12

21.1K 1.1K 0
                                    

Niall menelusuri lorong kampus, ia sedang tidak ingin masuk kelas karna sekarang adalah jam pelajaran Bu Mida, Niall selalu merasa bosan dengan penjelasan dan cara belajarnya. Kebetulan saat ini Jordan dan Romeo sedang ada kelas. Riko belum datang karna jam kuliahnya masih lama dan Vion sedang sibuk dengan Rere, perempuan yang Vion suka.

Saat sampai di kantin, Niall mengedarkan pandangannya ke seluruh pelosok kantin. Tak ada satupun meja yang kosong semuanya benar-benar penuh.

"Ehm.. Nyari meja kosong ya?" Niall yang sedang menunggu jus yang ia pesan pun menoleh ke arah sumber suara.

"Lo? Sorry ingetan gue kurang bagus. Btw lo siapa ya gue lupa" Niall benar-benar lupa dengan perempuan cantik yang kini berdiri dengan membawa sebotol air mineral ditangannya.

"Jisell" Jisell mengulurkan tanganya, ia tersenyum ramah saat Niall menerima uluran tangannya.

"Niall " Hanya itu yang Niall katakan dan langsung melepas tanggan Jisell dan berbalik lalu mengambil Jus yang ia pesan tadi.
Mengeluarkan uang dan memberikannya kepada penjual lalu hendak pergi.

"Ehh gue sendiri ko kalo mau bisa gabung" kata Jisell masih Berusaha agar dapat sekedar duduk bersama Niall.

"Gapapa?" Tanya Niall.

"Ga dong" jawab Jisell dengan semangat.

Niall akhirnya menerima tawaran Jisell. Mereka yang kini duduk satu meja bersama membuat mata para perempuan yang ada dikampus tertuju pada Jisell. Siapa yang tak iri dengan Jisell yang dapat dekat dengan Niall yang terkenal cukup dingin dengan perempuan.

"Lo ga sama temen lo yang lain?" Tanya Jisell membuka percakapan diantara mereka.

"Ga lagi pada ada kelas kali" jawab Niall yang sesekali memainkan handphonenya.

"Oh gitu" Jisell mulai berfikir untuk mencari topik yang dapat membuat dia dan Niall menjadi lebih akrab.

"Sorry ya sell gue duluan " Niall langsung berdiri dan pergi meninggalkan Jisell sendiri.

Jisell tidak mengerti apa yang membuatnya tertarik pada cowok seperti Niall. Walaupun ketampanan seorang Niall memang tak perlu diragukan lagi.
Ia tak mengerti apa yang membuatnya menjadi tertarik pada laki-laki berkulit putih itu.

"Hai pak..."

"Eh Sell tumben ga sama Cleo"

"Udah duluan pulang"

"Oh, saya denger Julian buat acara bakti sosial loh. Kamu ga ada niat buat gabung?"

"Ohya? Aku baru tau loh"

"Saya kagum anak muda kaya dia masih inget sama orang yang kurang beruntung, orang tuanya pasti bangga"

"Alhamdullilah masih ada orang kaya Julian"

"Siapa pun perempuan yang bakal jadi istrinya pasti seneng, ya kan?"

"Bapak bisa aja, saya mau ke sana dulu ya pak"

Melangkahkan kaki ke dalam perpus.
Masih dengan senyum yang mengembang. Jisell memang selalu bangga memiliki tiga orang kakak seperti Julian, Jordan dan Justin.

Julian sedang duduk dengan beberapa orang yang terlihat sibuk dengan kertas dan laptopnya.

"Juliannn" jisell menyapa kakak laki-lakinya itu dan menarik kursi kosong yang tepat berada di samping kanan Julian.

"Ngapain disini?" Tanya Julian yang hanya sedikit melirik ke arah Jisell dan kembali menatap laptopnya.

"emang ga boleh?" Jisell melipat kedua tangannya diatas meja sambil tersenyum entah kesiapa.

"Ju nanti gue ikut ya buat minta tanda tangan ke kepala yayasan" kata seorang perempuan berambut panjang yang duduk di hadapan Julian.

"Ehm boleh" Julian tak mengalihkan perhatiannya sama sekali dari laptopnya.

"Em lo udah makan belum" tanya perempuan itu lagi.

"Belom " jawab Julian singkat.

"Kalo kita makan bareng gimana?" Tanyanya dengan senyum yang begitu semangat.

"Bo-"

"Mau pulang" kata Jisell dengan nada manjanya dan memeras lengan Julian lembut.

"Sorry sell gue masih ada kerjaan, lo pulang sama yang lain aja" Julian menatap lembut Jisell, seketika senyum Jisell menghilang mendengar jawaban Julian.
Sejujurnya ia tidak ingin pulang hanya saja ia tidak ingin Julian pergi bersama perempuan yang kini duduk dihadapan Julian dan tersenyum penuh kemenangan mendengar Julian menolak mengantar Jisell pulang.

"semuanya lagi ada kelas Ju" Jisell tidak memperdulikan senyum menyebalkan perempuan itu ia tetap terus berusaha merayu Julian.

"Tapi ini belom selesai, abis ini gue juga harus minta tanda tangan ketua yayasan" Julian menjelaskan.

"Yaudah gue balik sendiri" Jisell mulai berdiri dan dengan cepat Julian menarik tangan adik perempuannya itu.

"Tunggu sebentar" kali ini Jisell lah yang tersenyum bangga karna ia tau Julian tidak akan membiarkannya pergi sendiri.

"Vira, tadi lo bilang mau nemenin gue minta tanda tangankan?" menutup laptopnya dan mulai merapihkan kertas yang bertumpuk diatas meja.

"Iya, ayu" perempuan bernama Vira itu tidak mau kalah.

"Sorry, gue harus balik duluan lo bisa sendirikan?" Kini Jisell mendapat tatapan sinis dan ia sama sekali tidak memperdulikannya.

"Tolong ya Ra, guys gue duluan ya" pamit Julian pada temannya yang lain yang masih sibuk dengan kerjaan masing-masing.

"Ya " sahut laki-laki gemuk berkacamata.

"thanks ya Ra, Ayu sell" Julian menarik tangan Jisell.

Julian paling malas berurusan dengan Genta,apalagi ini menyangkut Jisell. Genta sangat sulit memberi toleransi pada anak laki-laki kembarnya jika sudah menyangkut Jisell. Genta akan sangat marah jika tahu Julian membiarkan Jisell pulang sendiri.

Dari dulu Jisell memang selalu mendapat perhatian lebih dari Genta. Tetapi itu tidak membuat Julian,Jordan ataupun Justin iri pada adiknya itu. Bahkan dari Jisell SD hingga SMA ia selalu di antar jemput oleh supir. Jisell sudah sering memberitahu pada ayahnya itu bahwa ia bisa sendiri, tetapi Genta tidak pernah mendengarkan Jisell. Itu juga yang menyebabkan Runi, sang oma menyuruh Jisell untuk ikut dengannya tinggal di Amerika. Tujuan Runi adalah agar Genta percaya bahwa Jisell memang dapat menjaga dirinya sendiri. Runi sangat iba setiap ia mendengar keluhan Jisell yang selalu dilarang untuk pergi bermain bersama teman-temanya atau sekedar berjalan-jalan ke mall oleh Genta. Oleh karna itu ia meminta Jisell untuk ikut bersamanya. Awalnya Genta menolak, tetapi berkat Fiona ia pun mengiyakan permintaan ibunya itu.

.

.

.

My Perfect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang