Chapter 1

4.6K 163 2
                                    

Oh Tuhan. Seharusnya aku membiarkan Lottie terkunci di luar apartemen semalaman jika aku tahu akan mendapati pemandangan yang seperti ini pagi ini. Pete adalah pria yang baik. Aku tahu itu dan aku tidak mempermasalahkan dia yang kerap datang ke tempat kami. Tapi ini sedikit keterlaluan. Aku memiliki hari yang buruk kemarin dan Lottie tahu itu. Seharusnya dia sedikit dapat mencoba menyesuaikan keadaan denganku. Mereka telah membuat perasaanku memburuk pagi ini.

Aku menutup pintu kamar dengan keras. Kemudian kembali memandang kepada mereka yang tetap meringkuk di atas sofa. Sialan. Sofa itu baru ku beli seminggu yang lalu. Jika mereka meninggalkan bekas menjijikkan di sana, aku bersumpah akan menghajar Pete dan membuang seluruh Gucci milik Lottie dari jendela. Mereka sungguh sudah tidak pantas bertingkah seperti remaja. Umur mereka sudah lebih dari cukup untuk mengetahui itu.

Ku biarkan heelsku menghentak dengan keras di lantai. Itu memanglah tujuanku. Ku harap mereka akan terganggu kemudian terbangun. Dan itu memang berhasil. Pete bergerak ketika aku hampir mencapai sofa mereka. Matanya terbuka saat Lottie juga bergerak di pelukannya.

"Selamat pagi Annie." Dia menyapaku. Tersenyum lebar sambil mengeratkan pelukannya pada Lottie.

"Pagi Pete. Malam yang menyenangkan , eh?" Aku melewati mereka dan berjalan ke arah dapur.

"Seharusnya kau tidak menanyakannya Baby." Itu adalah suara Lottie. Aku memandang ke arah mereka dan melihat Lottie dalam posisi setengah duduk sambil matanya menatap langsung padaku.

Ku letakkan tas di atas konter dan membuka lemari tanpa memperdulikannya. Dia menyebalkan dan aku kesal padanya. Tanganku meraih satu cangkir dari dalam lemari. Lalu membuat secangkir teh hangat.

"Ada apa dengannya? Apa dia sedang mendapatkan datang bulan?" Nada penasaran itu keluar dari mulut Pete. Aku jarang menunjukkan kekesalanku padanya. Oh – ku pikir aku belum pernah menunjukkan perlakuan itu sebelumnya. Dan hei – kenapa setiap pria berfikir jika wanita yang sedang kesal itu berarti dia sedang mendapatkan PMS? Itu hanya hormon yang bahkan tak semua wanita memilikinya.

"Ku kira bukan itu. Terry telah membuatnya sedikit kacau." Ucapan Lottie membuatku berhenti mengaduk teh di dalam cangkir. Meskipun sebelumnya aku sungguh memuja nama itu, namun saat ini nama itu terdengar seperti sebuah jarum yang sangat tajam.

Lalu aku melanjutkan adukan tehku dan mencoba mengabaikan mereka. "Apa yang pria itu lakukan?"

"Well ... sebenarnya aku .. tidak memiliki hak untuk menceritakan itu kepadamu." Aku sangat menghargai keputusan Lottie. Karena jika dia memberitahu Pete tentang masalahku, aku sudah menyiapkan sumpah keduaku untuknya. Yakni membuang semua Louboutin yang ia miliki dari jembatan Brooklyn.

"Ah ya. Rahasia bodoh sahabat." Pete menghelakan nafasnya sebelum aku meminum tehku.

Kembali aku menghadap kepada mereka. "Jangan membicarakanku seolah aku tidak berada di sini. Kalian sungguh tidak sopan." Selanjutnya aku menghabiskan sisa teh di cangkirku.

"Ku kira kau sedang menutup telingamu."

"Percayalah Pete, aku selalu membuka telingaku. Bahkan aku tahu kau sedang mencoba menebak apa yang pria itu telah lakukan padaku." Kataku padanya.

Dia menyengir lebar. "Aku yakin itu tidak sulit untuk di tebak."

Aku mengangguk setuju. Lalu berbalik untuk meletakkan cangkir bergabung dengan dua piring kotor di dalam bak cuci.

Pagi ini aku sedang tidak ingin diberatkan dengan pemikiran bodoh mengenai pria brengsek itu. Aku memiliki banyak pekerjaan yang telah menungguku. Apa yang pria itu telah lakukan sama sekali tidak akan membuatku berpaling dari kerjaanku. Meskipun aku tidak dapat menyangkal bahwa masalah itu telah berpengaruh terhadap diriku. Aku menjadi wanita yang lebih sensitif.

Do Not Compare (by Aulia Delova)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang