3 3
_______"Dara, lo nggak apa 'kan?" tanya Nia sambil menarik lengan Dara untuk berdiri. Dara menyambutnya dengan langsung berdiri dan menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca.
"Gue nggak salah, ya 'kan, Ni?" Dara melengkungkan bibirnya ke bawah, membuat Nia mengernyit.
Apanya yang salah? Bentakan dari Benaya tadi?
Mungkin hanya orang yang benar-benar peka, yang tahu. Nia yang memperhatikan Benaya dari jauh saja tahu kalau lelaki itu, sangat khawatir pada Dara. Tapi reaksi dari Benaya yang terlalu berlebihan. Atau memang itu cara Benaya untuk mengungkapkan rasa khawatirnya pada orang yang disayang. Seperti saat orang tua memarahimu karena jatuh dari sepeda. Hal pertama yang dikatakan pasti, "Pasti selalu ceroboh! Kenapa nggak lihat-lihat? Jangan keras-keras main sepedanya, dong," atau kalimat lainnya.
Ya, mungkin memang seperti itu. Nia saja sadar.
Nia menepuk bahu Dara, menenangkan. "Nggak salah. Mungkin--" Nia tampak berpikir dahulu sebelum melanjutkan, "--mungkin aja Benaya khilaf karena terlalu kaget, Dar. 'Kan sungainya dalam, tenang banget gitu."
Menggeleng sebentar, Dara merasa tidak puas akan jawaban Nia. "Padahal--"
"Udah! Yang penting ayo balik lagi ke barak. Ganti baju supaya nggak masuk angin. Oke?" Nia menepuk punggung Dara yang basah. Lalu menggiring temannya itu untuk kembali ke barak. Seperti yang dikatakannya tadi.
*
"Ver? Gue bantu, ya?"
Mendengar suara Dara di dekatnya, Vera jadi mendongak sebentar untuk menatap Dara. Terlihat tidak yakin karena temannya itu malah memberikan cengiran polosnya yang membuat Vera mendengus, entah karena apa.
Tidak ada jawaban, akhirnya Dara ikut mencari di pinggir sungai tersebut. Vera melirik sekilas, jilbabnya ia sampirkan ke bahu.
"Dar..." panggil Vera setelah dirasa jantungnya stabil. Karena berdetak cepat, berpikir antara mau ngomong atau tidak.
Dara menegakkan tubuhnya, alisnya terangkat satu sambil menatap Vera dengan tatapan bertanya. "Apa?"
Vera ikut menegakkan tubuhnya. Raut wajahnya sangat serius sekali. "Gue ... ikhlas," kata Vera tanpa tedeng aling.
Ikhlas apa? Batin Dara bertanya. Memangnya gue pernah pinjam sesuatu ke dia dan belum dibalikin?
"Gue belum balikin salah satu barang lo, ya?" Dara bertanya dengan tidak meninggalkan kerutan di dahinya.
Mendengar itu Vera langsung terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Enggak, bukan."
"Lalu?"
"Gue ikhlas kalau memang gue harus mundur."
"HAH?"
"Sumpah, Dar. Lo jangan pasang wajah begitu," aku Vera sedikit mengejek. Dara langsung cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benaya dan Dara
Teen Fiction[Sudah tersedia di toko buku] Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo Dimulai dari aksi Dara yang meminta Benaya untuk menjadi pacarnya, semuanya mendadak berubah. Benaya sebenarnya tidak membenci Dara, begitu pun sebaliknya. Namun saat keduanya...