2 Bulan Kemudian.......
Sudah dua bulan Erik mengerjakan novelnya, kini yang menghambat jalan cerita akhir ialah keputusan Lisa memilih siapa diantara Pria yang mencintainya. Semenjak kejadian di Alice Tully Hall, ia tak pernah tahu kabar tentang keberadaan dan keadaan Lisa. Entah, sekarang Lisa sudah sembuh atau masih sakit keras. Erik menghembuskan nafasnya didepan laptop sambil berfikir sesuatu hal yang membuatnya tabu, apa yang harus ia lakukan sekarang. Novel buatannya sudah beberapa kali diminta oleh Mr. Ricard untuk segera direview, jika sudah bagus akan segera diterbitkan oleh pihak Penerbit FSG, New York.
Itulah yang menghambat novelnya untuk rampung. Erik mencoba memikirkan sesuatu hal tentang Niel, pasti ia tahu tentang pilihan Lisa. Apa jangan-jangan Lisa sudah memilih Niel untuk jadi pendamping hidupnya, atau dia memilihku dan kini ia mencari-cariku.
Erik bingung dengan tebakan-tebakan yang tak dimengerti. Biasanya tebakan akan melenceng dan berimbas pada karir novelnya kedepan. Tidak, Ucap dalam hati Erik.
Beberapa menit otaknya buntu, ia berhenti dari menulis akhir novelnya. Tiba-tiba sms datang dari No yang tak dikenal. Sms itu berbunyi?
"Kau dimana Erik. Aku menunggumu didepan apartemenmu" Orang itu sms bahwa dirinya sudah berada didepan apartemen Erik.
Erik tak membalasnya. Ia lekas melengok kearah luar jendela dihadapannya. Ia melihat Niel sudah berdiri disamping mobilnya, tangannya terlihat sibuk memencet hpnya.
Beberapa detik sms masuk lagi dino hp Erik?
"Cepatlah keluar. Aku ada sesuatu untukmu dari Lisa" Niel menyuruh Erik segera menemuinya didepan Apartemen.
"Baiklah" Balas pendek Erik. Ia berdiri dari duduknya dan keluar dari apartemennya untuk menemui Niel.
Erik berlari kecil keluar apartemen melewati tangga pendek depan apartemen, ia menuju ke arah Niel yang menunggunya, tepatnya ditrotoar jalan raya. Niel terlihat masih kaku terhadapnya, sepertinya ia datang untuk memberitahu tentang kondisi Lisa seperti apa.
Saat dua Pria yang mencintai Lisa saling berhadapan. Niel membuka percakapan?
"Bagaimana kabarmu." Niel menanyakan kabar Eri dengan muka dingin.
"Baik" Erik menjawab pendek
"Aku minta maaf atas sikapku padamu. Aku Cuma ingin katakan tentang Lisa. Lisa sudah pergi meninggalkan dunia ini seminggu yang lalu." Niel mengatakan kabar itu dengan nada terbata-bata. Seolah-olah tak sanggup mengungkapkan kabar tentang Lisa yang meninggal dunia.
"Lisa meninggal." Erik mukanya menjadi sedih, matanya memerah. Seakan-akan akan menangis karena kehilangan seseorang yang dicintainya.
"Kau ingat Erik dengan 2 pilihan yang kau ajukan padaku" Tanya Niel pada Erik yang masih syok atas meninggalnya Lisa.
Erik menganggukkan kepalannya.
"Dan aku akan menjawab pertanyaan tentang 2 pilihan itu. Aku sadar, pilihanku jatuh pada pilihan Pertama? Kau akan kehilangan dia dengan rasa sakit, karena keegoisanmu padanya. Dan saat ini semua itu terjadi, aku benar-benar menyesal dengan keegoisanku yang tak bisa ku kontrol"
Kau, Memilih yang tepat untuk membahagiakan Lisa. Kau tepat memilih yang ke dua Erik. Pilihan Kedua? Kau akan kehilangan dia dengan penuh kebahagian dan keiklasan, karena kau telah memberikan kebebasan disisa hidupnya. Aku harus mencontohmu bahwa cinta sesungguhnya harus bisa membahagia pasangannya bukan mempenjarakan pasangan dihati kita" Niel mulai menyalahkan dirinya didepan Erik.
Niel mengeluarkan sepucuk kertas lesu dukantong saku kemejannya. Diberikannya pada Erik.
"Bacalah isi surat itu. Surat itu ditulis sebelum Lisa meninggal, itu berisi keputusan tentang cinta kita berdua padanya. Ingat Erik, kau harus sanggup menerimannya walau dia pergi meninggalkanmu dan diriku yang masih snagat mencintainya." Niel menepuk pundak kanan Erik dengan penuh persahabatan.
Niel lekas meninggalkannya masuk mobil dengan linangan air mata yang deras. Lalu melajukan mobil untuk mencari kehidupan yang baru, kisah yang baru dan cinta yang baru.
Erik berjalan masuk kembali keapartemen setelah menemui Niel. Ia berkali-kali menatap kertas lesu ditangannya, penasaran apa isi dibaliknya. Sesampainya dikamar ia duduk kembali dimeja kerja sambil membuka surat lesu ditangannya.
Terlihat nama Lisa Madison tertera diatas tulisan cerita.
"Lisa Madison, 1 Juli"
Aku hari ini terkapar diruang UGD, NYU Medical Centers, New York. Tubuhku terasa lemas tak berdaya, ditambah dengan kepala yang serasa mau pecah. Aku meraung kesakitan yang amat dalam, orang sekitarku mencoba menenangkan otakku yang mulai bermasalah namun mereka kewalahan. Aku tetap meronta bagai orang gila yang sakitnya parah. Tak ada yang mengerti kondisiku yang tak sanggup ku angkat sendiri, aku benar-benar butuh seseorang disamping untuk menemaniku.
Tapi siapa yang akan menemaniku disini. Niel sibuk dengan kondisiku yang semakin memburuk, Erik yang jauh dan tak ada kabar lagi, Mama yang mulai sadar namun tetap saja memikirkan perkerjaannya walau tidak terlihat dimataku secara langsung. Sedih, Itulah satu kata yang keluar dari mulutku yang terasa pahit. Sepahit memakan dedaunan beracun dialam bebas.
Aku merasa teracuni oleh mimpi-mimpi masa kecilku, kenanganku yang mungkin tak bisa kuingat semua. Kau tahu, Dokter Wilson berkata bahwa cepat atau lambat kenanganku tentang dunia akan hilang tak membekas. Maka dari itu, aku menulis sebanyak-banyaknya untuk seseorang yang aku cintai, seseorang itu adalah 2 pria yang tulus ada dihatiku. Namun ada satu hal yang tak bisa ku mengerti.
Apa yang spesial dari diriku yang tak berdaya ini. aku hanyalah seorang gadis seriosa yang terkena kanker, hidupnya tak lama lagi. Buat apa mereka meilihku untuk dicintai, apakah tidak sia-sia cintanya. Tuhan selalu adil walau kadang adil itu tak seperti yang kita harapkan. Aku hanya berdoa setiap hari agar tuhan memberikan kesempatan untuk bernafas.
Kesempatan itu seperti cahaya yang keluar dari dalam mimpiku. Teringat disetiap ku tidur selalu bermimpi berada diatas panggung aula konser seriosa, aku seolah-olah bernyanyi dihadapans semua orang hingga mereka tepuk tangan dengan suara emasku. Namun setelah tepukan mulai keras, disitulah aku selalu terbangun dalam mimpiku.
Andai Tuhan punya rencana indah. Aku akan memilih untuk bernyanyi dikonser tunggal soloku. Aku ingin menunjukan suara emasku yang disukai banyak orang. Aku ingin tahu seberapa suka mereka terhadapku. Namun, itu semua seperti bayangan yang tak kan pernah terjadi dalam hidupku.
Maka dari itu sebelum bayangan menjadi nyata dalam kematianku. Aku ingin memutuskan tentang cintaku pada 2 orang Pria yang memiliki kelebihan dalam memberikan cintanya yang tulus. Keputusan ini mutlak dari hatiku yang terdalam, keputusan yang tak kan menyakiti siapapun diantara mereka berdua. Keputusan yang akan membuka mata mereka tentang arti cinta sesungguhnya.
Keputusan itu adalah : Aku tak kan memilih siapapun diantara kalian berdua. Jika aku memilih salah satu diantara kalian, rasanya percuma dan akan mebuang-buang waktu didunia. Semoga dengan keputusan ini akan membuat kalian mengerti bahwa cinta harus memilih satu, tapi jika cinta itu memiliki jalan bercabang 2, lebih baik tidak memilih dua-duannya dan kembali pada titik hati semula.
Aku ingin tenang disurga. Aku ingin benar-benar memilih dengan tepat. Dan pilihanku ini sangatlah tepat untuk kalian berdua"
Erik benar-benar tak menduga bahwa Lisa memilih dengan tepat. Ia tidak memilih antara aku dan Niel. Inikah ending dari novelnya. Sungguh diluar perkiraan, ia fikir endingnya Lisa memilih Niel untuk selamanya.
Erik juga sudah mendapatkan judul novelnya. Ia mengetik judul dihalaman pertama Novel yaitu "THE WANT LOVE / YANG MENGINGINKAN CINTA)".
Setelah mengetik judul novelnya. Ia lalu mengetik ending novel dihalaman akhir yang kosong dan besok lusa akan diantar ke Penerbit FSG, New York.
-------Jangan Lupa Komen dan Vote Ya---------
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Choice
RomanceSelesai🎬¦ Lisa Madison, seorang gadis yang memiliki hobi seriosa.