BAB 10

15K 554 4
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Bryan terus menatap jam yang berada di pergelangan tangannya, saat ini Bryan, Cantika, Christ, dan Tasya sedang menunggu kedatangan sekretaris yang sangat lamban dalam melakukan sesuatu. Ini sudah hampir setengah jam menunggu namun Angela belum menampilkan batang hidungnya, sejujurnya Bryan sudah sangat ingin melampiaskan kemarahannya detik ini juga. Namun pria itu menahan kemarahannya, karena percuma marah jika orang yang ingin dimarahi tidak ada disekitarnya.

"Dimana sih dia? Lama banget! Minta banget dipecat ya! Heraan," Gerutuan itu dikeluarkan oleh Bryan.

Tasya yang sedang mencoba menghubungi Angela menghela napasnya, gadis itu selalu saja membuat bosnya ini marah. Entah mengapa beberapa bulan ini pekerjaan Angela terbengkalai, gadis itu semakin sering terlambat, bahkan laporannya selalu tidak dikerjakan dengan baik. Tasya sangat mengetahu bahwa semua itu terjadi karena gadis itu patah hati.

"Mungkin sebentar lagi Angela datang mister," Tasya mencoba membuat Bryan tenang.

Cantika sedang bersandar manja di bahu Christ, ia bisa melihat secara jelas bahwa Bryan saat ini sedang menahan amarahnya "Tenangkan dirimu, Bry! Dia pasti datang, percayalah padaku,"

Bryan menghela napas sejenak "Ingatkan aku untuk memarahinya jika ia datang!"

Baru Bryan mengatakan hal seperti itu, Angela datang dengan napas yang terengah-engah, keringat bercucuran, bahkan pakaiannya sudah terlihat berantakan akibat mungkin berlari agar tidak ketinggalan pesawat.

"Kau! Alasan apalagi yang akan kau buat atas keterlambatanmu, hah?" Tanpa menunggu lama lagi Bryan langsung membentak Angela, padahal Angela saat ini sedang menetralkan kerja jantungnya tapi percuma. Mendengar Bryan yang membentaknya membuat gadis itu tersentak terkejut, dan jantungnya kembali berdetak lebih cepat.

Angela menutup matanya sebentar, menghembuskan napasnya lalu melihat kearah Bryan "Maaf mister, saya tadi saya," Angela tidak bisa melanjutkan perkataanya karena terlalu gugup dengan tatapan tajam Bryan.

"Sudahlah Bry, jangan terlalu di desak. Kau membuatnya takut! Lebih baik sekarang kita boarding dulu supaya ngga ketinggalan pesawat," Ucapan itu di lontarkan oleh Christ, ia hanya tidak tega melihat Angela yang seperti orang ketakutan akibat Bryan.

Bryan menyetujui perkataan Christ, ia berlalu dari hadapan Angela yang sedang menatapnya. Sejujurnya ia sangat kesal dengan Angela dan masih ingin memarahi gadis itu, namun ia harus menahan hasrat tersebut agar tidak ketinggalan pesawat.

Angela bernapas lega saat Bryan tidak mendesaknya lagi, tidak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada Christ dan dibalas Christ dengan mengacak rambut gadis itu.

Tasya dan Angela sedang berjalan bersisihan, ia meyikut Angela sejenak "Kenapa telat?"

Angela melirik Tasya sejenak "Sih Agnes kayak bocah banget, dia ngga mau aku tinggal. Kan ngeselin banget!"

"Hahaha kenapa dia?"

"Dia bilang ntar banyak hantu lah kalau dia sendirian, ada yang gangguiin lah kalau malem-malem, dan sebagainya deh. Pengen marah tapi ngga tega," Jelas gadis itu.

Tasya mengelus punggung Angela, berusaha ingin meredamkan amarah gadis itu "Hahaha yaudah sabar aja sama adik sendiri,"

"Iya, aku sih sabar banget ini," Ujar Angela.

Tasya dan Angela mempercepat langkah mereka saat melihat bahwa Bryan sudah melakukan proses boarding, dari tatapan itu sangat jelas bahwa Bryan masih kesal terhadap dirinya. Angela berjanji akan meminta maaf saat berada di pesawat nanti.

BRYAN & ANGELA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang