PART 11 : Kepingan Masa Lalu

10.7K 730 214
                                    

LAKUNA
(Ruang hati yang kosong)

PART 11 : Kepingan Masa Lalu

***

PRIA itu terus memandang ke sekeliling. Matanya bahkan bisa juling jika terus menerus memandang ke segala arah. Matanya hanya ingin melihat sosok gadis yang menemaninya dua tahun ke belakang. Seorang gadis yang satu-satunya menjadi gadis asing terdekat kecuali Ibu dan adik kandung perempuannya. Seorang gadis yang membuat harinya berwarna semenjak ia memutuskan untuk mengenalnya lebih jauh. Gadis yang berstatus sebagai kekasih, pujaan hatinya, gadisnya, seorang yang menjadi penyemangatnya dua tahun ini. Cukup lama menurutnya, mengingat ia sebelumnya hanya berpaku pada buku-buku dan materi pelajaran. Ia bahkan selama ini tak melirik seorang gadis, walaupun banyak gadis yang mengejarnya. Tapi, gadis itu. Gadis yang sekarang berstatus menjadi kekasihnya, merubah segalanya. Gadis itulah yang membuatnya berani untuk meminta hubungan lebih. Tak berapa lama kemudian, seorang gadis dengan peach dress bermotif bunga pada bagian bawah terlihat. Walaupun banyak orang menenggelamkan tubuh mungilnya, ia masih mampu mengenalinya. Gadis itu berlari kearahnya. Rambut hitam lurus alami, serta anak rambut yang menutupi dahi indahnya mengayun lembut mengikuti pergerakan sang pemilik yang berlari. Ia melirik ke arah bawah. Gadis itu untungnya menggunakan sepatu flat berwarna peach. Jika tidak, maka ia tak akan segan menyuruh gadis itu pulang untuk mengganti sepatunya, dan enggan untuk bertemu dengannya lagi. Bukannya tak suka jika gadis itu mengenakan sepatu dengan hak tinggi, namun, baginya, kekasihnya itu belum mencukupi umurnya untuk menggunakan sepatu ber-hak tinggi. Meskipun usia gadis sudah dibilang sudah mencukupi.

Senyum pria itu mengembang ketika gadis itu berada di depannya. Gadisnya membungkuk, menumpukan tangannya pada lututnya untuk mengatur napasnya sebelum menarik badannya agar kembali berdiri dengan tegap. Gadis itu mengulas senyum lembut, membuatnya tak tahan untuk mengusap pipi tembam milik kekasihnya itu.

"Apa aku terlambat?"

Sang pria menggeleng. Menyentuh sisi wajah sang gadis dengan lembut. "Jika kau terlambat, aku sudah tak berdiri disini."

Senyum itu kembali terbit di bibir mungil sang gadis. Matanya memandang pria dihadapannya dengan lamat. Tersirat bahwa ia tak rela jika ditinggalkan, namun, ia juga tak akan memaksa pria itu untuk mencapai cita-cita yang diinginkan olehnya. Kekasih tampannya itu bercita-cita menjadi seorang dokter, karena ia tak ingin seseorang merasa kesakitan terlebih ia sebagai kekasihnya. Sialan mulia 'kan? Hingga pria itu berjuang keras mendapatkan beasiswa kedokteran di universitas terkemuka di dunia Oxford University. Ada perasaan senang sekaligus sedih, ketika pria itu mengabarkan bahwa ia di terima pada universitas bergengsi abad ini. Namun, demi cita-cita pria itu, ia akan menahannya. Persetan dengan kesedihannya. Ia hanya ingin, pria itu senang dengan menggapai cita-cita mulianya. Pria dengan status kekasihnya itu memang sangatlah pintar. Terlampau pintar hingga nyaris jenius, mengingat materi kedokteran yang belum ia ketahui sudah lebih dahulu diketahui oleh pria itu. Setelah menerima gelar siswa paling berprestasi di masa bangku sekolah, sekarang pria itu harus meninggalkan tanah kelahirannya untuk menggapai cita-cita mulianya.

"Kemarilah."

Lamunannya buyar. Ia memandang pria di depannya dengan lembut. Pria itu membuka kedua tangannya lebar. Sekan memberi sebuah isyarat bahwa ia butuh sebuah pelukan. Bukan hanya untuk pria itu, tapi untuk gadis itu pun sama. Mereka sama-sama butuh sebuah pelukan hangat untuk yang terakhir sebelum pria itu pergi sementara untuk menggapai cita-citanya. Gadis itu maju selangkah. Kemudian dengan cepat menubruk tubuh besar milik pria itu. Ia kemudian melingkarkan lengannya pada pinggang pria itu, serta menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria itu. Terasa hangat dan nyaman, ketika mendengar detakan jantung pria itu yang teramat keras nyaris seperti detakan jantungnya saat ini. Sementara, pria itu membalas pelukan dari gadisnya tak kalah erat. Bibirnya memberi kecupan kecil pada kepala bagian puncak gadis itu.

LAKUNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang