11 - Pridoksinnya Benaya

44.4K 4K 513
                                    

1 1
______

"Bapak senang, karena pada upacara pagi hari ini, kita diberi banyak sekali kejutan dari anak-anak tercinta." Pak Yuwono, kepala sekolah SMA Nusantara Bhakti, menghentikan ucapannya sejenak dan membenarkan letak kacamatanya. "Sulit untuk dipercaya, namun saya sangat bangga."

Mungkin kalau bisa, Pak Yuwono sekarang bisa meneteskan air mata. Bagaimana tidak. Perwakilan SMA Nusban, termasuk Benaya, memenangkan lomba Mathematics and Science di Yogyakarta. Lomba itu terdiri dari beberapa sekolah pilihan di kota-kota besar yang nantinya akan dilombakan bersama. Dalam lomba tersebut juga sangat ketat penjagaannya. Di ruangannya saja terdiri empat pengawas dengan waktu yang sangat terbatas. Dan ... ini pertama kalinya sekolah Dara menang lomba Matematika pada semua kelas, baik sepuluh, sebelas, dan dua belas. Biasanya, sekolahnya akan memenangkan Fisika untuk materi, dan Kimia pada praktek lapangan. Hanya itu. Dan mungkin ini adalah suatu hal yang baru.

Tiga hari yang lalu, Benaya sangat sulit dihubungi karena harus berlatih untuk lomba. Dara bahkan sudah mengirimi ratusan pesan singkat yang nyatanya tidak dibalas oleh Benaya sampai sekarang. Sampai ... Benaya melihatnya tadi saat di kelas, dan sampai cowok itu berdiri di depan untuk penyerahan piala. Sialnya, Dara sangat penasaran pada Benaya. Terakhir mereka berinteraksi waktu itu, di UKS. Itu pun Benaya langsung pergi setelah mengobati tangan Dara. Tidak mengatakan apa pun padanya, bahkan satu atau dua kata. Mungkin sedang irit bicara, batin Dara waktu itu. Tapi, dugaannya langsung menguar tatkala Benaya hanya membaca pesannya. Tidak membalas sama sekali. Ck.

Tunggu. Memang dia siapa? Kenapa rasanya kesal? Padahal kan, dia hanya seseorang yang cuma lewat, lalu pergi.

Teman sekelasnya, Vera si gadis berjilbab, tidak ikut lomba tersebut. Karena gadis itu sedang mengurus rohis yang akan mewakili tampil di balaikota. See? Kedua orang itu sangat berpengaruh.

"Benaya Rizki Alghariz, dari kelas XI MIPA 4. Mewakili lomba Fisika Remaja dalam Mathematics and Science di Yogyakarta lusa kemarin, meraih juara pertama. Vrisca Cahyani, dari kelas XI MIPA 1. Mewakili--" Suara Pak Yuwono masih terdengar jelas di lapangan utama. Terkadang, siswa bertepuk tangan dan disusul bunyi cuit-cuit dari mulut mereka. Termasuk Angga dan kawan-kawan yang terlihat luar biasa senangnya.

Apa yang bisa Dara harapkan di barisannya? Ia hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Benaya. Dan mungkin memberikan ucapan selamat.

Di depan sana, medali emas dengan pita biru bertengger manis di leher Benaya. Dara tidak tahu itu medali apa, karena penyerahan piala sudah dilakukan. Cowok itu dan teman-teman seperwakilan, foto bersama dengan kepala sekolah dan guru-guru lain. Tersenyum lebar entah untuk yang keberapa kali. Dara mengulas senyum kecilnya, lalu menunduk. Tanpa sadar, Anang dan Ridho memperhatikan. Begitu pun Nia.

"Lo kenapa?" Nia mendekatkan mulutnya di telinga Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo kenapa?" Nia mendekatkan mulutnya di telinga Dara. "Kok kayaknya aneh banget?"

Dara menoleh ke arah temannya, lalu menggeleng. "A-enggak kok, hehe."

Benaya dan DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang