1 4
_______
Sepanjang malam ini, Dara mengecek ponselnya. Membuka-buka e-book dengan file PDF yang dikasih Benaya secara cuma-cuma kemarin. Dia tidak tahu, kenapa pacarnya tiba-tiba baik dan memberi file tersebut secara cuma-cuma. Katanya, isinya adalah beberapa soal serta cara penyelesaian Fisika dan Matematika yang kalau dikerjakan hanya memakan waktu setengah menit. Dara tidak percaya waktu itu, tapi Benaya langsung mengirimkan file tersebut lewat ShareIt. Dan baru bisa ia baca sekarang karena nggak ada kerjaan. Isinya, benar-benar bikin Dara bingung. Tidak jarang ia menghela napas, mengacak rambut, karena gemas atau lebih tepatnya frustasi. Sudah beberapa kali ia mencoba, tapi menurutnya masih lebih gampang pakai rumus biasa. Rumus yang biasanya ada di buku paket atau LKS. Daripada file punya Benaya yang lama-lama akan membuat rambutnya beruban saking pusingnya memikir. Walaupun rumus biasa memakan waktu lama.
Yakin, dirinya itu tidak cerdas. Tidak bodoh. Tapi malas untuk usaha sedikit. Usaha berpikir sedikiiit saja.
Ia memencet layar ponsel tipisnya, pada chat-nya dengan Benaya Alghariz. Lalu tangannya mengetikkan sesuatu, terkesan panjang menurut Dara.
Dara : gue mumet liat file yang lo kasih masa. Gimana ya itu? Muter-muter kayak apa ya ... ntah lah. Terus kok mendadak langsung ro = 7? What de? Saya bingung asli, Mas Ben. Lo bisa ya, pake cara cepat? Sangar lah.
Satu menit. Dua menit. Masih belum dibaca, atau pun dijawab. Dara menghembuskan napasnya perlahan.
Dara : lo lagi boker?
Masih tidak dibaca. Dara meletakkan gulingnya di belakang kepala sebagai bantal, dan tiduran di kasur. Masih menatap layar ponselnya yang menunjukkan room chat-nya dengan lelaki itu. Suara cting pada ponselnya terus berdenting, terdapat notifikasi dari grup kelas.
Matanya seketika melebar saat dilihatnya Benaya membaca chat-nya. Dan lebih terkejutnya lagi, saat Benaya meneleponnya di LINE. Jempol Dara refleks menekan tombol merah, entah kenapa bunyi khas saat telepon di LINE itu sangat keras memasuki indra pendengarannya.
Benaya Alghariz : Knp
Tiga huruf! Hanya tiga huruf! Dara mendengus pelan, lalu akan mengetikkan balasan pada Benaya. Tapi lagi-lagi cowok itu meneleponnya.
"Angkat nggak? Tapi buat apa telepon dianya?" gumam Dara sambil menggigit kuku. Lalu, tanpa disadarinya, ia memencet tombol hijau dan detik pada telepon terus bergulir.
Dara meneguk ludahnya, dan menempelkan ponselnya pada telinga. "Kenapa telepon?"
"..."
Tidak ada jawaban. Hanya ada suara bunyi buku dibuka, kertas beradu, dan suara krasak-krusuk tidak jelas.
"Ben, lo di sana?" tanyanya bingung sambil mengernyitkan dahi.
Benaya Alghariz : Ya
"Heee? Kenapa jawab di chat kalau misalnya kita lagi telponan gini?" Dara gemas sendiri. Ia membuka room chat-nya dengan Benaya dan menunggu balasan yang cowok itu kirimkan.
Tapi tidak ada suara lagi. Hanya, mungkin, suara plastik kresek dibuka.
"Ben? Lo kenapa sih?"
"..."
Dara mengerutkan keningnya saat tidak mendengar jawaban lagi.
"Lo masih di sana?"
Hanya ada bunyi krasak-krusuk yang menjawabnya. Membuat Dara mengerutkan kening. Ia mengambil bagian rambutnya yang basah dan meletakkan di atas kepalanya. Sambil terus mendengar ada atau tidak adanya kehidupan di seberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benaya dan Dara
Teen Fiction[Sudah tersedia di toko buku] Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo Dimulai dari aksi Dara yang meminta Benaya untuk menjadi pacarnya, semuanya mendadak berubah. Benaya sebenarnya tidak membenci Dara, begitu pun sebaliknya. Namun saat keduanya...