Chapter 26

1.5K 75 0
                                    

Pukul lima tiga puluh sore aku sudah selesai bersiap-siap. Ini hari Rabu, di mana pernikahan Carla akan dilangsungkan. Dia menyelenggarakan sebuah pesta resepsi di Lighthouse, Chelsea Piers dengan tamu yang mencapai dua ratus lebih orang. Ini akan menjadi sebuah malam yang menakjubkan untuknya. Dia sudah menghubungiku lebih dari sepuluh kali hari ini. Memastikan bahwa aku tidak akan terlambat datang ke acara tersebut. Mendesakku agar mau mendengarkan keluhannya mengenai dia yang belum sempat melakukan perawatan kaki di saat aku harus menemani Pattie yang berkunjung secara mendadak ke rumah. Hingga memohon agar aku nanti menangkapnya ketika dia terjatuh di karpet merah. Aku tahu dia sangat gugup untuk malam ini. Sebuah sejarah besar akan segera terukir di dalam hidupnya. Dia tentu ingin hari besarnya berjalan sempurna seperti apa yang ia bayangkan sebelumnya. Aku turut berbahagia untuknya dan berharap suatu hari nanti akan sesegera mungkin menyusul. Bersama Justin tentu saja.

Sekali lagi aku mematutkan diri di depan cermin.

Oh Tidak.

Ada sesuatu yang berubah dari bentuk tubuhku. Payudaraku lebih terlihat berisi dan aku baru menyadarinya sekarang. Dua hari yang lalu Pattie memaksaku untuk melakukan pemeriksaan kandungan. Dia sendiri yang mengantarkanku meskipun dia tahu bahwa dirinya sedang sibuk. Dokter mengatakan bahwa akan ada perubahan drastis pada tubuhku akibat kehamilan yang ternyata sudah berumur tiga setengah minggu. Salah satu yang tidak bisa dihindari adalah bentuk dari payudaraku yang akan semakin terlihat membesar. Itu membuat gaun bridesmaidku lebih mengetat. Tubuhku memang masih terlihat ramping, hanya saja bagian dadaku terlihat lebih berisi. Aku memutar tubuhku. Menghadapkannya ke kiri, kemudian ke kanan. Begitu seterusnya.

"Kau nampak mempesona." Suara Justin terdengar.

Aku memandangnya melalui cermin ketika dia keluar dari kamar mandi dan berjalan menghampiriku. Dia nampak sangat mempesona dengan apa yang melekat di tubuhnya kini. Sebuah terusan hitam yang bagian dalam tubuhnya hanya berbalut kaos dengan model leher berbentuk V. Membuat leher kokohnya terlihat lebih panjang dan memukau.

Satu kenyataan yang mengejutkan adalah, bahwa pakaian yang dia kenakan sangat cocok dengan gaun bridesmaid-ku. Sebuah gaun A-line emas pucat yang tidak memiliki lengan dengan panjang di bawah lutut. Kemudian melengkapinya dengan stiletto warna serupa yang memiliki pita dari crystal. Aku menarik ke belakang rambutku dan membuat sanggulan besar di salah satu sisi belakang kepala dengan kurly yang ku ikat menggunakan beberapa jepitan bunga putih kecil.

Justin berdiri di belakangku. Melingkarkan dua lengannya pada perutku dan memberikan sebuah kecupan pada bahu terbukaku.

"Aku tidak tahu dengan itu." Jawabku sambil mengamati tubuhku lagi. "Ku pikir gaun ini terlihat lebih sempurna saat aku melakukan fitting." Aku menarik ke atas ujung gaunku untuk menutupi belahan yang hampir terlihat dari dadaku.

Pelukan Justin mengerat kemudian dia berkata. "Omong kosong. Kau nampak sempurna." Matanya memandang tubuhku dari pantulan cermin. Menunjukkan senyuman yang mengutarakan bagaimana maksudnya.

Aku memiringkan kepalaku menilai lalu menghela nafas. "Mungkin kau benar." ucapku akhirnya. Ku balikkan tubuhku untuk menghadapnya. Dia tersenyum begitu manis dan itu menyalur padaku. "Apa Ma sudah menelfon balik?"

Senyumnya pudar. Lalu kepalanya menggeleng. Itu membuatku kecewa tentu saja.

Kemarin aku menelfon ibuku dan memberitahunya mengenai kehamilanku. Dia sangat antusias dan bahagia untukku. Tapi kemudian dia terdiam seribu bahasa setelah aku menjawab satu pertanyaannya. 'Apa Justin sudah memintaku untuk menikahinya?' dan tentu saja aku menjawab belum. Karena itu yang memang sesungguhnya terjadi. Ibuku terdengar kecewa kemudian dia hanya berkata akan menelfonku kembali. Namun sampai saat ini dia belum juga menelfonku.

Do Not Compare (by Aulia Delova)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang