#Chapter 1

1.2K 41 0
                                    

Langit New York City terlihat cerah pagi ini, dengan ditemani gumpalan awan putih bersama langit biru menambah indahnya dipandang mata. Disekitar Apartemen Kips Bay, Manhattan, New York terlihat orang-orang sedang beraktivitas pagi. Apartemen Kips bay berwarna coklat tua batu bata yang memiliki 10 lantai. Disalah satu Apartemen No 20 dilantai 3 dihuni seorang penulis muda yang baru saja tinggal dikota New York. Kabarnya baru saja tinggal selama setengah bulan, ia baru pindah dari Jakarta untuk meniti karir yang lebih mejanjikan dikota adidaya ini.

Erik Kristianto namanya. Bercita-cita ingin menjadi seorang penulis bestseller di Amerika. Ia ingin karyanya bisa menjadi The Best No. 1 di New York Times, karyanya bisa dinikmati diseluruh dunia. Namun semua itu butuh perjuangan serius, perlu motivasi jiwa yang super tinggi. Tak ada impian yang diraih hanya dengan bermimpi saja, butuh relasi untuk menemukan jalan kesuksesan. Seorang penulis tidaklah takut ditolak oleh penerbit, begitupun Erik yang sudah ditolak penerbit puluhan kali. Ia tetap tak menyerah dan terus berusaha mati-matian, karena dijiwanya terdapat sebuah harapan yang nyata dari Tuhan.

Tuhan tidak tidur. Maka dari itu tak boleh tidur terus, hari ini Erik harus bangun pagi untuk siap-siap berangkat ke Toko Buku St. Mark's Bookshop didaerah 136 E 3rd St, New York. Kabar yang beredar ada salah satu penulis kondang Amerika "Dan Brown" akan berkunjung ditoko buku itu. Ini kesempatan untuk mengetahui sosoknya yang sukses didunia novelis. Tak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

Erik bangun dari tidurnya. Melihat jam weker dimeja dekat kasur yang menatap kearah jendela. Jam sudah menunjukan pukul 07.10, harusnya prediksi waktu tadi malam sudah tepat. Perjalanan Menuju Toko Buku St. Mark's Bookshop membutuhkan waktu 1 jam dari Apartemen Kips Bay. Mau tidak mau ia harus kehilangan waktu diatas 10 menit, kira-kira kehilangan waktu 20 menit. Tidak boleh terjadi, Erik harus bertemu Dan Brown sebelum terlambat.

Semua sudah siap. Erik pagi ini memakai celana jeans hitam dengan kaos bertuliskan Dan Brown yaitu sesosok penulis yang ia sukai, tak lupa membawa tas cangkleng hitam kesayangannya. Ia berlari kecil keluar dari kamarnya, dan meninggalkan Apartemennya melewati tangga pintu masuk. Tetangganya yang bernama Mr. Warens kaget melihat Erik berlari terburu-buru, Erik menyapanya dan memberi senyum pada Mr. Waren yang berada ditangga pintu masuk Apartemen. Mr. Warens hanya geleng-geleng kepala, masih ada pemuda seperti itu didunia ini.

Erik berlari kecil meninggalkan Apartemen Kips Bay menuju ke halte umum. Berharap ada Busway yang menunggunya, tepat sasaran busway nampak sudah berada dihalte. Segeralah ia mempercepat larinya untuk masuk.

Busway melaju cepat menuju ke tempat yang diinginkan.

Terlihat renggang pagi ini diperempatan jalan 136 E 3rd St. New York. Busway yang ditumpangi Erik berhenti dihalte, ia keluar dengan wajah sedikit bingung. Kabar yang beredar pagi ini Ditoko Buku St. Mark's Bookshop akan kedatangan Dan Brown. Namun diujung jalan terlihat toko buku itu sepi-sepi saja. Hanya satu dua orang yang keluar masuk toko buku. Apakah Erik salah hari atau sudah selesai acaranya. Ia berjalan mendekati Toko Buku St. Mark's Bookshop yang bangunannya berwarna coklat tua serta didepannya ada pohon.

Erik sudah sampai didepan pintu Toko Buku St. Mark's Bookshop. Segeralah ia masuk menuju ke kasir, lalu menyapa kasir yang bernama Mr. Mark.

"Mr. Mark, Apakah acara kedatangan Dan Brown sudah selesai" Tanya Erik dengan wajah penuh harapan.

"Erik. Kau tahu kabar itu hanya Hoax, saya disini tak mengetahui kabar itu. saya baru tahu pagi ini, banyak yang kesini dan hanya menanyakan tentang kedatangan Dan Brown" Pekik Mark dihadapan Erik.

"Kau yakin kedatangan Dan Brown hanya hoax. Aku yakin berita itu bukan kebohongan" Erik masih tak percaya pada omongan Mark. Masih tetap percaya bahwa berita itu tidak Hoax.

My Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang