Bibirku mengulum senyum memandangi sosok tenang di depanku. Belum pernah aku melihat Justin yang seperti ini. Begitu damai dan polos. Seperti seorang bayi yang baru saja lahir ke dunia ini dan merasakan luar biasanya oksigen yang mengalir ke paru-parunya. Matanya terpejam rapat dalam ketenangan dengan bulu mata lentik yang indah menggantung sempurna. Tak ada senyum di bibirnya, namun aku tahu bahwa dia sedang dalam suasana hati yang gembira. Bahkan mungkin dia kini sedang bermimpi indah. Untuk yang kesekian kalinya, tanganku kembali membelai lembut keningnya dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupinya. Sentuhanku begitu lembut karena aku tak ingin dia terbangun. Kemudian ku daratkan sebuah kecupan ringan di sana.
Aku suka memandang wajahnya ketika dia tertidur. Ini pertama kalinya aku mengamati dia tidur. Aku tak menyangka dia memiliki wajah yang mendamaikan seperti sekarang. Ku pikir aku bisa berlama-lama dengan semua ini. Dia terlihat seperti seorang malaikat. Malaikat dengan dunia gelap serta berbahayanya. Orang-orang tidak akan bisa menduganya ketika mereka memandangi wajah polos ini. Meskipun demikian, hal itu tidak akan membuatku berhenti untuk mencintainya.
Kami memiliki malam yang luar biasa semalam. Malam yang ku pikir tak akan pernah ku lupakan seumur hidupku. Malam terindah diantara malam-malam yang pernah ku lewati. Lottie benar. Justin adalah yang pertama untukku, dan aku tidak akan menyesalinya. Sebaliknya, justru aku merasa begitu bahagia sekaligus beruntung karena aku melakukannya bersama orang yang ku cintai. Senyumku bertambah lebar ketika aku mengingat setiap detik mendebarkan yang terjadi semalam. Justin terlihat begitu jantan dan aku merasa seperti seorang putri di tangannya. Begitu luar biasa.
Jadi, mungkin kalian tidak mengetahui bagaimana aku dan Justin dapat berakhir di atas kasurku sekaligus di bawah selimut kesayanganku dengan keadaan yang telanjang. Ya benar, aku memang belum memberitahu kalian. Dan karena sekarang aku adalah wanita baik hati yang sedang bahagia dan yang tidak ingin membuat kalian penasaran, maka aku akan menceritakannya kepada kalian. Tapi, sebelum itu, kita perlu kembali ke waktu semuanya berawal. Tepatnya beberapa jam yang lalu. Saat angin berhembus cukup dingin namun hatiku terasa begitu membara ........
Flashback On
"Aku mencintaimu."
Benar. Aku sungguh-sungguh mengatakannya. Aku begitu yakin dengan apa yang ku katakan karena aku merasa benar setelahnya. Sekarang, semua ini terasa begitu nyata. Tak ada secuil kepalsuanpun di sana. Aku tidak lagi tersesat dan telah mendapatkan kembali jalanku. Cahaya-cahaya yang dulunya meredup, kini terang benderang. Dan mereka menuntunku ke sebuah jalan yang memang seharusnya ku lalui sejak dulu. Mungkin ini tidak akan mudah, karena aku tahu dari sinilah semuanya berawal. Masih akan ada banyak kesulitan setelahnya.
Tubuhnya yang mengejang membuatku paranoid jika seandainya dia menolak ucapanku. Itu pasti akan menghancurkan hatiku. Namun ternyata tidak. Dia membungkusku dengan kedua lengan kekarnya. Kemudian sebuah kecupan hangat ku dapatkan di kepalaku. Perlakuan sederhananya membuatku merasa begitu dilindungi serta dicintai. Aku tersenyum mendapati keadaan yang membahagiakan ini.
"Aku tidak tahu apa yang ku rasakan Annie. Aku hanya butuh kau untuk selalu bersamaku. Aku tidak berfikir bisa melewati semuanya tanpamu." Ungkapnya dengan ketulusan. Satu air mata kebahagiaan yang nyata keluar dari kelopakku setelah aku mendengarnya. Itu adalah hal termanis yang pernah ia ucapkan kepadaku selama kami mengenal satu sama lain. Aku bahkan tidak menyangka bahwa dia akan mengungkapkannya. Maksudku, dia adalah pria batu. Ku pikir orang semacam dirinya tidak akan pernah mengatakan hal yang demikian manis kepada orang lain. Tapi sekarang semuanya terbukti salah. Karena aku mendengar ucapannya tersebut seperti angin sejuk di musim semi yang menyenangkan. Membuat perasaanku damai dan hangat.
"Aku asumsikan itu sebagai 'kau mencintaiku'." Kataku lalu ku peluk erat tubuhnya. Mencoba untuk lebih merasakan kenyataan bahagia yang sekarang ini ku lalui.