11 part 1

64 3 0
                                    

Diruangan Direktur Choi terlihat ketegangan, Direktur Choi merasa harus mengambil langkah yang cepat jika tak ingin kehilangan kesempatan. Woo Shik menatap atasannya dengan wajah terlihat ragu. Direktur Choi menempuk tanganya memberikan kode. Woo Shik mengeluarkan ponselnya menelp PD Go untuk menayangkan berita itu.
Young Ho dan Ketua Min baru saja sampai depan rumah, wartawan sudah menunggu didepan rumah langsung berteriak dan menghentikan mobil Young Ho. Didepan jendela mobil, Young Ho hanya menatapnya mendengar teriakan yang memanggil nama John Kim.
"Apa benar anda adalah, John Kim?"
"Tolong jelaskan hubungan anda dengan Anna Sue!"
"Tolong komentar anda."
Semua wartawan serasa menemukan berita baru yang harus ditayangkan, Ketua Min menelp seseorang terlihat kaget sambil mengumpat. Dengan menatap kaca spion meminta maaf pada Tuanya, karena Artikel tentang John Kim
dan Anna Sue telah diterbitkan dan mereka harus pergi sekarang. Young Ho mengerti lalu mereka menerobos kerumunan wartawan dari rumah Young Ho.
Nyonya Lee sedang ada dirumah menerima kabar dari anak buahnya, terlihat kaget. Begitu juga Tuan Kim mendengar berita tentang Jhon Kim adalah anaknya tak percaya.
Young Ho berdiri dipinggir jembatan dengan pengawal, sementara Ketua Min sedikit menjauh untuk menelp, setelah selesai ia mendatangi tuanya. Young Ho yakin artikel resmi tentang skandal ini akan diterbitkan besok.
"Apa anda sudah siap menghadapi masalah ini?" tanya Ketua Min
"Aku akan menghadapi masalah ini, cepat atau lambat. Tapi, mereka tak akan
peduli dengan faktanya" ucap Young Ho terlihat pasrah.
"Orang lebih peduli dengan gossip
daripada mengetahui apa faktanya.
Karena semakin banyak dibicarakan,
maka hal itu akan dianggap faktanya.
Itulah sifat manusia. Sepertinya mereka tak hanya mendatangi villa anda, tapi juga di perusahaan. Sebaiknya kita sembunyi dulu." Jelas Ketua Min, Young Ho sempat sedikit mengumpat.
"Kita tak akan bisa sembunyi lama dari mereka semua. Aku sudah sering seperti
ini, jadi aku sudah tahu." Kata Young Ho, Ketua Min mengangguk mengerti.
Joo Eun panik menelp Young Ho tapi tak aktif ponselnya, akhirnya ia keluar rumah, betapa kagetnya melihat Young Ho sudah berdiri dengan style jaket yang menutup kepalanya. Young Ho melihat dari atas kebawah bertanya-tanya siapa wanita yang didepanya. Joo Eun mengatur nafasnya menanyakan apa sebenarnya yang terjadi.
Young Ho melepaskan penutup kepalanya merasa Joo Eun baru saja
dari tempat yang bagus. Joo Eun bertanya kenapa Young Ho tak mengangkat telpnya dan membuatnya khawatir, lalu melihat seluruh tubuh Young Ho untuk menanyakan keadaanya. Young Ho mengganguk kalau ia baik-baik saja.
"Banyak wartawan yang datang ke rumahku. Aku tak mau pulang dan juga
ke hotel. Apa aku harus menginap di
motel saja?" kata Young Ho yang mengulang ucapan Joo Eun saat masuk pengutit dirumahnya. Joo Eun menatapnya dengan senyuman.
"Aku hanya punya 1 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Pala Kau masih mau menginap di sini? Selain di dua luar angkasamu itu." Kata Joo Eun
Young Ho menatapnya, lalu Joo Eun memegang lengan Joo Eun untuk mereka siap Boarding dan memeluknya kalau mereka akan berangkat. Young Ho menyandarkan kepala da memeluk erat dengan menutup matanya, seperti bisa menghilangkan masalah yang menghadapinya sejenak.
Joo Eun membawakan segelas air untuk Young Ho yang sudah duduk diatas tempat tidurnya dengan wajah pucat. Setelah minum Young Ho berkomentar
Sepertinya hari ini Kang Joo Eun
menjadi orang yang tersexy. Joo Eun mengeluh kesala, karena Young Ho menganggap dirinya apa, karena dibanding badannya tak mungkin bisa mengalahkan ke-sexyan milih Young Ho.
"Tapi, aku tak bisa tidur di kamar non-suite Dan ini juga bukan kasur yang emput." Kata Young Ho sambil menepuk kasur yang didudukinya.
"Suite-room apaan? Memangnya ini bukan, "room" juga? Aku bisa menyuruhmu tidur di lantai nanti." Ucap Joo Eun, Young Ho memalingkan wajahnya seperti menahan rasa sakit.
"Jika suite-room tak ada, aku bisa tidur di ruang tengah saja." Kata Young Ho
"Jangan bercanda lagi, dan cepatlah tidur. Kau bisa memikirkan masalahmu besok saja. Bagaimanapun kau pasti akan menghadapinya besok. Istirahatlah." Ucap Joo Eun
Young Ho membaringkan badanya dengan menahan sakit memang kakinya, lalu tetap mengoda Joo Eun kalau menginginkan malam yang nyaman dan erotis maka akan memanggilnya. Joo Eun menatap Young Ho yang memiringkan badanya seperti menetahui pacarnya menyembunyikan rasa sakitnya.
Akhirnya ia berpura-pura tak melihat dengan pamit keluar untuk mandi jadi meminta Young Ho untuk tidur sekarang. Young Ho menatap Joo Eun seperti tak terjadi sesuatu, merasa pacarnya itu melupakan sesuatu. Joo Eun memberikan lemparan lesum pipitnya, dengan senyuman agar Young Ho bisa puas menerimanya.
Young Ho memiringkan badanya sedikit mengeluarkan suara kesakitan yang ditahanya, Joo Eun bersandar didepan pintu bisa mendengar suara Young Ho kesakitan tapi sengaja membiarkan sendirian, dan berusaha agar air matanya tak tumpah. Joo Eun duduk di atas toilet, mengingat saat pertama kali melihat keadan Young Ho menahan sakit dibagian kakinya dan cerita yang sebenarnya.
"Sayangnya... Ini bukanlah luka yang bisa disembuhkan orang lain, tapi ini Psikologis. Tubuhku masih mengingat rasa sakitnya..
Tubuh lebih pintar dari yang kau pikirkan.
Sakit ini tak akan pernah hilang, sampai aku mati."
Young Ho menjerit kesakitan, mengeluarkan obat dari saku jaketnya lalu berusaha mengambil gelas tapi malah membuat gelasnya pecah berantakan. Ia hanya bisa terus menjerit dengan keringat yang keluar disekujur tubuhnya.
Joo Eun menahan air matanya menelp Joon Sung memberitahu Young Ho menginap dirumahnya jadi mereka tak perlu khawatir. Joon Sung seperti sudah menduga terjadi sesuatu dengan Young Ho dan Joo Eun sudah mengetahuinya. Joo Eun sambil mengusap air matanya bertanya apa yang harus dilakukanya sekarang.
"Dia kelihatannya menderita, tapi aku hanya bisa diam saja." Kata Joo Eun tak bisa menahan tangisnya.
"Bertindaklah seakan-akan kau tak tahu apa-apa. Dia lebih sakit jika melihat
orang yang disayanginya sakit. Aku sudah menganggapnya seperti ayah. Tolong jaga dia." Ucap Joon Sung seperti menahan air matanya juga.
"Dia juga orang yang sangat berharga bagiku. Tolong jaga dia." Kata Joo Eun kembali menghapus air matanya. Joon Sung mengerti lalu menutup telpnya.
Joon Sung terlihat lemas diatas ring tandingnya mendengar keadaan Young Ho.
Flash Back
Dua pria bule berteriak akan menangkap seseorang yang kabur dengan memegang pistolnya. Young Ho sedang lewat dengan mobilnya melihat dua pria bule keluar dari sebuah gudang dan terlihat ada sosok keluar dari persembunyianya. Ia langsung menghampiri Joon Sung sudah babak belur dan melihat luka dibagian perutnya.
Joon Sung seperti ketakutan ingin menjauh. Young Ho memberikan kain kasa menyuruh agar menekannya supaya tak banyak darah yang keluar. Joon Sung sedikit bergerak, Young Ho memperingatkan apabila terus bergerak, maka kakinya akan hancur, lalu memegang bagian kaki Joon Sung.
Terdengar teriak Joon Sung yang kesakitan, Young Ho menari selembar kayu lalu memasangkan dengan perban sambil menyindir Joon Sung pasti masih ingin berlari dan merasa pria yang baru dikenalnya itu hanya ingin bersikap sok jagoan. Joon Sung meludahkan darahnya denga kesal, merasa Young Ho tak perlu memperdulikanya.
Young Ho memberitahu kaki Joon Sung itu patah, terdengar jeritan bule yang kembali mencari Joon Sung. Young Ho menatap Joon Sung seperti ketakutan dan meneruskan untuk membalut semua kaki dengan perban.
Di ruang alat medisnya, Young Ho memeriksa tekanan darah Joon Sung yang hasilnya normal, dengan kaki yang sudah dirapihkan dengan perban. Ia melihat dari wajahnya yang sudah dibersihkan tak kehilangan banyak darah dan sudah meminum obat penghilang rasa sakit.
Joon Sung menatap sinis menanyakan siapa pria didepanya. Young Ho menyindir itu cara Joon Sung
mengucapkan "terima kasih", terlihat Joon Sung mengeram. Young Ho ingin melihat tatto dibagian lengan, Joon Sung dengan cepat menempaskan tanganya dengan mata melotot. Young Ho masih terlihat santai menanyakan orang tua Joon Sung, tapi Joon Sung hanya diam. Young Ho pikir keduanya sudah meninggal, Joon Sung tetap saja diam.
"Jika begitu, kau juga pasti bukanlah
mahasiswa pertukaran negara. Jadi, kau adalah anak adopsi. Bagaimana dengan
Orang tua angkatmu? Apa kau punya rumah?" tanya Young Ho, Joon Sung malah mengumpat sambil menjatuhkan meja.
"Aku bertanya siapa kau, brengsek?!" teriak Joon Sung
"Dasar bocah ingusan. Bukan, "Kau", tapi "Hyung". Aku orangnya tak kuat jika
melihat orang yang lemah Dan juga tak suka melihat orang yang berada dalam bahaya." Jelas Young Ho, Joon Sung kembali berteriak dengan umpatanya.
"Aku tak perlu belas kasihanmu!
Brengsek!" teriak Joon Sung
"Ini namanya bukan kasihan melainkan sebuah empati." Kata Young Ho memperlihatkan lulutnya ada bekas jahitan.
Joon Sung terdiam, Young Ho berdiri dari tempat duduknya mengerti Joon Sung itu marah dan ingin berkelahi, menurutnya jika memang ingin berkelahi lakukan saja tapi bukan dengan pisau atau senjata, lebih baik dengan ring yang punya aturan lalu menyuruh untuk memakai perban sendiri. Tangan Joon Sung terlihat ada tetasan air mata lalu memasangkan perban ditanganya yang masih berdarah.
Joon Sung ingat semuanya, membuat air matanya kembali tumpah lalu membaringkan tubuhnya sambil memejamkan matanya, ketika membuka mata, Yi Jin tiba-tiba sudah ada disampingnya.
"Aku akan berterima kasih jika kau tak menggangguku hari ini." ucap Joon Sung
"Memangnya aku ngomong apa? Aku kan hanya tidur dan tidak cerewet." Kata Yi Jin, Joon Sung menatapnya begitu juga Yi Jin, lalu kembali menatap ke langit-langit.
" "Bagi orang kesepian, musim dingin ini akan bertambah dingin.Tolong bagilah kehangatan kalian Semangatlah!" Aku adalah artis yang sangat berbakat dalam menyemangati orang lain." Ucap Yi Ji kembali menatap Joon Sung
Joon Sung memalingkan wajahnya sambil mengumpat, Yi Jin pikir mereka
tak akan kesepian jika ada orang yang tidur di sampingnya, apalagi jika orangnya adalah si Ratu iklan. Joon Sung menghela nafas menurutnya tak ada cara Yi Jin bisa menghiburnya jika tak tahu masalahnya. Yi Jin pikir tak perlu tahu masalahnya kalau ingin menghibur, menurutnya rasa sedih tetap sedih.
"Hubungan kita berjalan dengan cepat.
Kita bahkan sudah ciuman dan berbaring bersama." Ucap Yi Jin, Joon Sung menatap kesal lalu memiringkan tubuhnya, Yi Jin berusaha mengikutinya. Joon Sung mengeser tubuhnya dan Yi Jin kembali memdekatinya.
Pagi hari dirumah Joo Eun
Young Ho keluar kamar melihat Joo Eun sedang memasak, matanya melirik keruang TV sudah ada dua anak buahnya. Ji Woong berdiri sambil berpura-pura mengungkapka cuara diluar sangat cerah dan terasa segar. Joon Sung setuju membuatnya bias
melakukan pekerjaan apapun hari ini.
"Kalian sedang apa?" kata Young Ho, Joo Eun mengejek Akting keduanya sangat
buruk sekali.
"Ma'am meminta kita untuk bersikap normal-normal saja." Jelas Ji Woong
"Dan kalian menyebut tadi itu "bertindak normal"? Sekarang Ayo cepat makan.
Rumahku jadi terasa sempit menampung orang gede seperti kalian." Kata Joo Eun mengajak semua duduk dimeja makan.
Joo Eun menuangkan nasi ke dalam mangkuk besar lalu sebutir telur ceplok dan gohujang dan mengaduknya. Young Ho menyindir Joo Eun memasak apa haus memakai celemek. Joo Eun mendengus kesal, menurutnya mereka harus bersyukur masih ada sisa makanan didalam kulkasnya. Seperti seorang chef, Joo Eun menuangkan minyak wijen dalam nasinya.
Young Ho bertanya-tanya sudah berapa lama minyak wijen itu ada di rumahnya, karena sebelumnya menemukan banyak makanan kadalurasa. Joo Eun menegaskan ibunya baru saja mengirimnya kemarin, lalu mulai menyuapi Ji Woong yang pertama. Ji Woong langsung membuka mulutnya lebar-lebar, dan memuji makana buatan Joo Eun sangat enak dan menakjubkan.
Joo Eun tersenyum karena yang dibuatnya nasi campur paling enak, lalu ingin memakanya tapi Young Ho lebih dulu memasukan tomat ceri ke dalam mulut pacarnya. Joon Sung menelan air luar nasi yang ada disendok. Joo Eun akhirnya memberikan suapan pada Joon Sung. Mata Joon Sung sempat melirik lalu berjanji akan makan satu suap saja, dengan cepat memakanya dan menikmati nasi yang tak pernah dimakanya.
"Oh, ya. Cepatlah makan Dan siapkan peralatan kalian. Kita harus tetap latihan
meskipun cuacanya seperti ini! Bukannya memang begitu?"kata Joo Eun yang membuat tiga pria itu terlihat heran.
Young Ho bertanya-tanya peralatan seperti apa yang sudah disiapkan, Joo Eun menyuruh semua untuk lebih mendekat, lalu memberitahu akan memperlihatkan latihan yang sesungguhnya. Ketiganya langsung saling melirik memikirkan rencana apa lagi yang dikeluarkan Joo Eun.
Sebuah penutup wajah yang biasa dipakai pemain golf dan juga penutup kuping. Ji Woong merasa mereka seperti
"Robocop" sekarang. Joon Sung juga merasa tak bisa melihat apapun dan membuka penutup wajahnya. Young Ho mengeluh apa lagi yang akan mereka lalukan sekarang. Joo Eun melihat Young Ho tak menutup wajahnya langsung menurunkan penutup wajahnya.
"Sepertinya, bukan saatnya untuk
memperlihatkan wajahmu sekarang." Kata Joo Eun, Young Ho kembali membukanya, Joo Eu mengeram akhirnya Young Ho kembali menutup dengan wajah ketakutan.
"Baiklah. Ikuti aku, dan jangan lupa untuk menggerakkan tangan!" teriak Joo Eun memberikan komando dengan mengerakan dua tangan ke depan dan belakang lalu menaiki tangga.
Ji Woong mengikutinya dari belakang bersama dengan nenek-nenek yang ikut menaiki tangga. Young Ho sedikit membuka penutup wajahnya, bertanya-tanya apa sebenarnya yang dilakukan mereka sekarang dan akhirnya mengangap kalau itu sebagai pemanasan dan mengikuti para nenek menaiki tangga dengan wajah tertutup, begitu juga Joon Sung.
Young Ho dan Joo Eun serta nenek yang lainya membantingkan tubuhnya pada pohon, Ji Woong dan Joon Sung ikut melakukan seperti sedang berada dengan pohon. Young Ho menanyakan apa guna mereka melakukan seperti itu. Joo Eun ingin menjawab tapi nenek yang didekat mereka sudah lebih dulu menjawabnya.
"Apa kau tak tahu kegiatan ini baik untuk aliran darah? Aku telah melakukan ini
setiap hari selama 10 tahun Dan aku tak pernah sekalipun sakit! Aigoo, dasar anak muda. Apa kalian tak bisa lebih semangat lagi, seperti ini?" jerit si ibu lalu memuji Joo Eun yang hebat karena membanting tubuhnya di pohon dengan semangat. Ketiga pria pun tak mau kalah dengan membantingkan tubuh mereka.
Young Ho, Joon Sung dan Ji Woong tiba-tiba mundur dengan wajah melonggo. Dua ibu-ibu didepan mereka sedang menarik nafas lalu menghebuskan sambi menepuk perutnya, ketika akan pergi dan membalikan badan, dua ibu-ibu berlari menghampiri ketiganya untuk mencoba alat yang dibawanya.
Joon Sung dan Ji Woong menerima sentuhan dibagian perutnya dan menjerit kesakitan. Young Ho mengangkat alisnya mendengar ibu-ibu itu akan memijat bagian perut dengan alat yang mereka bawa. Joon Sung merasa sakit dengan otot diperutnya, Sang ibu tak mau tahu menurutnya itu hanya perut bukan otot dan akan merasakah hasilnya besok dengan pencernaan yang lancar.
Young Ho ingin kabur tapi Joo Eun sudah berdiri didepanya membawakan alat yang sama. Young Ho ingin menolak dan Joo Eun langsung menaruh alat diperut pacarnya. Young Ho merasa sakit karena otot-ototnya tertekan, Joo Eun tak peduli sama seperti ibu-ibu itu kalau esok pencernaanya akan lancar.
"Apa kau mau bertanggung jawab jika terjadi apa-apa pada ototku itu?" ucap Young Ho menahan rasa sakit
"Ototmu adalah milikku dan Kau tak bisa menolak." Tegas Joo Eun kembali mengusap alatnya dibagian perut. Young Ho kembali menjerit merasakan sakit dibagian otot perutnya.
Semua saling berdiri berhadapan dengan wajah sinis, Joo Eun berteriak untuk memulai, mereka memaikan permainan saling mendorong dengan tangan. Ji Woong lebih dulu jatuh di dorong oleh Joon Sung. Joo Eun dengan penuh semangat mendorong Young Ho tapi Young Ho membalasnya tanpa semangat.
"Apa ini caramu itu, menghiburku?" ejek Young Ho
"Menghibur untuk apa ? Gahong Grup dan skandal John Kim adalah salahmu sendiri." Kata Joo Eun berusaha mendorong dengan tangan.
Young Ho tak terima mendengarnya, Joo Eun mengulangi perkataan Young Ho kalau mereka harus berolahraga, agar hatinya juga terasa ringan. Young Ho kesal akhirnya menurunkan tanganya, Joo Eun yang siap mendorong jatuh dipelukan dada Young Ho.
Ji Woong dan Joon Sung langsung mengejek keduanya, Young Hom mengeluh tak perlu didepan mereka dan berteriak untuk melepaskanya. Joo Eun malah sengaja jatuh dan memeluk Young Ho sambil mengoda dengan memegang lehernya. Young Ho mengajak mereka kembali berolahraga dan menutup wajahnya karena malu.
Young Ho mengantar Joo Eun sampai ke mobil, sambil membuka kaca jendela Joo Eun merasa tidak sia-sia jadi pengacara karena akan menampung penganguran seperti Young Ho lalu mengodanya dengan mempercayakan semua pada "nuuna". Young Ho hanya tersenyum mendengarnya.
Joo Eun memberikan pipinya, Young Ho melihat sekitar lalu memberikan ciumanya. Joo Eun seperti layaknya pasangan pengantin baru, menyuruh Young Ho menjaga rumah karena ia akan mencari uang yang banyak. Young Ho melihat jam karena Joo Eun bisa terlambat sambil berpesan agar hati-hati dijalan. Joo Eun dengan senyuman lebar pamit pergi berkerja.
Young Ho melihat mobil Joo Eun meninggalkan apartement, saat berbalik sudah ada mobil pengawalnya dan Ketua Min turun dari mobil. Keduanya sempat saling menatap cukup lama dan jarak yang jauh lalu akhirnya berbicara didalam mobil.
"Seperti dugaan anda, pihak Anna telah mengkonfirmasinya Dan juga aku sudah
menemui pers tadi pagi. Mereka tak akan berhenti, tapi tak akan ada berita palsu muncul lagi." Jelas Ketua Min
"Biasanya kau tak bergerak sepagi ini." komentar Young Ho
"Ketua sudah menunggu anda dan Aku telah menyiapkan pakaian untuk anda." Kata Ketua Min
"Tidak, aku akan berpakaian seperti ini saja." Ucap Young Ho yang ingin menemui neneknya dengan pakaian yang biasa digunakanya lalu turun dari mobil.
Didepan rumah neneknya masih banyak wartawan, yang memanggil nama Jhon Kim. Seorang pengawal membuka pintu untuk Young Ho lalu kepala Min ikut masuk ke dalam rumah. Nyonya Lee duduk dengan memejamkan matanya, Kepala Min memberitahu Young Ho sudah datang.
"Suruh dia masuk. Yang terpenting
sekarang dia sudah pulang. Anakku...
Dan siapa wanita itu? Apa dia seorang pengacara?" kata Nyonya Lee, Ketua Min hanya diam
"Apa kau bersikap seenaknya begini,
hanya karena aku sudah menaikkan jabatanmu?" ucap Nyonya Lee dengan nada tinggi membanting seperti alat untuk berdoa. Ketua Min akhirnya hanya bisa meminta maaf.
"Tapi, kau pasti bersikap begini karena mengerti posisi Young Ho. Kami harus memastikan keamanan posisi Young Ho.
Dan mengenai anak dari CEO Duksung, itu akan menjadi perisai yang kuat bagi Young Ho. Minta dia untuk segera pindah ke sini setelah renovasi selesai." Pesan Nyonya Lee, Ketua Min terlihat sempat binggung tapi akhirnya mengiyakan perintah dari nyonyanya.
Pelayan membawakan sebuah guci putih, Hye Ran memberitahu bukan guci itu yang dimaksud tapi yang ada akar bunga di dalamnya. Pelayan mengerti akan mengambilkanya, Hye Ran menyiapkan dua gelas memberitahu Perut ibu mertuanya sedang sakit jadi meminta pelaya menyiapkan manisan plum juga.
Young Ho menemui ayahnya langsung berlutut meminta maaf karena telah membuat semuanya khawatir. Tuan Kim melihat anaknya sekarang memang ingin duduk dijabatanya sekarang lalu menyuruhnya untuk berdiri. Young Ho tetap saja berlutut didepan ayahnya.
"Kakimu itu tak pernah sekalipun menunduk padaku. Kaki yang selama ini aku khawatirkan. Kau harus melindungi posisimu, karena Waktumu sudah tak banyak lagi." Kata ayahnya, Young Ho memegang lututnya dengan berkaca-kaca mengerti ucapan ayahnya.
"Kau harus berhati-hati hingga upacara peringatan perusahaan Dan hari peresmianmu." Perintah Tuan Kim yang membiarkan Young Ho duduk dikursi.
Hye Ran berdiri didepan pintu mendengar pembicaraan keduanya, Young Ho keluar melihat ibu tirinya sudah berdiri didepan pintu. Hye Ran mengajak Young Ho untuk makan sebelum pergi karena sudah lama tak pulang ke sini. Young Ho menolak dan meminta agar merawat ayah dan neneknya lalu pamit pergi. Hye Ran terdiam karena dirinya sudah diusir dari rumah, ketika Young Ho akan tinggal dirumah.
Joo Eun menemui seorang jaksa dikantornya, sang jaksa memegang foto Joon Sung saat masih kecil menceritakan seorang wanita yang
hampir saja membunuh ayah dari anaknya. Joo Eun melihat lembaran kasus didepanya dengan wajah tegang.
"Tapi, suaminya telah melakukan KDRT
Dan aku bisa mengerti kenapa dia tega melakukan itu. Dia hanya ingin
melindungi calon bayinya. Karena saat itu, hukum tentang "KDRT, penyiksaan istri" belum seketat sekarang. Tak banyak yang bisa dilakukan." Jelas jaksa, Joo Eun melihat berkas foto ibu Joon Sung dengan luka legam dibagian wajah dan tubuhnya.
"Ditambah lagi tak ada seorang pun peduli dengan keadaannya. Dia pasti menderita
karena kekerasan itu. Yang kudengar, dia
melahirkan anaknya di penjara."
Ibu Joon Sung pulang kerumah melihat ada sebuah tas belanja didepan rumahnya, matanya berkaca-kaca melihat pakaian hangat sambil memeluknya dan menangis. Lalu sambil mengusap air matanya, ia berlari keluar mencari seseorang, Joon Sung sedang bersandar didepan mobilnya. Ibu Joon Sung langsung mengembalikan barang yang diberikan anaknya.
"Kenapa kau meninggalkan barang ini di depan rumah orang lain?" ucap Ibu Joon Sung ketus
"Um... Aku... tak ingin... anda kedinginan, jadi..." kata Joon Sung gugup dengan wajah tertunduk
"Apa pedulimu jika aku kedinginan?
Tolong jangan bersikap baik lagi padaku.
Jangan pernah..... Tolong... jangan kembali lagi." Perintah Ibu Joon Sung memalingkan wajah lalu pergi sambil menangis. Joon Sung hanya bisa menahan sedih dengan sikap ibunya yang tak bisa menerima dirinya.

Oh My VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang