Yori

186 15 1
                                    

-"Do you wonder how many people have had crush on you and never told you?-"

****

Febby agak terburu-buru  memasukkan seragam olahraganya ke dalam tas. Bel tanda pulang sekolah  sudah berbunyi begitu memekakkan telinga beberapa detik yang lalu,  tetapi Febby baru saja selesai mengganti seragamnya.

"Cha! Tungguin gue kek!" Gerutu gadis berambut brunette itu ketika menyadari Chacha sudah meninggalkannya.

Febby semakin  mempercepat gerakannya, bahkan hingga tidak memperdulikan bahwa fakta  tasnya hampir tidak muat karena barang-barangnya tidak disusun dengan  rapi. Tapi peduli setan, yang penting dirinya gak ditinggal di kelas ini  seorang diri.

Febby menutup resleting tasnya, kemudian ia langsung menggendong tasnya. Baru saja  Febby hendak melangkah dari posisinya, barang-barang di dalam tasnya  berjatuhan ke lantai.

Sial, batinnya kesal, sadar kalau ia tidak mengancingkan resleting hingga ujungnya. Febby menghela nafasnya dengan kesal. Ia jadi harus repot-repot kerja dua kali.

"Pelan-pelan aja ga bisa?"

Febby membalik tubuhnya.  Ternyata ia tidak sendirian di kelas itu, ada Arky disana. Laki-laki  itu duduk di atas meja guru dengan tangannya yang memegangi sepatu  futsal berwarna oranye.

"Gue buru-buru," jawab Febby sembari memunguti barang-barangnya yang berserakan di lantai.

"Kaga ada setan disini," sahut Arky lagi.

"Emang, yang ada dedemit," seloroh Febby.

Arky tidak membalas, ia  hanya menonton Febby yang sedang sibuk menyusun ulang barang-barang di  dalam ranselnya—benar-benar bukan aktivitas yang Febby senangi.  Perempuan itu terpaksa membungkuk beberapa kali untuk mengambil  barang-barang miliknya.

"Lo ngapain disitu?" Febby akhirnya buka suara setelah beberapa saat membisu.

"Duduk," jawab Arky polos.

Febby berbalik menatap  Arky, sesaat kemudian memutar bola matanya dengan sebal. "Upin Ipin juga  tau lo lagi duduk, bakwan dingin."

"Terus ngapain nanya?"

Febby berdecak, untung gue penyabar, katanya  dalam hati. "Ya maksud gue, lo ngapain dah disitu cuma nontonin gue,  bantuin kek, apa kek. Ah elu mah jadi cowok gini amat, ga peka gitu ya  ada cewek lagi kesusahan."

Arky menaikkan sebelah  alisnya. Dari yang ia lihat, Febby sama sekali tidak tampak kesusahan  tapi kenapa perempuan itu berkata demikian? Lagi pula kalau ia butuh  bantuan kenapa tidak ngomong dari tadi?

"Ya udah, sini gue bantuin," Arky langsung berdiri, ia meletakkan sepatu yang ia tenteng di atas meja.

"Kelamaan," balas Febby. "Udah keburu kelar."

Arky mendesah lelah, emang ya, cowok ga pernah menang kalo ngomong sama cewek.

"Ya udah, yuk lah."

Akhirnya mereka berdua  pun berjalan meninggalkan ruangan kelas itu. Febby sejujurnya masih  bingung kenapa Arky berbaik hati menunggui dirinya yang sibuk  membereskan barang-barangnya. Febby mau nanya tapi bingung gimana  ngomongnya, alhasil Febby cuma diam sepanjang jalan menuju halaman.

"Eh makasih ya, Ky," Febby bersuara juga pada akhirnya.

"Buat apaan?" Arky balik bertanya.

"Lo kan barusan nemeni gue di kelas. Kalo tadi ga ada elo, waduh serem juga tuh."

TS [3] Fixed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang