Payphone

148 9 1
                                    

-"Maybe I'm the worst person in the universe but I always try my best for you."-

****

Febby: p
Febby: p
Febby: p
Febby: u there arky?
Febby: text me back
Febby: asap

Entah sudah pesan ke berapa yang Febby kirimkan kepada Arky sejak siang tadi setelah Arky dinyatakan di-skors selama seminggu dari SMA Garuda. Tak ada balasan sama sekali dari laki-laki itu. Bahkan dibaca saja tidak. Arky seakan benar-benar lenyap membuat Febby jadi khawatir setengah mati. Ia uring-uringan selama sisa hari ini. Bahkan belajar saja tidak fokus.

Febby terus bertanya-tanya.

Apakah ada sesuatu yang salah yang ia lakukan kepada Arky?

Apa benar masalah antara Arky dan Yori menyangkut dirinya?

Febby menggeram kencang, ia membenamkan wajahnya di bantal miliknya. "ARKY LO TEGA BENER AMA GUE!"

Febby masih misuh-misuh gak jelas ketika tiba-tiba ponselnya berdenting membuatnya langsung melompat untuk mengambil benda persegi panjang itu secepat kilat. Ia segera melihat notifikasi yang muncul di layar ponselnya dengan bersemangat.

Group Chat: GHIBAH YUK MAH

Eci: anjing gue ketemu pak handoko jalan sama tante tante

"BODO AMAT!" Pekik Febby sambil melempar ponselnya asal dan kembali ke posisi sebelumnya. Ia menekuk wajahnya sehingga makin kusut dari sebelumnya. Febby berharap itu tadi notifikasi balasan pesan dari Arky, tapi yang masuk malah info gak penting dari Eci.

Febby kembali menenggelamkan wajahnya di atas bantal dan menjerit sekuat tenaga. "IH GUE KESEL BANGET."

Ketika ia sedang menjerit-jerit gak jelas seperti orang hilang akal, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Febby awalnya tak menghiraukan ketukan itu sama sekali, namun lama-kelamaan Febby mulai terusik dengan suara itu. Febby menyerah juga akhirnya. Ia pun bangkit dari kasurnya dan melangkah untuk membuka pintu kamar.

"Kenapa sih, Bi?" tanya Febby dengan nada malas kepada pembantu di rumahnya itu.

"Non, ada telfon buat kamu," jawab perempuan setengah baya itu.

Febby mengernyit sejenak, ia heran juga mengapa ada yang menelfon ke nomor telfon rumahnya? Kenapa gak langsung nelfon ke nomornya aja? Lagi pula, zaman udah maju gini, masih ada yang pakai telfon? Ada instagram, line, whatsapp dan sebagainya, kenapa harus nelfon?

"Ya udah, biar Febby angkat."

Febby menghela nafasnya kemudian dengan langkah berat ia turun dari kamarnya menuju ruang keluarga dimana telfon rumahnya berada.

Dengan rasa malas sekaligus heran, ia pun meletakkan telepon itu di telinganya. Awas aja kalo orang yang iseng ngerjain, gue santet dah, batinnya.

"Halo?" Kata Febby memastikan sambungan telfon tersebut masih aktif atau tidak.

"Febby," terdengar suara laki-laki yang gak asing di sebrang sana membuat manik mata Febby langsung melebar.

"Arky?" tanya Febby tak menyangka. "Lo kok bisa tau nomor telfon rumah gue?"

"Ada deh," jawab Arky di sebrang sana.

Febby menghela nafasnya, sebuah senyum kecil terukir di wajahnya. "Lo tuh ya, gue kira lo marah sama gue."

"Marah? Marah kenapa?"

TS [3] Fixed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang