A Person From His Past

50 2 0
                                    

-"There are people out there who will look at your love only as a place to put their pain."-

****

Arky mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai dengan tak sabar. Berulang kali dia melihat arloji Tag Heuer yang melingkar di pergelangan tangannya. Jantungnya berdebar tak karuan, nafasnya terdengar begitu gusar.

Sudah lewat setengah jam dari jadwal. Arky sudah berulang kali menengok ke arah pintu di terminal kedatangan luar negeri di bandara itu. Pintu yang tadi dipenuhi oleh orang-orang mulai tampak sepi, namun orang yang ia tunggu sejak tadi tak muncul juga.

Apa ia salah jadwal?

Atau malah ia salah hari?

Tidak, tidak. Arky tidak salah. Ia sudah memastikan itu semua sejak tadi. Ibunya sudah mengingatkannya berkali-kali jadwal kedatangan, mana mungkin ia lupa. Arky juga tidak salah hari pastinya, ia mengecek kalender tiap pagi.

Lantas kemana dia? Kenapa gak muncul juga?

Arky masih rusuh bertanya-tanya pada dirinya sendiri ketika tiba-tiba sosok itu muncul dari pintu kaca di sebrang sana. Arky langsung diam membeku. Ia mengedipkan matanya dua kali, berusaha menyakinkan apa yang ia lihat di hadapannya saat itu namun semuanya tampak nyata, bukan halusinasi.

Arky lupa kapan terakhir kali dia berjumpa sosok itu. Sudah berapa lama? Sudah berapa tahun terlewat? Figur yang ada di depan sana jauh dari bayangannya selama ini. Bertahun-tahun tidak mendengar kabarnya, Arky akhirnya melihatnya lagi dengan mata kepala. Rambutnya sudah dipotong pendek di bawah telinga. Tapi wajah itu tak berubah, hanya bertambah sedikit lebih dewasa. Sisanya, semuanya sama saja.

Figur itu tersenyum begitu melihat Arky berdiri mematung disana. Ia mengangkat tangan kanannya dan melambai kepada Arky sambil tersenyum lebar. Sejurus kemudian ia sudah berlari ke arah Arky sambil menyeret kopernya.

"Arky!" Suaranya langsung memecahkan lamunan Arky.

Arky tergagap, susah payah kalimat 'hai apa kabar' yang sudah ia karang sejak di rumah keluar dari mulutnya. Suaranya tertahan di tenggorokan. "H-hei," sapanya balik berusaha santai "hei, Sil."

Perempuan itu tersenyum lebar. "Long time no see, Ky. You look very different!"

Arky tersenyum tipis dan kaku. "Yeah," jawabnya.

Arky gak berkata apa-apa lagi. Ia membalik badannya dan menggerakkan kepalanya- memberi kode kepada perempuan itu untuk mengikutinya. Arky berjalan di depan, sedangkan perempuan itu mengekor di belakangnya. Dari dulu sampai sekarang, tingginya tidak bertambah banyak. Dulu tingginya sebahu Arky, namun sekarang puncak kepalanya sejajar dengan Arky.

"Kamu sendirian?" Tanya perempuan itu setelah berhasil mensejajarkan langkah dengan Arky.

"Iya," Arky menganggukkan kepalanya.

Keduanya tidak bicara apa-apa lagi sampai di parkiran. Setelah memasukkan koper perempuan itu di bagasi, Arky langsung ngeloyor masuk ke dalam mobil. Jantungnya masih berdetak kencang, beberapa kali ia melirik ke bangku yang ada di sampingnya.

"Silvia,"

"Arky,"

Keduanya terdiam beberapa detik setelah ketidaksengajaan barusan. Arky menunduk sedangkan perempuan itu terkekeh pelan seraya geleng-geleng kepala.

"Lo duluan," kata Arky tanpa menoleh.

"McD, yuk? Aku laper."

Arky menelan ludahnya. Ia sudah menyalakan mesin mobil dan siap melaju meninggalkan parkiran bandara.

TS [3] Fixed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang