam antara Gadis dan si Pria.

Pikirannya terus tertuju pada Gadis bernama Lisa. Ia tak mengurungkan niatnya untuk menjadikan Gadis aneh itu tokoh utama dalam novel yang belum ia beri judul. Ia hanya mencoba mengeluarkan semua kemampuannya hingga bermenit-menit lamanya. Sambil mengetik sebuah cerita, sambil menunggu hujan reda.

Hujan berhenti pada pukul 05.10. Bersamaan dengan langit senja diufuk barat yang memancarkan cahaya emasnya. Burung-burung juga sibuk berkicau sambil berlari terbang diatas kota new york. Erik berhenti mengetik dilaptop, ia melihat jam dipergelangan tangannya menunjukan waktu sudah sore. Saatnya untuk beres-beres meja dan mematikan laptop untuk pulang.

Erik berdiri dari tempat duduk dan memasukan laptop ditasnya.

Alice menghampiri Erik yang akan pulang "Kau mau pulang Rik. Aku tadi melihatmu menulis dengan penuh perasaan. aku jadi penasaran dengan apa yang kau tulis" Ucap Alice yang sudah berada dihadapannya, tangannya sibuk memberekan meja.

"Oya. Aku hanya menulis novel yang belum aku beri judul" Jawab dengan nada datar.

"Aku harus pulang sore ini. waktu nampak sudah hampir malam. Berapa semuanya?"

"Ok. Semuanya 10 dolar" Jawab Alice yang masih sibuk membersihkan meja.

Erik mengambil uang 10 dolar didompetnya, ditaruhlah uang itu dimeja. Lalu ia pergi meninggalkan Fiat Cafe untuk pulang kerumah.

Diperjalanan pulang. Erik menaiki busway warna biru laut jurusan Kips Bay, Manhattan. Didalam bus ia duduk dikursi urutan ke 5 dari sopir, disamping ia duduk ada seorang wanita pekerja yang nampaknya sudah sukses karirnya. Wanita itu tersenyum ramah padanya, lalu mennyapanya dengan bahasa inggris yang cepat "Hy. Afternoon", Erik membalas dan memberikan senyuman manis khas Indonesia pada wanita itu. Busway melaju, mereka berdua kini terdiam satu sama lain.

Diperjalanan pulang.....

Erik mendengar getaran nada sms ditasnya. Dibuka tasnya dan diambilnya Hp berisi sms masuk?

"Erik kau dimana. Aku sudah berada diapartemenmu. Aku punya kabar baik tentang penerbit di kota new york, siapa tahu kau bisa mewujudkan mimpimu. By. William" Erik tertegun membaca sms dari william sahabatnya.

Dibalasnya?

"Aku sudah diperjalanan pulang. tunggulah diriku beberapa menit." Pesan dikirim ke William.

My Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang