Side Story : Lastest

8.2K 503 87
                                    


S i d e   S t o r y :
________________

L A S T E S T

"Mungkin, ada banyak orang yang ingin menjadi yang pertama untukmu. Tapi, aku hanya ingin, aku yang menjadi terakhir untukmu." — aiyoo44

_____________________________

MIYOUNG pagi itu merasakan perasaan tidak enak. Entah karena hal apa. Mungkin juga karena kepalanya sedikit pusing. Atau karena tugasnya untuk esok lusa tak kunjung selesai. Ia beranjak dari ranjang, membuka pintu dengan salah satu tangan yang menyangga kepalanya. Ia melirik sekitar, kemudian dahinya berkerut kasar. Suasana rumah hari ini tampak tenang, lengang dan... sunyi.

Ia keluar dari kamar. Dengan tangan yang mengacak rambut singa-nya, ia kemudian melangkah perlahan menuju ke dapur. Dahinya kembali mengerut menjadi beberapa lapisan, ketika melihat dapur bersih tanpa pelayan. Biasanya jika di hari-hari biasa, banyak pelayan yang berlalu-lalang mengerjakan bagian tugas mereka masing-masing. Namun, kali ini, tidak ada yang berlalu-lalang meskipun hanya satu orang saja.

"Dimana semua orang?"

Mengabaikan pertayaan di kepalanya, Miyoung kembali melanjutkan langkahnya mendekati kulkas yang berwarna hitam dengan pintu besar di kedua sisi juga terdapat pintu kecil dibagian tengah berbentuk persegi. Miyoung mengulurkan mtangannya, membuka pintu kecil berbentuk persegi tersebut, kemudian mengambil satu botol air mineral. Meneguknya dengan cepat, dan bersamaan itu ia memiringkan kepalanya, ketika matanya menemukan kertas berwarna yang menempel di pintu kulkas.

Aku sibuk. Mungkin larut malam, aku akan pulang.

—the one person who loved you too much.


Tangannya meraih kertas tersebut kemudian membacanya. Tak beberapa lama, bibir mungil berwarna merah muda yang merekah itu mengerucut. Walaupun sebenarnya ia ingin tertawa ketika membaca kalimat terakhir 'the one person who loved you too much'. Oh ya Tuhan, itu kali pertama ia mendapatkan surat dari pria dengan percaya dirinya berkata sedemikian rupa. Ia memutar tubuhnya untuk kembali melangkah menuju rice cooker dan tempat penghangat makanan di sudut dekat meja panjang mirip seperti bar. Membuka benda itu secara bergantian, kemudian mendengus.

Beberapa makanan siap makan sudah ada disana. Seperti daging asap, sayur olahan jagung, dan juga kimchi. Ia kemudian menghela napas panjang. Matanya memandang datar makanan-makanan tersebut kemudian lagi-lagi menghela napas. Akhir-akhir ini ia selalu makan dalam keadaan sendirian. Tanpa ditemani oleh pria itu, dan juga terkadang Bibi Oh.

Mengingat Bibi Oh, dimana wanita paruh baya itu? Ia menoleh ke kanan kemudian ke kiri, begitu seterusnya hingga nyaris membuat tulang lehernya berderak. Ia meringis, kemudian menyentuh lehernya. Menggerakkannya sebentar ke kiri dan ke kanan, kemudian mendesah lega.

Ia mengambil kotak berisi makanan yang berada dalam alat penghangat makanan, kemudian mengambil nasi secukupnya. Dan berjalan mendekati meja bar, dan duduk di kursi tinggi disana. Menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangannya sebentar, kemudian mulai membuka tutup kotak makanan, dan memakannya dalam waktu yang lama. Miyoung memilih kembali menutup kotak makanan tersebut ketika perutnya berteriak kenyang. Miyoung... walaupun bukan seseorang yang gila terhadap berat badan, tapi ia merasa sangat frustasi ketika semua lemak yang terdapat dalam makanan mengumpul di daerah pipi. Pipinya makin lama makin mengembang seperti adonan roti yang mengembang.

Tubuhnya mendadak kaku ketika sebuah suara aneh menyapa gendang telinganya. Suara serak yang memanggil namanya berulang kali. Ia menoleh ke arah suara itu berasal. Namun, suara itu justru berhenti. Ketika hendak pergi, suara itu kembali terdengar. Namun, kali ini Miyoung menjerit ketakutan dan beranjak dari dapur menuju kamarnya dengan lari secepat yang ia bisa.

LAKUNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang