Bryan melangkahkan kaki dengan mantab menuju ruangannya. Banyak karyawan yang menyapa pria itu, namun ia tidak menanggapi sapaan para karyawan tersebut. Selalu seperti itu, sehingga tidak perlu khawatir karyawan akan sakit hati.
"Pagi Mr." Untuk kesekian kaliannya, karyawati menyapa Bryan. Namun Bryan acuh tak acuh.
Bryan kini sudah berada dilantainya. Ia melirik kearah samping yang menampilkan Angela sudah duduk rapi dimejanya, sambil sesekali tertawa ketika sedang fokus ke ponselnya.
"Apa ini termasuk tugas sekretaris? berdiam diri dan sibuk dengan duninya?" Suara itu membuat Angela terkejut. Ia langsung men-lock ponsel, menyapa Bryan dengan senyuman yang paling manis agar ia tidak terkena marah berkepanjangan.
"Maaf, Mr. Saya tidak tahu kalau Mister dateng pagi." Angela lebih memilih meminta maaf, karena sejujurnya ia malas berdebat pagi ini.
Bryan acuh tak acuh. Ia melangkah masuk ke ruangannya, Angela yang berdiri di belakang Bryan mengepalkan tangan dan membuat tinjuan abstrak kearah kepala Bryan.
"Oh iya, jam berapa kita rapat dengan administrasi, dan bagian marketing?" Gerakan abstrak Angela seketika berhenti diudara begitu saja. Ia melirik kearah atas, sambil tangannya direntangkan keatas dengan kepalan tangan yang belum dilepaskan. Seolah-olah Angela sedang merenggangkan tubuhnya.
"Ada apa dengan gayamu itu?" Bryan yang tahu Angela sedang meledeknya dari belakang langsung bertanya.
"Saya pegel Mister, semalem bantuiin adik saya kerjaiin prnya." Dusta Angela. Sungguh rasanya Angela ingin menenggelamkan dirinya sendiri. Malu. Itulah yang Angela rasakan.
Bryan tidak memperpanjang. Pria itu pura-pura tidak tahu "So?"
"Jam 10 untuk bagian administrasi, dan bagian marketing setelah makan siang." Ujar Angela, kini ia sudah kembali ke posisi normalnya.
Bryan mengangguk, ia kembali melangkah kedalam ruangannya.
Ketika berada diruangan sudah tersedia sebuah kopi dicangkir kecil. Kopi itu masih mengepulkan asap, tanda bahwa kopi itu belum lama dibuat. Bryan membuka jasnya, yang kini hanya menampilkan kemeja putih dan dasi biru pria itu. Jasnya diletakkan digantungan yang berdiri disamping mejanya. Pria itu juga membuka satu kancing, sedikit melonggarkan dasi.
Ia menyuruput kopi hitamnya, ketika sudah berada dalam lidahnya. Pria itu langsung menyemburkan kopi hitam kearah samping.
"Angelaa!!!!" Teriak Bryan membahana keseluruh penjuru, tapi ia tahu bahwa hal itu sia-sia karena ruangannya kedap suara.
Pria itu langsung memencet interkomnya "Keruangan saya sekarang!"
Tanpa menunggu lama, Angela kini sudah berada diruangan Bryan dengan tampang tidak berdosanya.
"Apa yang kau campurkan ke kopi saya?" Bryan menatap Angela dengan tajam.
"Saya tidak mencampurkan apapun Mister, saya membuatnya sesuai perintah mister yang mister kirimkan lewat WA." Jelas Angela, membuat Bryan menaikkan sebelah alisnya.
Bryan sungguh marah saat ini. Demi Dewi Fortuna, bahwa gadis yang ada dihadapannya ini sepertinya sedang bermain-main dengan pria itu. Bryan tidak akan tinggal diam, ia akan membalas Angela bagaimanapun caranya.
"Coba rasakan kopi itu!" Angela semula terkejut, namun ia tidak memperlihatkan kepada Bryan. Takut Bryan curiga terhadapnya.
Dengan berani, Angela mengambil cangkir itu dan meminumnya. Rasa asin melanda lidahnya. Ah, dia sungguh menyesal telah mengerjai Bryan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN & ANGELA (SUDAH TERBIT)
RomanceBryan adalah seorang CEO yang mempunyai paras tampan, dibalik wajahnya yang tampan ia memiliki kepintaran dan juga sikap yang tidak segan-segan memecat pegawainya apabila pegawainya membuat Bryan mengalami kerugian. Semenjak kedatangan Angela sebaga...