Road To Camp

110 8 1
                                    

-"My love for you is like an endless autumn, I will keep falling for you forever."-

****

Beberapa hari sebelum camping di Puncak, seantero Garuda heboh membicarakan acara tahunan itu. Siswa dan siswi berbondong-bondong hendak mendaftarkan diri mereka dan tentu saja panitia pelaksana langsung kewalahan saking banyaknya pendaftar.

Sebenarnya, mereka semua tidak memiliki minat sama sekali akan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan saat camping nanti. Tentu saja. Mereka mendaftarkan diri mereka karena ada niat tertentu;

Yang pacaran biar bisa modus, yang jomblo biar bisa tebar pesona.

Febby sendiri sebegitu excited bukan karena hendak tebar-tebar pesona, ia sendiri tidak pernah merasakan seperti apa camping itu seumur hidupnya. Menyedihkan.

Sedangkan Arky sudah bosan camping. Baginya tidak ada yang menarik kecuali di setiap sudut ada pasangan yang bermesraan lalu keesokan harinya akan pecah gosip miring soal kepergoknya siswa siswi yang berpacaran di balik semak-semak terus enaena dan akhirnya mereka keterusan... oke, Arky berlebihan soal ini. Tetapi jujur saja, ia merasa hampir setiap habis camping, pasti ada saja gosip murahan seperti itu. Itu menjadi alasan Arky akan ketidaksukaannya dengan camping.

Febby bukan tipe orang yang mudah bangun pagi.

Meskipun ia memasang dua jam weker serta alarm dengan waktu lima menit berturut-turut, tetap saja ia kesulitan untuk bangun pagi itu. Seperti matanya digantungi oleh setan yang sengaja memaksanya untuk tetap bergelung di balik selimut hangat di atas kasur yang empuk dan nyaman.

Seandainya Febby tidak begitu mengidam-idamkan acara camping kali ini, mungkin hingga jam tujuh nanti, ia masih bergelung di balik selimutnya yang hangat.

Pantang bagi dirinya untuk bangun pagi-pagi sekali di hari libur seperti ini, Sabtu.

Tapi Febby tahu betul ia harus bangun dan bangkit, segera mandi, membersihkan tubuhnya lalu kemudian berpakaian dan berangkat ke sekolah. Ia tidak boleh terlambat. Bukannya ia yang membujuk laki-laki berambut brunette bernama Arky tersebut untuk mendaftar?

Alhasil, setelah beberapa menit meregangkan ototnya dan mengusir rasa malas, Febby bangkit dari tidurnya. Ia pun segera beranjak untuk mandi.

Sementara Febby mandi dan bersiap-siap, di lain tempat, Arky masih tidur dengan posisi terlentang. Sprei berwarna hijau tua yang melapisi kasurnya sudah tidak jelas bentuknya. Gitar tergeletak di sisi tempat tidur, bola-bola yang berserakan, lego yang belum diselesaikan bertebaran, baju-baju kotor, kaus kaki kotor menguarkan bau tak sedap, sepatu yang tergeletak kesana kemari dan konsol playstation  yang belum dirapikan.

Pagi ini, Arky benar-benar malas sekali untuk bangkit dari tidurnya. Udara dari pendingin ruangan seakan membuatnya semakin mengantuk. Jam weker yang sengaja ia setel pun diabaikan olehnya.

Arky menggelung tubuhnya ke balik selimut ketika mendengar ketukan cukup kencang di pintu kamarnya.

"Arky, bangun. Udah jam berapa nih? Kamu gak jadi camping?" Itu ibunya yang sejak tadi tidak berhasil membangunkannya.

Arky mencoba kembali tidur sembari bergumam, menjawab panggilan ibunya, "entar lagi, masih ngantuk!"

Arky sudah hampir terlelap lagi ketika secara tiba-tiba ponselnya berbunyi kencang. Kebetulan Arky meletakkan benda persegi panjang itu di dekat kepalanya, mau tak mau ia harus merasakan telinganya seperti pecah ketika ponsel itu berbunyi. Sontak Arky langsung menutup telinganya rapat-rapat dengan bantal sementara itu tangan kanannya meraba letak benda itu.

TS [3] Fixed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang