"Waduh, kok bisa pingsan gini?" Christ yang baru saja tiba seketika terkejut, karena menjadi sandaran Angela ketika gadis itu tidak sadarkan diri.
Bryan kini sudah melangkah ke arah Angela dengan raut wajah yang khawatir. Mungkin. Angela yang tadinya berada di dada bidang Christ, kini sudah beralih kepada Bryan yang menggendong ala bridal style. Christ yang melihat hal itu hanya mengulum senyum.
Christ tersenyum karena akhirnya Bryan kembali peduli kepada seseorang. Biasanya jika ada hal yang seperti ini Bryan tidak mau ambil pusing, dan menyuruh orang agar membawa yang tak sadarkan diri ke rumah sakit. Tapi, sekarang lihatlah? Bryan dengan gagahnya langsung mengambil Angela dan meletakkannya di sofa ruang kerja pria itu.
"Christ cepat panggilkan dokter!" Perintah sang bos besar.
Christ mendekat kearah Bryan "Sudah mulai peduli, ya?"
Bryan yang sedang mengelus kepala Angela dengan sedikit kelembutan, kini terhenti karena perkataan Christ "Tidak."
"Wajahmu bisa menjelaskan semuanya," Masih belum puas untuk menggoda sahabatnya. Christ tetap saja mengatakan hal yang aneh-aneh menurut Bryan.
Bryan gemas dengan Christ, disaat seperti ini pria itu malah menggodanya "Christ aku serius, cepat panggilkan dokter."
Christ terkekeh, senang sekali rasanya menggoda Bryan seperti ini. Mengambil ponsel dari dalam sakunya, lalu menghubungi dokter yang biasanya menjadi dokter pribadi keluarganya maupun keluarga Bryan.
"Tenang bro, dia pasti sadar kok." Christ berusaha menenangkan Bryan yang sepertinya terlihat panik.
Bryan hanya mendengus tidak peduli dengan apa yang di katakan oleh Christ. Pria itu beranjak dari posisi duduknya disebelah Angela, mengambil minyak kayu putih di dalam tempat obat-obatan yang selalu disediakan diruang kerjanya. Ketika mendapatkan benda kecil itu, ia kembali ke Angela dan Christ yang berada ditengah ruangan, yaitu disofa.
Bryan sudah berada disamping Angela, ia langsung mendekatkan minyak kayu putih itu ke hidung sekretarisnya. Ia tahu bahwa langkah ini hanya sedikit untuk membuat gadis itu tersadar, entah mengapa ia merasa bersalah walaupun hanya sedikit.
Mengingat dari kemarin gadis itu sepertinya kelelahan. Mulai dari bekerja di jam 9 pagi sampai jam 2 pagi gadis ini baru pulang, akibat membersihkan apartemennya.
Mungkinkah Bryan harus minta maaf kepada gadis ini? Tentu saja jawabannya tidak. Ia terlalu gengsi untuk mengatakan maaf kepada orang lain, walaupun ia tahu ia salah. Tapi ia seakan tidak peduli.
Christ yang melihat semua pergerakan Bryan, kembali mengulum senyum dan melupakan alasannya datang keruangan Bryan untuk meminta tanda tangan pria itu. Ia bahkan sudah melupakan dimana berkas yang ia bawa tadi karena sanking senangnya.
Sebelum dokter datang, akibat minyak kayu putih yang berada tepat dihidungnya membuat pergerakan dikepala gadis itu. Gadis itu perlahan menggerakkan kepalanya, tentu saja kepalanya masih sangat berdenyut. Angela gadis yang tidak bisa kelelahan, kalau kelelahan pasti seperti ini ia akan langsung pingsan.
Angela membuka matanya secara perlahan, mentralkan penglihatannya. Tiba-tiba saja ia menahan napasnya ketika pandangan gadis itu langsung bertemu dengan mata hijau tosca milik bosnya, sangat dekat. Bahkan Angela bisa merasakan terpaan napas bosnya. Ada apa ini? Mengapa jarak mereka begitu dekat?
"Kau sudah siuman?" Masih dengan memegang minyak kayu putih di tangannya, dengan wajah yang sangat dengan Angela. Tanpa disadari oleh siapapun Bryan menghela napas dengan lega.
Angela bingung. Haruskah ia membuka matanya? Ataukah ia harus menutup mata kembali? Sungguh, ia sangat gugup bila ditatap dengan jarak yang sedekat dan seintim itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN & ANGELA (SUDAH TERBIT)
RomanceBryan adalah seorang CEO yang mempunyai paras tampan, dibalik wajahnya yang tampan ia memiliki kepintaran dan juga sikap yang tidak segan-segan memecat pegawainya apabila pegawainya membuat Bryan mengalami kerugian. Semenjak kedatangan Angela sebaga...