Chapter 11

215 16 0
                                    

Lisa masih tak sadarkan diri dikamar tidurnya. Ditangan kanannya tertancap jarum berselang infus untuk ia bertahan. Ia benar-benar terlelap dalam mimpinya hingga lupa bangun, bayangkan, ia tak sadarkan diri sudah hampir 5 jam lebih hingga waktu petang datang. Tak ada yang bisa menganggunya walau badai menerjang rumahnya, walau petir mengelegar dilangit malam, ia tetap tak akan terbangun.

Lisa, Bangunlah---

Suara lirih panggilan nama Lisa keluar dari mulut Niel yang berada disebelahnya. Ia duduk dekat kepala Lisa, berkali-kali mendekatkan mulut ke kuping Lisa hingga berkata berulang kali memanggil namanya. Namun, Lisa tetap tak sadarkan diri dari pingsannya. Kini Niel mencoba memegang tangannya dengan penuh kasih sayang. Lalu berkata?

"Kau harus kuat, Lisa. Sadarlah, ada aku disini menunggumu. Maafkanlah semua kesalahan yang ku perbuat kepadamu. Tak ada maksud hati ini mengekangmu terlalu dalam. Lisa Sadarlah" Niel mulai meneteskan air matanya untuk Gadis yang dicintainya.

"Aku janji, Jika kau sadar. Aku akan antarkan kau setiap hari ke Alice Tully Hall, untuk les seriosa. Kau bernah berkata bahwa ingin tampil solo dikonser tunggal seriosa" Rengek Niel yang mulai memelas. Air matanya kini tak terbendung lagi hingga datanglah Mama Lisa yang melihat kedua pasang kekasih yang menyedihkan.

"Erik. Bagaimana keadaan Lisa" Tanya Mama Lisa yang baru didekat Niel.

Mama Niel baru pulang dari Kantor. Ia hari ini izin kerja karena diberi kabar oleh Dokter Wilson bahwa Lisa penyakitnya kumat lagi. Mau tidak mau ia harus menyisihkan waktu untuk putri tercintanya.

"Dia tidak apa-apa tante. Dia Cuma ingin istirahat" Jawab Niel, ia menoleh kearah Mama Lisa yang berada disampingnya dengan mata yang terlihat merah lebam.

Niel melepas genggaman tangan pada Lisa, lalu Berdiri dari duduknya dan bergeser pergi untuk memberikan kesempatan Mamanya untuk beradu kesedihan dengan Putri angkat tercinta.

Mama Lisa mendekati Putrinya dengan perasaan menyesal. Menyesal telah menyia-nyiakan kebahagiaan untuk anaknya, karena telah melupakan memberikan kasih sayang yang cukup diakhir hidupnya. Lisa yang malang, Mamanya memegang kepalanya yang masih memakai Wig, lalu dibukanya pelan-pelan. Syok saat melihatnya, bagaimana tidak syok. Rambut indah putrinya mulai rontok dan menjadi botak, selama ini yang dilihatnya adalah palsu tentang rambut lebatnya. Oh Tuhan, Sebagai Mama angkat yang membesarkannya tidak tahu tentang penderitaan putrinya.

Mama Lisa menangis sambil mencium kening Lisa. Air matanya menetes deras dikening Putrinya. Tangisan yang dalam atas musibah penyakit yang diderita Putri angkat tercinta. Mama Lisa tak sanggup melihat penderitaan anaknya, ia beranjak berdiri dan mengusap air matanya dengan tisu. Ia lekas berkata pada Niel disampingnya sambil tangannya memegang tangan anaknya yang lemas.

"Jagalah Lisa, Niel. Buat dia bahagia disisa hidupnya. Buang jauh-jauh peraturan yang membuatnya seperti ini." Mama Lisa menaruh tangan Lisa disamping pinggangnya. Ia lekas meninggalkan kamar dengan isak tangis, sudah tak sanggup melihat putrinya yang tak sadarkan diri oleh kanker otak yang menyakitkan.

"Baik Tante" Jawab Pendek Niel.

Niel merasa sangat sedih. Lalu kembali duduk disamping Lisa yang tak sadarkan diri. Kini, Niel menunggu kekasihnya terbaring lemah diranjang kamarnya. Menunggu keajaiban datang pada kekasihnya untuk sadar.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Jauh diujung sana. ada sebuah mimpi indah yang terlihat nyata. Mimpi berada disebuah panggung megah beraksitektur indah membuatnya tetap berada dalam bayangan mimpi itu. Terlihat dipanggung itu banyak murid-murid yang sedang berlatih giat untuk persiapan konser tunggal. Didalam mimpi itu juga, seorang gadis yang belum sadarkan diri masih mengikuti latihan itu. seolah-olah dia didunia nyata dan tak ada masalah dalam dirinya.

My Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang