Dua hari terakhir, hidupku terasa seperti berada di dalam neraka. Sungguh tersiksa. Aku mengalami pagi yang buruk dengan kepala pusing serta muntah-muntah setiap harinya. Mungkin inilah yang dinamakan Morning Sickness. Tapi ini sungguh menjengkelkan. Perutku terasa mual dan aku terus saja muntah meskipun aku sengaja tidak memasukkan apapun ke dalam perutku pada waktu makan malam sebelumnya dan membuat Lottie marah padaku. Aku memang menghentikan obat penahan rasa mual yang Lottie berikan karena dari sumber yang ku dapatkan di internet, obat semacam itu tidaklah baik untuk pertumbuhan janin. Lottie tidak tersinggung dengan keputusanku. Dia bahkan minta maaf karena telah membuatku meminumnya.
Aku benar- benar tidak pernah mengira bahwa kehamilan akan sesulit ini. Hampir tidak ada hal yang dapat membuatku nyaman. Badan pegal, kepala pusing dan yang paling menyebalkan adalah mual. Siklus itu terus saja berlanjut, terutama di pagi hari. Sungguh menyiksa. Bayangkan saja, ketika membuka mata, perutku sudah terasa seperti diaduk tanpa ampun. Itu sungguh membuatku kualahan. Tapi kemudian, secangkir green tea hangat segera bisa memperbaiki suasana. Dan aku tidak perlu khawatir dengan aktifitasku, asalkan aku tidak makan yang berlebihan, aku tidak akan mengalaminya. Oh. Dan juga menghindari bau-bau yang menyengat tentu saja.
Jam kecil di mejaku menunjukkan pukul dua belas lewat lima. Aku melihat Jeff keluar dari ruangannya. Telefon genggam tersimpan di telinga kanan pria itu sementara dia membenarkan letak jam di tangannya. Dia memandangku dan berjalan ke arahku. Sambungan telefonnya berakhir ketika tubuhnya sudah berdiri tepat di depanku. Membuatku harus mendongakkan kepala untuk memandangnya.
"Hei Annie, apa kau keberatan jika kau makan siang sendiri hari ini. Aku harus membawa Sasha keluar." Ungkapnya langsung. Aku tidak suka itu. Tapi aku tidak memiliki hak untuk melarang pria itu membawa pacarnya keluar bukan?
Aku cukup terkejut ketika Sasha memberitahuku bahwa dia memiliki hubungan khusus dengan Jeff. Mereka sudah menjadi partner kerja cukup lama dan baru sekarang mereka bersama? Sulit ku percaya.
"Tidak. Tentu saja tidak. Nikmati saja waktu kalian." Tanpa diriku.
Jeff tersenyum manis padaku. "Kau memang selalu bisa diandalkan." Katanya padaku. "Bertemu lagi sehabis makan siang." Dia berjalan sambil melambai ke arahku. Aku tersenyum dan mengangguk kepadanya. Huft. Aku benci ditinggal sendiri.
Setelah merapikan meja, aku mengenakan mantelku dan bersiap untuk meninggalkan kantor. Di luar, udara masih dingin seperti hari-hari sebelumnya. Namun tidak ada hujan siang ini, hanya ada awan gelap menutupi seluruh penjuru New York. Dan jangan lupakan aroma basah yang membuat tubuhku semakin terasa tidak nyaman. Huft, New York yang basah. Aku harus mulai bisa membiasakan diri dengannya. Keadaan ini mengingatkanku pada mimpi mengerikan yang ku dapatkan saat tidur siangku dua hari lalu. Membuat bulu kudukku meremang.
Aku berjalan sendiri keluar dari gedung. Membelok ke kiri dan menyeberang jalan raya. Kemudian memasuki sebuah restauran bernama Pret A Manger. Sebuah toko roti yang merangkap menjadi restauran. Aku menyukai tempat ini dan sering menghabiskan waktu makan siangku di sini. Alasannya cukup sederhana. Aku menyukai aroma roti yang langsung tercium hidungku ketika aku melewati pintu kaca itu. Aromanya selalu berhasil membuat perasaanku membaik.
Langkah yang ku tepaki menuntunku kepada seorang pramuniga berpakaian serba putih. Dia tersenyum ramah padaku.
"Selamat siang." Dia menyapa.
Aku membalas senyumnya. "Siang. Bisakah aku mendapatkan Apple Cake Slice dan Tropical Green Tea dengan sedikit perasan lemon di dalamnya?"
Pria itu mengangguk sopan, kemudian mulai bekerja di depanku. Dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan apa yang aku pesan. Satu porsi kue apel dan secangkir teh hijau hangat telah tertata rapi di atas nampan perak bersama dengan serbet bersih serta sendok dan garpu yang pria itu letakkan di depanku. Aku mengeluarkan dompet dan membayar pesananku padanya. Lima setengah dollar untuk dua menu tersebut. Harga yang sepadan.