"Bellllssssss!!" seseorang memanggil Bella saat ia baru menghempaskan bokong nya untuk duduk.
Kebiasaan seorang Arfa jika memanggil namanya ada embel-embel huruf 's' di belakang nya, katanya biar lebih greget.
"Apa? Pr PKN? Udah nih, Zoey yang ngerjain," ujar Bella seraya menyerahkan buku catatan PKN nya.
"Iiiiii bukan ituuu,"
Bella hanya mengernyitkan dahi bingung.
"Kemaren lo jalan sama Aldi kampret!" terlihat dari raut Arfa yang seolah berbicara 'ga cerita-cerita lo'
"Aaahhh tai, lo ngasih nomer gue ke Aldi kan?" Bella berbicara dengan suara yang lumayan tinggi hingga membuat beberapa tman-teman nya menoleh.
"Pelanin suara lo, please." umpat Arfa merasa mereka berdua menjadi pusat perhatian.
"Ck, nanti aja istirahat gue ceritanya, intinya gue seneng." ucap Bella sambil tersenyum sendiri.
"Ye, tadi aja ngatain tai pas tau gue yang ngasih tau nomer lo. Seneng juga kan,"
"Lagian lo ngga bilang kalo Aldi mau minta nomer gue."
"Abisnya dia maksa minta nya, katanya gausah bilang ke Bella biar pas gua sms jadi surprise. Kalo gitu gue mau nyalin catetan PKN lo," Arfa menyambar buku PKN yang sedari tadi menjadi saksi percakapan Bella dan Arfa.
"Yee sue lo, dasar kentut cicak."
Suara high heels kira-kira 10 cm menggema, beberapa siswa yang sedang di luar segera masuk menandakan ada guru yang akan masuk. Semua murid segera duduk di tempat masing-masing.
Satu...
Dua...
Tiga...
Bu Dini. Huft, hanya guru piket yang masuk. Ya, Bu Dini merupakan guru piket baru di sekolah ini dan termasuk guru yang paling muda di antara guru yang lain. Berkisar umur dua puluh tahunan. Tak heran, Bu Dini selalu menjadi objek untuk di goda para laki-laki SMA Pelita.
Ia juga termasuk guru yang selalu setia mendengarkan curhatan patah hati dari gadis-gadis yang baru putus cinta. Tak heran juga Bi Dini lebih dekat dengan murid di banding guru yang lain.
"Assalamualaikum, ada tugas dari Pak Rudi, suruh kerjain halaman 52, di kertas selembar." ujar Bu Dini
Beberapa anak yang terdengar berkata 'yes pak Rudi ga masuk'
"Di kerjain di mana bu? Buku tulis apa di mana?" ujar Andre yang berteriak dari belakang. Lantas semua menoleh seolah memberi tatapan 'makanya dengerin!'
"Di jidat lo Ndreee!" Arfa berteriak dan menatap Andre sebal.
"Iih, serius duyong!" Andre menyahut dengan wajah watados nya yang membuat seisi kelas terkikik. Sedangkan Arfa hanya memutar bola matanya.
"Di kertas selembar Andreeeeee," Bu Dini menyahut.
"Wokeeh bu, saya ngerjain dulu!" Bu Din hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Andre. Tahu bahwa Andre tidak akan mengerjakan melainkan menyontek. Kemudian bu Dini berlalu untuk kembali ke tugas nya.
Wajah sumringah tergambar di wajah siswa kelas XI IPA3. Sebagian besar anak perempuan menarik bangku membentuk lingkaran sesuai geng nya masing masing. Dan anak cowo menggelar karpet untuk tidur yang sengaja mereka curi dari ruang tata usaha. Jiwa tukang betak mengalir dalam darah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haunted
Teen FictionMereka bilang, waktu menyembuhkan. Bagiku tidak, waktu hanya membiasakan. Karena saat mengingatmu aku masih mampu Merasa luka, hanya saja kali ini tanpa air mata.