LAKUNA
(Ruang hati yang kosong)Extra Part : Yang Sebenarnya
*****
For we lose not only by death, but also by leaving and being left, by changing and letting go and moving on. –
(Karena kehilangan bukan melulu tentang kematian, namun juga karena meninggalkan dan ditinggalkan, karena berubah dan melepaskan serta melanjutkan hidup) – Judith Viorst
*****
SEMUA orang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang tengah sali bercanda satu sama lain, ada juga yang tengah memakan sarapannya, ada juga yang tengah mondar-mandir seperti halnya setrika. Salah satu gadis yang saat ini tengah memperhatikan kumpulan kertas di genggamannya melirik sedikit kepada seorang pria di sampingnya. Jika dilihat dari sisinya, pria ini memang tampan. Lihatlah hidungnya yang mancung, di sertai dengan bibir tebal merah yang membuatnya seringkali hilang akal ketika benda itu berada di dirinya.
Ia memang tak menyangka bisa-bisanya mencintai pria itu dalam waktu yang singkat. Terhitung juga berapa kali dirinya salah paham yang berujung pertengkaran hebat, hingga nyaris mengakhiri hubungan mereka.
Pria itu tiba-tiba menoleh padanya, ketika gadis itu tengah sibuk dengan pikirannya. Pria itu menatapnya dalam dan intens di wajah mungil nan cantik tersebut. Alis matanya yang selaras dengan wajah mungilnya. Hidung bangir, dan juga mata yang tak terlalu besar yang selaras. Di tambah dengan pipi chubby dan juga bibir merah cherry nya yang membuatnya seringkali kehilangan fokus. Lama ia menatap gadis itu, sampai pada gadis itu mengerjapkan matanya kemudian membalas tatapan matanya.
Pandangan mereka saling bertemu. Seakan terikat satu sama lain, keduanya enggan mengalihkan matanya walaupun untuk sejenak. Seulas senyum cerah terbit di bibir gadis itu, membuat sang pria mau tak mau ikut tersenyum. Ia menarik tangannya dari tumpukan kertas—yang di pegangnya—kearah belakang kepala gadis itu. Tangannya mengusap dengan pelan sekaligus gemas. Ia juga mendekatkan wajahnya pada kepala gadis itu, kemudian mengecup puncak kepalanya.
"Love you," bisik pria itu pelan tepat di telinga gadisnya.
Senyum gadis itu semakin melebar, "you too," bisiknya tak kalah pelan. Ia kemudian mendekatkan tubuhnya, masuk kedalam pelukan hangat dari pria yang amat di cintainya tersebut.
Pria itu meraih tangan mungil gadisnya, kemudian memerangkapnya menjadi satu genggaman kuat. Ia tak perduli apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang berada disana, juga tak memperdulikan tatapan para rekan kerjanya, yang ia perdulikan adalah betapa ia mencintai gadis ini, dan juga tak mau kehilangan gadis ini kembali karena masalah sepele.
Seseorang secara tiba-tiba membanting tumpukan kertas yang sama—di meja di depan mereka, yang membuat sang gadis terlonjak kaget. Ia menarik dirinya dari pelukan pria itu dan mendongak. Sementara sang pria menghela napas panjang, antara geram dan juga malas. Baru saja ia menikmati waktu berduaan dengan gadisnya, haruskah pria yang saat ini duduk di depannya dengan gurat wajah kesal tersebut mengganggunya?
Pria itu menghela napas kembali, dengan punggung yang ia sandarkan ke punggung sofa. Ia kemudian melirik gadisnya yang sibuk melontarkan pertanyaan tak bermutu kepada pria yang tadi mengganggu mereka. Ia kemudian menarik tubuh mungil tersebut, dan melingkarkan lengannya pada pinggang gadis itu.
"Aku benci endingnya," ujar pria itu dengan wajah kesal.
Ia kemudian membanting kembali tumpukan kertas—walaupun terlihat seperti buku—ke hadapan pasangan di depannya dengan berapi-api. "Bagaimana bisa aku mati, sedangkan aku baru keluar di beberapa episode saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA [COMPLETED]
FanfictionHan Miyoung hanyalah seorang gadis yang sangat menyayangi ayahnya. Ia hanya ingin membantu sang ayah untuk melunasi hutang sang ayah pada rekan kerjanya. Hingga ia dipertemukan oleh Cho Kyuhyun si pria dingin, keras kepala, pemaksa dan semua hal neg...