Chapter 5

258 16 1
                                    

Erik melambaikan tangan pada Mark saat melewati toko buku St. Mark's Bookshop, Mark membalas dengan senyuman pada Erik. Erik hari ini telat berangkat ke Fiat Cafe karena ada hal yang harus diselesaikan diapartemennya. Sembari berjalan menuju ke Fiat Cafe, ia melihat jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 10.00. Harusnya ia sudah diFiat Cafe satu setengah jam yang lalu, saat ini harusnya sudah menulis beberapa bab untuk proyek novelnya. Desah Erik diperjalanannya.

Berjalan cepat memang membutuhkan tenaga yang besar, belum sempat sarapan pagi diapartemen dan kini harus berlari kecil untuk sampai ke Fiat Cafe. Sesampainya diFiat Cafe Erik terkaget melihat Lisa, Gadis kemarin siang yang bertengkar dengan cowoknya sekaligus menghabiskan secangkir capucino hangat dan wafel madu. Ada apa lagi dia datang keFiat Cafe dan duduk dimeja kesayangku. Kenapa Alice memperbolehkannya duduk disitu, bukannya aku sudah katakan pada Alice bahwa tempat duduk itu tak boleh ada yang menempati kecuali aku. Desah Erik yang berdiri didepan pintu masuk Fiat Cafe, ia memandang lekat Gadis yang bernama Lisa yang duduk ditempat duduk kesayangannya.

Alice memandang Erik yang masih berdiri terdiam didepan pintu masuk. Dia benar-benar merasa tak enak pada Erik soal Gadis yang duduk ditempatnya. Alice dengan segenap rasanya, menghampiri untuk menyapa?

"Morning, Erik." Sapa dengan senyuman pada Erik.

"Morning" Jawab pendek Erik yang masih menatap lekat kearah Gadis yang bernama Lisa.

"Maaf Erik. Dia sudah disitu dari 1 jam yang lalu. Sepertinya Gadis itu mencarimu. Sebaiknya kau temui dia" Ucap Alice dengan nada paksa, rasa tak enak kini bergemelut dibenaknnya. Pikiran resah menyelimuti dirinya, banyak kata-kata negatif keluar dari otaknya. Bagaimana jika mereka berebut tempat duduk, bagaimana mereka bertengkar dihadapan pelanggan lain, bagaimana tak ada yang menggalah. Oh Tidak.

"Erik. Come On. Temuilah dia" Ucap Alice pada Erik yang masih terdiam, kini hati Alice makin berdebar-debar. Lalu ia meninggalkan Erik untuk kembali ke dapur.

Erik mendekati Lisa dengan wajah masamnya. Berharap Gadis itu tak mempunyai maksud apapun duduk disana. Erik yang sudah berada disampingnya, menyapanya dengan nada dingin?

"Selamat pagi."

Lengos Lisa kerah sampingnya. Wajahnya mengkerut saat megetahui yang menyapanya adalah Pria kemarin. Lisa lekas membalasnya dengan senyuman¾

"Pagi" Jawab Pendek Lisa yang lekas berdiri dari kursinya.

"Oh Ya. Ini tempatmu bersantai ya. Maaf aku tak bermaksud memakainya" Ucap Lisa yang salah tingkah oleh suasana, namun mencoba untuk menenangkan hatinya yang grogi.

"Tak apa-apa. Duduklah disampingku" Erik duduk dikursi sebelah kanan. Lisa duduk dikursi sebelah kiri. Mereka kini saling berhadapan satu sama lain.

"Nama kamu siapa. Kemarin aku belum sempat tahu namamu" Tanya Lisa yang sedikit nekat. Namun ini semua dilakukannya untuk lebih dekat dengan orang Indonesia ini. Orang Indonesia kan terkenal ramah dan tak suka marah-marah.

"Erik Kristianto. Panggil saja Erik" Jawab Erik yang mulai membuka tasnya untuk mengeluarkan Laptopnya.

"Oh Ya. Aku minta maaf soal makananmu kemarin yang telah kuhabiskan. Aku tak bermaksud tak sopan padamu. Ini capucino hangat dan wafel madu yang sudah kupesan untukmu." Lisa menyodorkan secangkir capucino hangat dan wafel madu pada Erik.

Erik Menatap wajah Lisa lekat-lekat. Lalu berkata?

"Ok. Terimakasih" Jawab Pendek Erik yang mulai membuka Ms. Word dilaptopnya untuk melanjutkan nulis novel.

"Kau sibuk apa saat ini. Aku masih ingin mengobrol dengamu" Ucap Lisa. Lagi-lagi melontarkan pertanyaan pada Erik yang sudah mulai mengetik novel.

"Aku tak berkerja. Kerjaanku menulis" Jawab Erik yang mulai resah. Wajahnya kini berubah sebal pada Gadis bawel itu.

My Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang