"Papaaaaaaa"
"Hai sell"
"Kenapa sepi banget ma, pa?"
"Julian udah berangkat tadi sama Kay, Jordan belum bangun ia pulang terlalu larut malem"
"Justin ma?"
"Ga tau deh, mama belum liat coba kamu cek sell"
"Ok"
Jisell meletakkan tasnya di kursi merja makan, ia menaiki tangga untuk menuju kamar Justin.
Sesampainya didepan kamar ia mengetuk kamar Justin. Tetapi tidak ada jawaban, Jisell mencoba mengetuknya lagi."Justinn..."teriak perempuan berambut sebahu itu.
"Emmm... " yang dipanggil kini mulai menyahut.
"Lo ga sarapan?" Tanya Jisell yang masih berdiri didepan kamar Justin.
"Yaa" kini Justin sudah membukakan pintu.
"Ngapain si? Lama banget" kata Jisell sambil melihat kedalam kamar Justin.
"Kesiangan gue" kata Justin sambil menutup pintu kamarnya.
Setelah selesai sarapan Jisell dan Justin berangkat menuju kampus bersama. Tidak ada pilihan lain selain berangkat bersama Justin. Jisell masih memiliki banyak waktu sebelum jam pertamanya. Ia memutuskan untuk ke perpustakaan lagi. Namun saat hendak pergi ke perpustakaan,tiba-tiba ia melihat
Niall berjalan ke arahnya dengan perban ditangannya. Jisell sangat kaget melihat perban ditelapak tangan kiri Niall. Niall yang kini berada dihadapaannya pun menghentikan langkahnya. Mereka memandang satu sama lain.'Tangan Niall kenapa di perban gini? Apa dia jatoh dari motor? Atau berantem?'
"Emm.. sorry lo liat Jordan ga?" Tanya Niall membuat Jisell tersadar dari lamunannya.
"Eh... emm Jo-Jordan mungkin bakal telat, s-soalnya dia masih belom bangun" seperti biasanya Jisell selalu gugup ketika mata indah Niall menatapnya.
"Oh kalo gitu thanks ya" Niall berjalan menjauh.
"Niaaalll" panggil Jisell dan memutar badannya untuk melihat laki-laki itu.
"Ya" Niall menoleh.
"Ta-tangan lo kenapa?" Tanya Jisell yang membuat Niall. menoleh ke tangan kirinya yang diperban itu.
"Oh ini-" Niall memotong perkataannya. Terlihat berfikir sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Kecelakaan kecil " lanjutnya dan ia memutar balik tubuhnya lalu berjalan kembali.
Kini seluruh otak Jisell dipenuhi oleh Niall. Ia kahwatir dengan keadaan Niall. Aneh memang karna Jisell dari awal hanya bilang bahwa ia hanya mengagumi sosok Niall, lantas mengapa ia mengkhawatirkan Niall sampai sebegitunya.
Bahkan Jisell tidak mengikuti pelajaran di kelas dengan baik, ia tidak mengerti mengapa wajah Niall selalu memenuhi pikirannya. Sampai saat kelas selesai Jisell masih saja melamun, ia terlalu sibuk dengan fikirannya sendiri."Sell kantin yu"
Yang dipanggil diam tak bergeming."Jisella"
Jisell masih tak menjawab.
"Woy Sell ! "
"Eh- sorry Cle tadi kenapa?"
"Ke Kantin yu Jisella"
"Loh bukannya kita-"
"Kita masih belajar? Astaga sell lo kemana aja si? Kita udah selesai dari tadi"
"Ha? Kelasnya udah selesai?"
"Udah ah banyak nanya, gue
udah laper nih"Jisell dan Cleo memesan makanan. Jisell memesan Nasi Goreng dan Lemon tea dan Cleo memesan Mie kuah dengan Es teh manis. Saat Cleo dan Jisell ingin duduk tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Brother
Teen FictionMempunyai seorang kakak laki-laki yang cuek, usil, dan rese adalah hal yang menyebalkan. Bagai mana jika ada 3??