Madara POV
Siang ini, meeting diluar lagi. Malas karna hujan yang slalu datang tiba-tiba.
Jam 2, meeting selesai. Aku berjalan ke parkiran mengambil mobil. Tapi kemudian langkahku terhenti saat kulihat sosok yang ku kenal. Dan sangat ku benci.
Dia, pria yang dulu memeluk Hinata di apartemennya. Berjalan bergandengan tangan mesra dengan seorang wanita muda. Sial.. Emosiku kembali naik saat mengingat kejadian lalu.
Kuhampiri dia menarik kerah kemejanya.
" Kau bajingan "
Bug
Pukulanku berhasil membuatnya meringis kesakitan.
" Apa yang kau lakukan? " ucap wanita itu.
" Kau! Sudah menghancurkan hubunganku dengan Hinata.. Sekarang kau bermesraan dengan wanita lain "
" Kau salah " ucapnya merintih.
Bug
" Urusai "
Aku kembali menghajarnya. Kemarahan yang kupendam selama ini keluar bersama kepalan tanganku.
" Hentikan " seru wanita itu histeris.
Ku tinggalkan mereka begitu saja. Meski aku belum puas tapi jika ku teruskan aku bisa memancing perhatian polisi setempat.
Setibanya di kantor tak sedikitpun aku fokus pada pekerjaanku. Semua hal melayang dipikiranku. Aku masih tak bisa memaafkan apa yang telah terjadi meski kadang aku ingin mendengar penjelasannya. Tapi sulit untukku menerimanya. Sial. Sungguh menyebalkan.
Seumur hidup ku tak pernah sekalipun aku mengalami jatuh cinta serumit ini. Sial.
Aku terus merutuk, menahan kesalku yang tak kunjung hilang.
" Ayame " panggilku.
" Ha-i " seru Ayame.
Kuhampiri dia yang sedang belajar ditemani maru.
" Ayame, makan dulu aku membeli burger kesukaanmu "
Tak ada jawaban, dia langsung menuju meja makan bersamaku.
Ya, aku kembali membeli makanan siap saji seperti yang kulakukan dulu.
Entah mengapa rasa makanan ini begitu hambar. Apa karna aku sudah lama tidak makan makanan ini lagi. Atau karna aku sudah lupa rasanya. Ah ku tepis semua pikiran dan terus makan.
Toktok
" Aku yang buka " ucap Ayame.
Cklek
" Hinata nee-chan "
Tumben dia datang jam segini. Kulanjutkan makanku tanpa melihatnya. Dia masuk dan berdiri di belakangku.
" A-aku kesini untuk berpamitan " ucapnya.
" Hinata nee-chan mau kemana? " tanya Ayame.
" A-aku akan kembali ke Tokyo Ayame-chan.. Kerumah orang tua ku "
Deg
Aku membatu di posisiku. Dia bilang apa? Kembali ke Tokyo? Rumah orang tuanya?
Ini bukan mimpi kan..
" Jangan pergi Hinata nee-chan "
Ayame mulai menangis.
" Gomene Ayame-chan.. Aku harus pergi "
" Dame.. Aku tidak mau Hinata nee-chan pergi "
Tangis Ayame semakin keras. Bodohnya aku masih tak berpaling. Tubuhku begitu berat tuk bergerak meski aku ingin menahannya.
" Gomen Ayame-chan.. Gomen.. "
Diapun menangis memeluk Ayame.
" Ma-madara-san.. Arigatou.. Untuk semua nya.. Selama ini.. Sayonara.. "
Dia pergi begitu saja meninggalkanku juga Ayame yang tak henti menangis memanggil namanya.
Kupeluk Ayame menahannya. Melihat kepergiannya dari depan pintu apartemenku.
Ayame masih terus memanggil namanya meski tak menghentikannya. Ya, dia sudah pergi.
~Skip~
Dua hari berlalu tanpanya. Ayame kembali muram, sama seperti saat kepergian ibunya dulu. Dan aku kembali kesepian.
Apartemen ini tampak lebih besar dari yang kupikir. Ada yang hilang disini.
Cklek
Huh?
Ada orang di apartemennya. Siapa?
Aku berjalan perlahan mendekat ke pintu apartemen itu. Apa penjahat?
Tepat saat aku akan membuka pintu itu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Seorang wanita keluar dari apartemen itu.
" Kau "
seru kami bersamaan.
" Apa yang kau lakukan disini? " tanyaku.
" Huh? Ini apartemen kakakku "
" Kakak? "
" Kau orang yang menghajar kekasihku " ucapnya kesal.
" Huh? Kekasih? "
" Ya "
Sungguh, aku benar-benar tak mengerti maksud semua ini.
" Tunggu, apa maksudmu.. Bukankah.. "
Tiba-tiba seorang pria keluar dari dalam apartemen itu.
" Uchiha-san "
" Kau lagi " ucapku geram.
" Tunggu.. Tahan.. Aku kesini hanya ingin menjelaskan kejadian yang sebenarnya "
" Apa maksudmu? "
" Ini Hanabi, adik Hinata-san yang tak lain adalah kekasihku "
" Apa? "
" Ya, dialah kekasihku bukan Hinata-san "
" Jadi.. "
" Adegan yang waktu itu kau lihat tidak lain hanya kesalah pahaman semata "
" Huh? "
" Saat itu aku sedang ada masalah dengan Hanabi lalu aku meminta saran pada Hinata-san "
" Apa? "
" Dia memang memelukku tapi hanya sebagai teman, untuk menenangkanku tidak lebih "
" Kau tidak sedang mengarang cerita kan? "
" Asal kau tau saja, lusa dia akan bertunangan dengan pria pilihan orang tuanya "
Deg
Onyx ku membulat mendengarnya. Aku sungguh tak percaya.
" Jika kau tidak segera menjemputnya, kau akan kehilangan dia "
" Tapi.. "
" Sekarang atau tidak sama sekali "
Aku berpaling kembali ke apartemenku meninggalkan mereka.
Madara POV End
" Apa kau tidak kelewatan? "
" Ini balasan karna dia sudah menghajarku dua kali "
Hanabi mendengus mendengarnya. Lalu mengunci apartemen itu dan segera berangkat ke Tokyo bersama Gaara.
~Skip~
KAMU SEDANG MEMBACA
MadaHina - Wonderful Girl
FanfictionAku masih menatapnya. Apa ya.. Aku sendiri sulit menjelaskannya. Dia begitu.. Berbeda. Rok pendek selutut, kemeja yang membentuk tubuhnya. Rambut yang diikat sebegitu tinggi juga kacamata. Dia sungguh.. Cantik. Aku tak bisa berhenti menatapnya dari...