Young Ho duduk diruangan ayahnya, Tuan Kim tanpa memandang anaknya menceritakan Rumah sakit meneleponnya kemarin dan Dokter bilang, anaknya sudah sembuh total. Young Ho hanya bisa menyandarkan tubuhnya disofa. Tuan Kim dengan wajah dinginnya merasa itu hal yang baik. Young Ho membenarkan.
"Posisiku sekarang akan menjadi milikmu. Ini juga adalah posisi ibumu dulu. Kau harus bertanggung jawab
dengan posisi ini, dan tentu saja dengan
posisi ini tidak menerima kesalahan apapun." Tegas Tuan Kim, Young Ho sempat melirik pada ayahnya.
"Aku sudah sangat tahu itu." Kata Young Ho terlihat pasrah
"Akan banyak mulut yang akan terus membicarakanmu nantinya, jadi pastikan, untuk selalu menjaga omongan sikapmu." Perintah Tuan Kim menatap anaknya.
Young Ho mengerti, Tuan Kim menandatangi berkas lalu mengatakan kalau semua sudah selesai dan sekarang
akhirnya bias menemui ibu Young Ho di akhirat. Young Ho seperti menahan rasa sedihnya menatap ayahnya.
Young Ho diantar oleh Ketua Min sampai depan rumah, saat pintu mobil dibuka, Young Ho seperti memejamkan mata seperti sempat tertidur. Ketua Kim yang melihat Young Ho tak menyahut mengira kalau tuanya itu sedang sakit. Young Ho membuka matanya lalu turun dari mobil.
"Aku terlalu lama pakai dasi dan membuat kepalaku sakit." Ucap Young Ho sedikit melonggakan dasi lalu mengucapkan terimakasih dan menyuruh Ketua Min pulang saja.
Ketika akan menaiki tangga, tubuh Young Ho seperti lemah dan sempat terjatuh sesampai dilantai atas. Kaki kanannya seperti kembali merasakan sakit, dengan menyerat kaki kanan melepaskan jaket dan juga dasi masuk ke dalam kamar. Keringat bercucuran dan sempat bersandar di lemari, tapi akhirnya jatuh saat bertahan dengan memegang meja.
Joo Eun masuk ke dalam kamar melihat jas dan dasi berserakan dilantai dan mendengar bunyi suara telp dari ruangan dibalik dingin. Matanya melotot kaget dan menutup mulutnya agar tak menjerit ketika melihat Young Ho duduk dengan nafas terengah-engah dan keringat bercucuran.
Young Ho meminta Joo Eun tak mendekat, tapi Joo Eun berlari mendekatinya, dengan mata berkaca-kaca menanyakan apa yang terjadi dan melihat ada bekas luka jahitan di lutut Young Ho, bertanya apakah ia terluka. Akhirnya ia menangis ingin menelp seseorang tapi tangan Young Ho seperti melarangnya.
"Lalu, apa yang bisa aku lakukan? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Joo Eun sambil menangis.
"Tolong keluar... Ini bukanlah luka yang
bisa disembuhkan orang lain." Kata Young Ho
"Ada apa sebenarnya? Kita harus ke rumah sakit sekarang." Ucap Joo Eun menarik Young Ho dengan air mata mengalir deras
Tangan Young Ho menepuk lututnya beberapa kali, Joo Eun teringat sebelumnya perkataan Young Ho saat berlatih Jitsu "Tap Tap... Itu artinya lepaskan" Lalu Young Ho menatap Joo Eun dan mengatakan "Tap Tap.". Joo Eun terus saja menangis dan Young Ho terdengar berteriak merasakan sakitnya.
Joo Eun berdiri didepan dinding membiarkan Young Ho sendirian, sambil mengingat cerita kehidupan pacarnya sebelumnya. "Saat aku kecil dulu, aku sakit parah. Jadi, aku hampir tak punya kenangan berjalan, berlari, atau bermain-main. Ketika aku sakit, ibuku meninggal dan aku sangat takut pada ayah." Dengan air mata yang terus mengalir, Joo Eun berjongkok seperti sudah tak kuat berdiri.
"Dan aku merasa kasihan pada nenekku
Aku masih sangat kecil dan lemah.
Mungkin hanya masalah psikologis.
Masalah ini sangat menggangguku dan
mungkin hanya bisa hilang saat aku mati."
Di dalam ruangan, Young Ho dengan tangan yang bergetar memakan obat lalu dengan merangkak mengambil suntikan diatas meja dan siap menusukan di bagian kakinya. Joo Eun terus menangis didepan ruangan mendengarkan suara Young Ho yang menahan rasa sakit, hanya bisa meraba tanpa bisa masuk ke dalam ruangan.
Joo Eun teringat ketika tangan terkilir Young Ho berkata " Bahumu mungkin terlihat sudah sembuh, butuh waktu untuk penyembuhan total. Karena penampilan luar
akan selalu bisa menipu." Air mata Joo Eun terus mengalir, terdengar jeritan Young Ho yang sangat keras dari dalam.
Joon Sung kembali melihat ibunya yang membawa kardus dan sempat terjatuh, dengan baik hati membantunya dan melihat wajah ibunya mememar, lalu merasa kardus ini sangat berat. Ibunya memalingkan wajah tak ingin memarnya terlihat merasa bisa mengangkatnya.
Tapi Joon Sung meminta agar bisa membantu untuk mengangkatnya. Ibunya mengucapkan terimkasih dan memuji Joon Sung anak yang baik, seperti ia tak menyadari kalau itu adalah anaknya, lalu meminta untuk mengikuti jalannya. Joon Sung sempat terdiam dan berkaca-kaca melihat punggung ibunya, lalu mengikuti jalan menyusuri rumah ibunya.
Young Ho bisa kembali berjalan walaupun dengan wajah yang sangat lelah, berjalan kekamarnya melihat Joo Eun berjongkok menunggunya. Joo Eun lansung berdiri melihat Young Ho yang datang dan langsung menanyakan keadaanya. Young Ho menganguk, kalau ia baik-baik saja.
"Kau sungguh baik-baik saja?" tanya Joo Eun tak bisa menahan tangisnya.
"Jadi aku sudah ketahuan, ya? Aku merasa tidak seksi lagi." Ungkap Young Ho, seperti masih bisa bercanda. Tangis Joo Eun langsung meledak Young Ho memberikan pelukan dengan menepuk punggung Joo Eun.
"Aku yang sakit. Tapi, kenapa malah kau yang menangis?" ucap Young Ho
"Kau membuatku kaget dan takut! Aku sangat khawatir!" teriak Joo Eun yang terisak-isak sambil memukulnya. Young Ho makin mendekat pelukan Joo Eun agar bisa tenang.
Hye Ran membawakan teh untuk ibu mertuanya, Nyonya Lee menyuruh Hye Ran duduk bersamanya lebih dulu. Ia akan mengatakan hal seperti itu ketika Direktur datang dan meminta agar ia meninggalkan rumah dengan suaminya. Hye Ran kaget mendengarnya.
"Direktur Choi pasti sudah memberitahumu bahwa Young Ho sudah menjadi Direktur. Jadi, aku akan langsung saja. Aku akan tetap memberikanmu bagian sebagai ganti penderitaanmu. Jadi, kau tak perlu terlalu kecewa." Ucap Nyonya Lee,
"Ibu... Aku tak menginginkan apa-apa.
Aku... Aku hanya... " kata Hye Ran kebinggungan dengan mata berkaca-kaca
"Aku yakin kau pasti tahu karena kau membesarkan anakmu sendirian. Aku tak ingin, cucuku hidup sendirian di luar sana." Ucap Nyonya Lee, Hye Ran menahan tangis seperti memohon agar tak melakukan ini padanya.
"Aku yakin, kau pasti sudah menderita
karena keegoisan wanita tua ini." kata Nyonya Lee menyadari sikapnya.
Pelayan datang memberitahu Kepala Min sudah datang, Nyonya Lee berdiri meminta agar Hye Ran melakukan apa yang dikatakan dgar semuanya menjadi adil, lalu meminta Ketua Min agar mengikutinya. Kepala Min yang baru datang memberikan hormat pada Hye Ran lalu mengikuti Nyonya Lee.
Joo Eun melihat lutut Young Ho seperti masih bergerak sendiri dan luka jahitan yang cukup besar. Young Ho merasa tak nyaman berusaha menutupinya, Joo Eun dengan lirikan sinis menanyakan rasanya sakit parah. Young Ho mengaku tak tahu karena sudah tak ingat. Joo Eun menarik surat dari rumah sakit yang diselipkan dalam buku, Young Ho hanya bisa diam dan pasrah.
"Jadi, kau meninggalkan rumah kemarin
bukan untuk menemui Anna Sue di Amerika tapi ke rumah sakit di Daegu.
Malam itu pasti bukanlah malam yang menyenangkan dan erotis, Tapi, melainkan malam yang sepi dan menyakitkan, 'kan? Kau pasti merasakan itu." Ucap Joo Eun melihat hasil rekam medis
"Jadi, kau menggeledah kamar orang lain, ya?" ejek Young Ho
"Kau pikir hanya kau yang pintar dalam
mencari informasi tentang sesuatu? Jadi, jelaskan apa yang terjadi? Kita bahkan sudah berciuman, dan kau masih seperti ini padaku?" keluh Joo Eun dengan lirikan sinis
"Aku mengidap kanker saat aku masih kecil." akui Young Ho
Joo Eun kaget tapi melihat ada banyak luka di bagian kakinya, Young Ho menjelaskan Karena satu prosedur saja tak akan cukup dengan mengambil surat dari rumah sakit Daegu, memberitahu kalau perawatan yang ia jalani baru-baru
ini mengatakan sudah sembuh total. Joo Eun dengan mata berkaca-kaca heran melihat Young Ho yang masih merasakan sakit kalau memang dikatakan sembuh total.
"Psikologis... Tubuhku masih mengingat rasa sakitnya. Tubuh lebih pintar dari yang kau pikirkan." Jelas Young Ho
"Sudah berapa kali... bukan.. maksudku,
Sejak kita ketemu, bahkan setelah aku tinggal di sini, apa kau sering kesakitan
Seperti ini?" tanya Joo Eun
"Terkadang. Tapi, sakit yang tadi mungkin tak seberapa." Ucap Young Ho
"Aku sungguh tak tahu itu. Aku pikir kau hanya pria seksi saja, bahkan sering mengejekmu. Aku selalu saja menganggapmu pria yang egois." Akui Joo Eun sedih
"Karena itulah, kau tak boleh menilai orang dari penampilannya." Pesan Young Ho lalu mengejek melihat Joo Eun yang kembali menangis padahal ia yang sakit.
"Terkadang, orang yang melihatmu akan
merasa lebih kesakitan daripada kau,
Karena aku juga sakit melihatmu sakit begitu." Jelas Joo Eun
Young Ho mengodanya bahwa seorang
Kang Joo Eun menyayanginya. Joo Eun kesal Youn Ho masih tak sadar dengan berteriak mengaku sangat menyayangi Young Ho. Akhirnya Young Ho menarik tangan Joo Eun untuk duduk disebelahnya, Joo Eun menurut dengan menyelonjorkan kakinya duduk disamping Young Ho yang mengenggam tanganya.
"Apa tidak masalah kau minum obat sebanyak itu? Sakitmu bahkan lebih parah dari hipotiroidisme-ku itu." Ucap Joo Eun khawatir. Young Ho menatap Joo Eun disampingnya.
"Sejak aku kecil hingga sudah dewasa,
dan bahkan hingga sekarang. Aku telah menjadikan rumah sakit sebagai rumah keduaku. Saat kau seperti itu, kau pasti akan menyadari bahwa, masih begitu banyak orang yang sakit di dunia ini." cerita Young Ho
Di tempat lain, Soo Jin berlutut didepan keluarga korban dengan membawakan buah, tapi sepertinya keluarga korban masih marah dengan sikap Soo Jin, sebagai pengacara pelaku. Sementara Joon Sung terus berlatih tinju, sampai akhirnya terjatuh dengan menahan rasa sakit di lenganya yang cedera.
"Karena setiap orang mempunyai cara
sendiri untuk menghadapi sakitnya itu.
Jadi, jangan menangis. Karena semua
orang pasti mempunyai kebebasan dalam hidup."
Ibu mertua Hyun Woo, melihat cucunya yang tertidur sambil mengelusanya dengan penuh kasih sangat, wajahnya masih ada bekas luka dan juga tanganya masih diperban. Hye Ran menangis dikamar sendirian, menatap foto anaknya.
Tuan Kim ada dirumah sakit seperti sedang melakukan perawatan. Nyonya Kwon siap untuk tidur melihat foto suaminya, matanya terlihat sedih tapi ada senyuman yang terlihat dibibirnya.
Joo Eun dan Young Ho sudah berbaring dengan saling menatap, Young Ho mengaku Sakitnya memang masih terasa, tapi keadannya baik-baik saja. Ia tahu Kang Joo Eun adalah orang yang sangat tidak suka dengan pembohong, jadi ia berjanji untuk tak berbohong dan memintanya agar tak menjauh.
Senyuman Joo Eun terlihat, merasa sekarang pasti sangat cantik di mata Young Ho. Tangan Young Ho mengelus bagian rambut dan wajah Joo Eun merasa pacarnya itu masih memiliki banyak kekurangan. Joo Eun yakin saat kurus nanti pasti akan sangat cantik.
"Jika kau sehat, kau akan jadi lebih cantik Dan juga lebih seksi. Jadi, jangan sampai kau jatuh sakit." Pesan Young Ho, Joo Eun mengerti.
"Apa kau mau kutemani malami ini?" tanya Joo Eun yang melihat Young Ho sudah memejamkan matanya. Young Ho mengaku sangat menyukai hal itu, lalu mendekat untuk berbaring didada Joo Eun. Tangan Joo Eun memeluknya sambil menepuk punggung Young Ho agar bisa tidur dengan nyenyak.
Pagi hari
Ji Woong membawa hula hoop sambil memberitahu alat itu lebih susah dari kelihatannya. Young Ho keluar dari kamarnya melihat ketiganya yang memaikan hula hoop, Joo Eun dengan mudah memutar pinggungnya bermain hula hup lalu melihat Young Ho seperti berbisik menanyakan keadaanya.
Young Ho memberikan kode dengan mengangkat dua lenganya kalau sudah baik. Joon Sung terlihat sangat bersemangat memainkan hulla hoop menaikan tanganya keatas. Ji Woong sadar dengan kedatangan Young Ho dan menariknya untuk ikut. Young Ho menolak tapi Ji Woong tetap memaksanya untuk mengoyangkan pinggung agar bisa bermain hula hoop. Akhirnya Young Ho mencoba tapi langsung jatuh dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
Joo Eun sudah menganti pakaian kerja dan duduk dimeja makan tapi tak melihat Ji Woong dan Joon Sung hanya ada Young Ho yang duduk disana. Young Ho memberitahu keduanya sarapan duluan dan lansgung pergi latihan, lalu membahas Joo Eun yang sudah tak ada disampingnya ketika bangun. Joo Eun panik takut Ji Woong dan Joon Sung bisa mendengarnya. Young Ho memberitahu sekali lagi kalau keduanya sudah pergi latihan.
"Oh, aku kembali ke kamarku jam 4 subuh tadi." Kata Joo Eun gugup.
"Kenapa? Apa kau tak mau ketahuan oleh kedua bocah itu, Bahwa kita sudah tidur bersama?" ucap Young Ho blak-blakan, Joo Eun memukul lengan Young Ho.
"Jika ada yang dengar, mereka pasti akan salah paham." Kata Joo Eun
"Yah... aku juga tak tahu, Karena aku sudah tidur." Ucap Young Ho dengan nada mengoda lalu memalingkan wajahnya. Joo Eun mengeluh kesal.
Young Ho membuka yoghurt untuk sarapan, Joo Eun langsung mengambilnya dan menukar youghurt miliknya yang belum dibuka. Young Ho mengeluh melihat yang dilakukan Joo Eun karena sama saja. Joo Eun memanggil Young Ho dengan panggilan "oppa-ku" yang tak romantis, karena orang yang berpacaran pasti akan melakukan seperti itu.
"Oh... Untuk membukakan makanan pasangannya, begitu yah?" kata Young Ho membuka youghurtnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Joo Eun.
"Tapi, kau bilang "Oppa-ku ini?"" ucap Young Ho, Joo Eun membalas kalau Young Ho mungkin lebih senang kalau dipanggil "Unni" saja, sambil mengoda kalau panggilan "Oppa" lebih bagus.
"Pacaran memang hal yang sangat konyol." Keluh Young Ho tak percaya
"Yang kau tahu hanyalah, "Malam yang menyenangkan dan erotis". Tapi, kau sangat bodoh dalam hal berpacaran. Apa kau mau dipanggil, "Pelatih Cinta"?" goda Joo Eun, Young Ho seperti pura-pura tak mendengar.
Tiba-tiba Joo Eun mendekati wajah Young Ho merasa pacarnya itu banyak hal yang harus diajarkan padanya. Young Ho mengeluh masih pagi sudah seperti itu, dengan sengaja mendekatkan pipinya membiarkan Joo Eun untuk mencium pipinya. Joo Eun seperti ingin mengigit dan berusaha menahan hasratnya dan kembali duduk memakan youghurtnya, Young Ho hanya bisa tertawa.
"Aku tak bisa memberitahumu kemarin
karena kau masih sakit, kalau aku akan pindah rumah seminggu lagi. Sekarang, satu hari sudah berlalu, jadi tersisa 6 hari lagi." Cerita Joo Eun
"Ke mana? Tempatnya aman, 'kan? Apa tempatnya memperbolehkan pria bisa sering berkunjung?" tanya Young Ho khawatir
"Tempatnya tidak jauh dari sini, Dan juga dekat dengan rumah temanku. Selain itu, tempatnya aman, Kau pasti akan sibuk
saat mulai aktif di Gahong, pasti akan banyak pasang mata yang mengawasimu. Dan Kau pasti akan menjaga sikapmu." Jelas Joo Eun sangat mengerti
"Apa kau merasa tidak senang bisa menjadi tim hukumku?" tanya Young Ho
"Aku tak masalah apabil tidak senang atau apalah itu, selama aku dapat gaji.
Menurutku, kau memang berhak untuk mendapatkan posisi ini. Tim hukum ini mungkin hanya untuk senjata cadangan saja dan Senjata bagi orang-orang yang menentang posisimu ini." jelas Joo Eun
Young Ho memuji pacarnya yang pintar, Joo Eun pikir Young Ho sudah lupa dengan bangga selain cantik ia juga adalah pengacara. Young Ho menghela nafas lalu menekan pipi Joo Eun sambil mulutnya manyun, berkomentar Hanya lemak yang di wajah Joo Eun itulah yang berkurang.
"Aku juga jago dalam hal makanan. Apa kau mau aku gendut lagi?" kata Joo Eun mengancam akan makan sesukanya.
"Wow... dasar wanita mengerikan." Ucap Young Ho melepaskan tanganya.
Joo Eun tiba-tiba menyolek lengan Young Ho dengan jari telunjuknya, mengutarkan kalau mereka sudah bisa
memberitahu kedua temanya tentang hal itu. Young Ho terlihat tak mengerti. Joo Eun kesal Young Ho tidak peka sekali karena hubungan mereka ini tak seorang pun yang tahu, karena berpacarn dengan Jhon Kim sudah sangat mengejutkan bahkan sekarang sekarang menjadi
Direktur Gahong.
Young Ho seperti pura-pura tak mengerti, Joo Eun berteriak merasa tak perlu menjelaskan tentang hubungan mereka. Young Ho mengerti melihat Joo Eun kalau Pacaran dalam dunia kerjanya pasti akan menjadi masalah, karena
Urusan bisnis dan pribadi mempunyai tempatnya masing-masing.
"Oke. Kau hanya pelanggan gendut dan aku hanyalah pelatihmu." Tegas Young Ho tak ingin membuat Joo Eun bermasalah.
"Astagaaa! Pria ini sungguh tak peka." Keluh Joo Eun kesal, Young Ho memilih untuk makan daging ayamnya saja tak mau menatap Joo Eun.
Joo Eun sudah bisa bangun hanya dengan mengangkat satu kakinya, lalu meminum obatnya. Young Ho mengetuk pintu dan masuk seperti berikan ciuman jauh dan akhirnya Joo Eun membalas dengan lemparan lesum pipinya, Young Ho langsung menangkap dan pergi dengan malu-malu.
Ji Woong dan Joon Sung masuk melihat tangan Joo Eun baru melemparkan lesum pipinya. Joo Eun berpura-pura menundukan wajah malunya, Ji Woong dan Joon Sung memberikan semangat, Young Ho seperti meleparkan hatinya dan mengodanya dengan mengajaknya untuk mendekat. Ji Woong dan Joon Sung meninggalkan kamar, Joo Eun tersenyum bahagia dengan melempar lesum pipinya.
Wajah Young Ho tepat ada dibawah, Joo Eun menahan badan dengan kaki dan juga lenganya agar tak terjatuh, tanganya memegang lengan Young Ho untuk bertahan tapi akhirnya jatuh juga sambil membaring mengeluh hampir mati melakukan olahraga itu.
Young Ho tiba-tiba berbalik ada diatas Joo Eun mengeluh pacarny itu tak peka, dan memberikan beberapa kecupan dibibir. Joo Eun menutup mulutnya dengan mata melotot kaget, lalu mengejar Young Ho ingin membalas karena tak boleh memberikan kecupan pada anak didiknya sebagai seorang pelatih. Ketika Joo Eun berhasil menangkapnya, Young Ho malah mengodanya dengan semakin mendekatinya, Joo Eun hanya bisa berjalan mundur.
Keduanya melakukan sit up dengan saling tarik menarik, Joo Eun memberitahu kembali bahwa urusan pribadi dan bisnis harus dipisahkan. Young Ho merasa yang mereka memang urusan bisnis, karena Latihan ala pacaran seperti ini sangat baik untuknya lalu menariknya Joo Eun ada diatasnya.
Joo Eun panik seperti terbang berada diatas kaki Young Ho, dengan senyuman Young Ho bertanya sekarang Joo Eun mau kemana. Terdengar teriakan Ji Woong yang memanggil Joo Eun, Young Ho langsung menjatuhkanya. Ji Woong baru datang melihat Joo Eun terlentang saja bukan latihan.
Young Ho dengan nafas terengah-engah membela Joo Eun sudah berlatih sejak tadi, lalu menyuruhnya bangun. Joo Eun bangun melakukan push up dengan hitungan "Satu juta dua puluh satu...
Satu juta dua puluh dua!" Young Ho lalu mengajak Ji Woong bergabung saja.
Young Ho sengaja menaruh timun dimulut lalu mengoda Joo Eun yang duduk disampingnya. Joo Eun tersipu malu, mendekat dan siap mengambil timun. Ji Woong berteriak lapar datang bersama Joon Sung, Young Ho langsung melepaskan timunnya. Ji Woong melihat Joo Eun seperti sedang menjulurkan lidah pada pelatihnya.
Joo Eun terlihat binggung merasa kalau cara itu sering dilakukannya, lalu mengejek Young Ho yang kalah. Young Ho mengedipkan matanya, seperti merasa ada sesuatu di matanya, lalu terdengar bunyi bel. Ji Woong berlari ke arah interkom untuk melihat siapa yang datang.
Dengan tatapan mengoda, Joo Eun menawarkan diri untuk meniupkan mata Young Ho, Joon Sung melihat cara Joo Eun meniup seperti ingin mencium Young Ho tapi tak banyak komentar. Ji Woong melihat seorang wanita dengan masker didepan rumah, meminta Jang Joon Sung untuk keluar, hanya dengan melihatnya saja bisa tahu wanita itu adalah Jang Yi Jin.
Joon Sung mendengar nama Yi Jin langsung terbatuk-batuk, keselek makanan malamnya. Yi Jin berusaha menyangkal, tapi Ji Woong yakin itu pasti Yi Jin yang datang dan berteriak memanggil Hyung-nya. Joon Sung terus terbatuk-batuk. Joo Eun pun kaget mengetahui yang datang menemui Joon Sung.
Joon Sung melihat manager Yi Jin turun dari mobil, dengan lirikan sinis melihat Yi Jin yang tersenyum menyuruhnya masuk, tapi Joon Sung hanya diam. Yi Jin melonggo kesana kemarin takut ada yang melihatnya, karena ia adalah ratu iklan Jang Yi Jin jadi jangan sampai ketahuan ada ditempat itu dan menyuruh Joon Sung masuk. Akhirnya Joon Sung masuk dan manager Yi Jin menunggu diluar.
"Tindakanmu ini sungguh tidak sopan." Kata Joon Sung dengan tatapan kesal
"Kau mau menjawabnya, 'kan Apa kau ingin makan malam denganku atau menciumku? Apa kau ingin makan denganku atau..." teriak Yi Jin
"Aku masih ingat, jadi sudah hentikan." Perintah Joon Sung sambil mengangat tanganya, Yi Jin malah mendekatnya jarinya supaya saling bersentuhan dan menanyakan jawabanya.
"Jang Yi Jin, yang kau lakukan ini." ucap Joon Sung bersikap sopan.
Yi Jin meminta Joon Sung langsung memanggil namanya saja. Joon Sung mengerutkan dahinya. Yi Jin merasa kalau banyak anak kecil yang memanggil namanya saja, Joon Sung menegaskan
merasa tak nyaman jika harus memanggil namanya dan masih belum terbiasa menggunakan Banmal dengannya.
"Jang Joon Sung, walaupun seorang
anak yatim tetap bisa menjadi juara.
Lahir pada 5 April 1986. Usia 29 tahun, golongan darah O." Ucap Yi Jin yang membuat Joon Sung menahan tawa,
Yi Jin pikir Joon Sung bisa tahu tentang dirinya dari google, bahkan skandalnya
semuanya lengkap dihalaman pertama tapi berpesan agar Joon Sung tak boleh
percaya dengan semuanya, karena Ada beberapa yang dilebih-lebih. Joon Sung menegaskan harus fokus dengan
pertandingannya yang sebentar lagi, jadi memohon..
Tapi Yi Jin lebih keras berteriak memohon, memberikan pilihan apabila
tak menciumnya ataupun menjadi pacaranya, paling tidak Joon Sung harus makan dengannya, matanya memperlihatkan seperti mata anak anjing memelas. Joon Sung hanya bisa menghela nafas. Yi Jin menyolek dada Joon Sung agar bisa mengabulkanya, Joon Sung langsung melepaskanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Venus
RomanceKisah ini bercerita tentang seorang perempuan yg dulunya cantik ketika sudah bekerja menjadi gemuk karena dia stress menjadi pengacara, ketika dia gemuk dia di putuskan oleh pacarnya, bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana bertemunya sang perempuan...