3 4
___________
"Ck ck ck ... omongan lo kayak udah om-om aja, serius banget." Dara terbahak karena memang lucu saat mendengar Benaya berbicara seserius dan selucu itu.
Hei, bukannya dia hanya tanya suka? Maksudnya, adik kelas yang banyak suka Benaya? Kenapa sampai istri satu? Itu adalah hal yang lucu, menurutnya. Walau ada sebagian hati yang tersentil sedikit mendengar itu. Apa ... berarti Benaya tidak peduli dengan orang-orang yang menyukainya? Apa Benaya tidak mengerti perasaan orang-orang yang menyukai Benaya? Apa cowok itu tidak pernah memikirkan rasa sakit karena suka diam-diam? Atau malah ditolak sebelum berperang?
Melihat Dara tertawa, ketegangan tadi jadi berkurang. Bahunya bahkan sudah rileks dan bibirnya tertarik ke atas, tersenyum manis.
"Lucu?" tanyanya masih tidak meninggalkan senyumannya.
Dara berhenti tertawa dan menatap Benaya heran. "Hah?"
Alis Benaya terangkat satu, ikut bingung kenapa bisa ada manusia selemot itu. "Lucu? Jawaban gue tadi."
Bibir Dara membentuk huruf 'o' dan mengangguk paham. "Iya!"
"Humornya receh banget, ya?"
"Siapa?" Dara melongo.
Benaya menunjuk Dara menggunakan telunjuknya dan berkata, "Lo."
Seketika itu juga Dara langsung berdeham. Menetralkan suaranya sehabis tertawa lebar, atau lebih tepatnya tawa hambar. Sebenarnya dia menertawakan kebodohannya yang suka pada Benaya, atau menertawakan ucapan Benaya tadi? Dara tidak bisa membedakan keduanya.
Dara diam. Begitu juga Benaya. Renungan malam belum selesai. Dan beberapa anggota yang ada di posko kesehatan tadi, berjaga-jaga di lapangan. Guna ada yang sakit, pingsan, membutuhkan obat, dan lainnya. Membuat Dara beberapa menit dihinggapi rasa sepi. Beruntung ada Benaya. Walau tidak membantu sama sekali. Nyatanya, jantung Dara berdetak lebih cepat.
Bukti perasaannya belum berubah.
"Ben?" Dara membuka suaranya, Benaya melirik Dara sekilas sebelum menidurkan tubuhnya di kasur sebelah Dara. Lengannya dijadikan bantal.
"Hm?" Tanpa mau menatap Dara, Benaya bergumam pendek.
"Sorry, kalau gue ikut campur urusan pribadi lo," suaranya terdengar ragu, "tapi ... apa nggak pernah pikir perasaan orang yang suka sama lo? Gimana kalau mereka terluka dengan perlakuan lo terhadap mereka?"
Ah, akhirnya. Dara lega kalimatnya keluar begitu saja. Dan dilihatnya napas Benaya teratur. Perutnya naik dan turun secara teratur dan tatapan mata Benaya lurus ke atas menatap langit-langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benaya dan Dara
Teen Fiction[Sudah tersedia di toko buku] Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo Dimulai dari aksi Dara yang meminta Benaya untuk menjadi pacarnya, semuanya mendadak berubah. Benaya sebenarnya tidak membenci Dara, begitu pun sebaliknya. Namun saat keduanya...