BAB 15

10.8K 465 5
                                    

Sekretaris Kepala Batu : Mister, tolong kirimkan alamat anda ya hehehe.

Bryan mengetikkan alamatnya sembari menyunggingkan senyumnya tanpa ia sadari. Entah mengapa, sudah beberapa belakangan hari ini ia begitu senang saat mendapati Whatapps dari Angela. Gadis itu memberikan efek tersendiri untuk dirinya.

"Hmm, senyum mulu nih. Siapa nih yang bisa buat adikku tersenyum senang seperti ini?" Cantika mengejek adiknya itu, ini kali pertama kali Cantika melihat adiknya tersenyum melihat layar ponselnya.

Bryan mendengus, kakaknya ini selalu ingin tahu apa yang Bryan lakukan "Siapa ya kira-kira?"

Cantika berdecak kesal, adiknya ini bukannya menjawab malah kembali bertanya "Mungkin Angela?" Tebaknya.

Bryan tidak menjawab, membuat Cantika semakin percaya bahwa mungkin Bryan tengah bertukar kabar pada Angela. Cantika senang karena sepertinya Bryan telah membuka hati untuk gadis lain, ia menyarankan hal tersebut setelah mengetahui bahwa cerita tentang pria tersebut.

"Sudah buka hati, eh?" Kembali, gadis itu meledek adiknya.

Bryan mengedikkan kedua bahunya "Sedang mencoba,"

Tidak bisa dibohongi, Cantika sangat senang mendengar respon dari Bryan. Ia mendukung sepenuhnya jika Bryan maupun Angela menjalin hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan. 

"Bryan lagi mencoba apa nih?" Cinta bertanya saat sudah berada di ruang tamu setelah mencuri dengar sepotong perkataan Bryan.

Cinta duduk disofa yang tak jauh dari Cantika maupun Bryan, diikuti dengan James.

Cantika langsung menjawab "Mencoba untuk membuka hati buat sang sekretaris mi,"

Cinta tertarik, ia menatap putra tampannya itu penuh selidik "Benarkah itu, Bry?"

Kembali, Bryan menggedikkan kedua bahu "Mungkin mi,"

James terkekeh "Akhirnya, anak papi bisa buka hati buat seseorang. Kejar orang itu jika memang hatimu mencintainya,"

Bryan memutarbola matanya. Ia jengah, sungguh "Aku belum mencintainya pi, cuman ada rasa nyaman saat berdekatan dengan dirinya,"

Tidak ada yang menjawab, tetapi keluarga Bryan merasa bersyukur karena Bryan sudah mulai berani membuka hati untuk lawan jenisnya. Itu berarti Bryan berhasil melewati rasa trauma yang pernah ia alami.

"Oh iya, nanti malam dia akan kesini bersama adiknya. Aku harap tidak akan ada yang mengatakan hal macam-macam," Bryan kembali bersuara saat beberapa menit terdiam. Ia langsung meninggalkan ruang tamu, ia malas jika harus di ledek seperti itu terus! Bisa-bisa ia merona karena malu.

*****

Agnes menatap rumah mewah tersebut dengan tatapan kagum dan iri secara bersamaan. Bagaimana tidak? Rumah bos Angela begitu besar layaknya istana, ia sampai membuka mulutnya karena begitu terpana.

Angela menggelengkan kepala, adiknya itu sungguh sangat berlebihan sekali! Semoga nanti di dalam adiknya tidak membuat dirinya malu.

Angela menekan bel rumah yang bercat emas tersebut, satpam membukakan pintu gerbang yang tinggi itu tak berapa lama dari bel berbunyi.

BRYAN & ANGELA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang