PART 06 : Menjadi Bodoh

13.4K 990 111
                                    

LAKUNA
(Ruang hati yang kosong)

PART 6 : Menjadi Bodoh

***

MELIHAT hal itu, Minho hanya bisa menarik salah satu sudut bibirnya keatas. Didalam hati, ia mengejek Kyuhyun yang tak berhenti dengan segala gengsinya. Semua orang bahkan dapat melihat Kyuhyun menyukai walaupun masih pada taraf tertarik pada Miyoung hanya melalui tatapannya. Namun, gengsi itulah yang menutupi hal itu. Kyuhyun benar-benar sialan bodoh karena tak mau mengungkapkannya secara lisan.

"Sembilan."

Minho melirik kembali kebelakang. Matanya memancarkan kekecewaan, ketika melihat Miyoung dengan langkah lebar meninggalkan lapangan. Ia berbalik, menatap Kyuhyun kemudian lari meninggalkan pria itu yang berdiri menatapnya tak percaya.

"Sepuluh!" Teriak Minho, keras.

"Hei, Choi Minho!"Kyuhyun memandang punggung Minho, dan mulai tergerak untuk menjalankan kakinya ketika pikirannya mengatakan bahwa Minho akan memutuskan untuk mencium gadis itu. "Aish, anak itu benar-benar!"

Beberapa orang terkikik melihat Minho berlari meninggalkan Kyuhyun di tengah lapangan sendiri. Namun, beberapa lainnya termasuk Mirae terpaku melihat Kyuhyun baru saja melewatinya. Belum cukup dengan keterkejutannya Mirae akan sikap aneh Miyoung, ia kembali dibuat tak percaya ketika sebuah suara yang sangat ia idolakan meneriakkan nama sahabatnya. Mirae terpaku, ketika Minho melewatinya dengan berlari kearah Miyoung pergi. Bau tubuhnya... Ya ampun! Meskipun Kyuhyun telah penuh dengan keringat yang membasahi tubuhnya, bau tubuh dengan parfum mahal itu benar-benar tak terkalahkan. Sangat sialan harum!

Miyoung berjalan cepat dengan kedua kaki pendeknya. Rambutnya ikut bergoyang setiap kakinya melangkah. Jantungnya tetap berdegub kencang, walaupun Kyuhyun tak berada dijarak pandangnya. Ia berhenti. Mengatur napasnya yang tak teratur. Ia menyentuh dadanya, kemudian menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Tenang. Oke, kau harus tenang, Miyoung. Jangan biarkan kau terjebak padanya. Semua akan berakhir ketika Ayah telah melunasi semua hutangnya."

Tubuhnya merosot. Kedua tangannya terangkat, menutupi wajahnya ketika air mata mulai memaksa turun. Yah, beruntung koridor kampus yang dilaluinya tadi sepi dari mahasiswa. Ia tak tahu harus menyembunyikan tangisnya atau bahkan wajahnya ketika semua mahasiswa tahu. Sepasang sepatu berada di hadapannya ketika ia menurunkan tangan. Ia mendongak, menemukan pria dengan wajah lembut tengah menatapnya. Pria itu ikut berjongkok. Menumpukan kedua siku-nya yang menumpang kepalanya.

"Ada apa kau kemari, Minho-ssi?"

Minho tersenyum. Kemudian tangannya terangkat menyentuh kepala Miyoung. Mengusap lembut kepala mungil itu. "Seharusnya, aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan disini?" Minho kembali mengulas senyum lebar, ketika tangan Miyoung mengusap air matanya. "Menangis, huh?"

Miyoung mengibaskan tangannya. "T-tidak!"

Minho terkekeh. "Baiklah, anggap saja aku percaya kau tidak menangis."

"Aku memang tidak menangis, Minho."

Minho memandang gadis didepannya, dengan tak percaya. "Wow. Kau tak lagi memanggilku formal."

Miyoung membulatkan matanya. Benarkah itu? Ya ampun, mulutmu, Miyoung. "M-Maaf. Aku-"

Minho mengibaskan tangannya, sambil terkekeh. "Aku senang ketika kau memanggilku seperti itu."Minho memegang kedua pundak sepit milik Miyoung. "Kau harus menjadi temanku."

LAKUNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang