We Used To Be There

71 2 0
                                    

-"This is the problem with getting attached to someone. When they leave you, you just feel lost."-

****

Sebuah sensor di samping pintu minimarket secara otomatis berbunyi mengeluarkan kalimat yang sudah entah berapa ribu kali ia ulang setiap pintu itu terbuka. Seorang perempuan berambut brunette melangkah masuk ke dalam minimarket. Ia menuju rak-rak makanan ringan sambil mendorong troley.

Di saat yang bersamaan, ingatannya terlempar ke memori setahun silam. Hari dimana ia pertama kali bertemu laki-laki itu. Laki-laki dengan wajah dingin dan bermulut pedas yang berbaik hati membantunya yang terjebak masalah karena kecerobohannya sendiri. Perempuan itu, Febby, tersenyum tipis mengenang kejadian itu.

Tangannya menyusuri rak berisi wafer dan mengambil sebungkus wafer coklat favorit laki-laki itu kemudian ia mengambil beberapa makanan ringan yang kerap dibeli laki-laki itu di kantin sekolah. Meskipun Febby gak terlalu menyukai sesuatu yang memiliki rasa manis, Arky justru malah sebaliknya. Arky selalu menyantap makanan manis, mulai dari makanan ringan sampai minuman. Febby masih ingat betul makanan favorit Arky juga minuman kemasan yang tak pernah absen dibeli Arky.

Febby menghela nafas panjang, senyumnya mengendur.

Sudah cukup lama Febby melakukan hal ini. Menggantikan kebiasaan demi kebiasaan yang sering Arky lakukan bersamanya. Mencoba menikmati hal-hal kegemaran Arky. Ia pikir hal-hal ini bisa mengisi kekosongan yang ia rasakan semenjak kehilangan Arky. Ia pikir melakukan semua ini bisa meredam kerinduannya pada laki-laki itu. Ia pikir ini bisa membiasakannya pada ketidakhadiran Arky. Nyatanya Febby salah. Semua ini justru membuatnya semakin terpukul, membuat kehilangan itu semakin sempurna, membuat kekosongan itu semakin lengkap saja.

Ia pikir ia bisa membiasakan diri dengan sepi namun ternyata sepi malah menggerogotinya sampai nyaris mati.

Febby benci perasaan ini. Perasaan kehilangan. Perasaan ditinggalkan.

Sensor pintu minimarket kembali berbunyi. Febby refleks menoleh ke arah pintu. Seorang perempuan berambut pendek seperti dora masuk ke dalam minimarket dengan langkah sedikit tergesa. Febby menghela nafasnya sedikit kecewa. Di dalam hati kecilnya ia berharap menemukan Arky disana. Setiap Febby datang ke tempat ini, ia selalu berharap berjumpa laki-laki itu disini. Ia berharap bisa mengulang semuanya dari awal seperti dulu lagi, sebelum mereka saling mengenali.

Entahlah. Entah apa yang harus diulang. Haruskah mereka bertemu dan berkenalan dengan cara dan jalan cerita yang lebih baik ataukah semestinya tidak perlu mengenal sama sekali. Yang pasti Febby berharap sesuatu yang lebih baik dari apa yang terjadi saat ini.

"Aw!"

Febby tersadar dari lamunannya begitu mendengar suara mengaduh di depannya. Febby buru-buru menarik mundur troley-nya dan menghampiri perempuan berambut pendek yang baru masuk ke minimarket itu. 

"Eh, aduh, maaf ya. Gue ngelamun tadi," kata Febby dengan rasa bersalah.

Perempuan itu melihat ke arah Febby, selang beberapa detik kemudian ia mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, gapapa kok. Lain kali kalo jalan kamu jangan ngelamun. Hati-hati."

Febby mengangguk dan balas tersenyum pada perempuan itu. Mereka sama-sama berjalan menuju kasir. Perempuan itu berada di depan karena belanjaannya hanya sedikit; cuma beberapa minuman kemasan. Berbanding terbalik dengan Febby.

"Lima belas ribu lima ratus," kata petugas kasir kepada perempuan di depan Febby itu.

Perempuan berambut pendek itu merogoh saku celana jeans yang ia kenakan, namun air mukanya tiba-tiba berubah. Ia kembali memeriksa saku lainnya dan tetap tidak menemukan apa pun disana.

TS [3] Fixed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang